07 • jalan gunung sahari raya

500 79 0
                                    

19:29


"Kenapa orang-orang rela kena macet demi menuju ke satu tujuan ya, Win?"

"Simpel, Jem. Intinya orang-orang itu yakin tujuan mereka emang layak buat didatengin."

"Jadi gapapa kena macet?"

"Anggep aja kena macet itu rintangannya," ujar gue. "Gimana? Asoy ga filosofinya?"

"Asoy kayak teh buatan Krystal."

Gue noyor pipi Jaemin. "Ah dasar ga bisa diajak serius."

"Kalo bisa diajak serius, nanti lo nikahin gue," kata Jaemin sambil tertawa.

IYA EMANG GUE MAU NIKAHIN LU, MONYET.

"Najis."

"Win, suapin Beef prosperity lagi dong. Masih ada kan?"

Gue mengangguk, lalu menyodorkan Beef prosperity yang tinggal setengah itu ke Jaemin.

"Kalo dipikir-pikir, hidup tuh kayak saus lada hitam ya," kata Jaemin sambil mengunyah makanannya.

"Kenapa?"

"Kadang-kadang pedesnya nusuk sampe ke tulang. Tapi gue tetep suka."

"Tapi ada juga kan yang ga suka saus lada hitam?"

"Iya. Kan ada juga orang-orang yang ga suka sama hidupnya."

"Kenapa lo suka hidup lo, Jem?"

Jaemin menoleh ke gue. "You kidding me?"

Gue mengernyitkan dahi.

"Jelaslah gue suka. Gue punya nyokap yang sempurna, punya temen-temen kayak Jeno, Renjun, sama Haechan."

Gue menunggu giliran nama gue disebut.

"Dan gue punya lo. Gimana gue ga suka sama hidup gue?"

Satu lengkungan tercetak di bibir gue. Jaemin emang orang yang paling bisa mengukir senyum di wajah gue.

"Lo suka hidup lo, Win?" tanya Jaemin setelah menelan Beef prosperity-nya.

"Suka."

"Kenapa?"

"Karena lo adalah bagian dari itu."


far away • jaemin x winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang