10 • infinity

670 82 13
                                    

23:01


"Pinjem tangan dong, Win," kata Jaemin tiba-tiba.

"Hmpph?" gumam gue, setengah sadar karena ngantuk.

Jaemin meraih tangan gue, mengenggamnya dengan tangan kirinya. "Now, go back to sleep."

Gue mengangguk, lalu meringkuk ke arah Jaemin.

"Remember that weekend, when we got out of town?
Drove into infinity
I held you until you fell asleep," katanya hati-hati.

Jantung gue serasa lagi maraton.

Wah. Ga bisa nih pura-pura tidur kalo kayak gini caranya.

Akhirnya, gue membuka mata. Jaemin agak kaget karena tadinya dia ngira gue udah balik tidur.

"Jaemin, gue harus tau kenapa lo nyulik gue malem ini," paksa gue.

"Nanti, Winter."

"Sekarang."

Jaemin menghela napas, memandangi jalan tol Km 83 yang agak sepi.

"Oke," katanya. "Gue kayak gini karena mungkin besok-besok, gue ga bakal bisa kayak gini lagi."

"Ga ngerti."

"Lo tau Karina kan?"

Karina anak kelas sebelah. Dengan kecantikannya yang nyaris kayak Irene Red Velvet, siapa coba yang ga tau?

Gue mengangguk.

"Udah hampir dua bulan ini gue deket sama dia."

Tenggorokan gue tiba-tiba kering, makanya gue berusaha menelan ludah sebanyak-banyaknya. "K-kok gue gatau?"

"Emang belom ada yang tau."

Gue memejamkan mata. Ini terlalu sakit buat gue. "T-terus?"

"Besok, rencananya gue mau nembak dia. Dan kalo gue jadian nanti, gue ga yakin masih bisa kayak gini sama lo."

Untungnya gue lagi duduk. Kalo gue berdiri, pasti sekarang gue udah limbung karena lutut yang melemas.

Tangan gue masih dalam genggamannya, tapi rasanya udah ga sama lagi.

Maka, gue menarik pelan jemari gue yang bertautan dengan jemarinya.

Gue akhirnya sadar. Sejauh apapun jalan yang gue tempuh bersama Jaemin, dia ga akan pernah bisa jadi milik gue.

"Jaemin," kata gue pelan, nyaris ngga terdengar.

"Iya?"

Gue tersenyum samar walau perih. "Makasih."

"Buat apa?"

"Ngga," ujar gue sambil menggeleng. "Cuma mau bilang makasih."


far away • jaemin x winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang