08 • pantai ancol

496 76 0
                                    

19:52

                         
"Katanya kita ga boleh turun dari mobil?!" protes gue saat dia memarkir mobilnya.

"Pengecualian," katanya sambil melepas seatbelt. "Emang ga mau turun? Ga kangen sama pantai?"

Gue merengut, akhirnya mengangguk dengan semangat.

"Ambil tuh jaket gue di belakang. Angin laut malem-malem ga bagus."

Karena perintah itu, gue meraih jaket abu-abu Jaemin di jok belakang. Minjem jaket Jaemin emang udah biasa bagi gue. Tapi entah kenapa, setelah bertahun-tahun kayak gini, gue tetep merasa ini hal yang spesial.

Jaemin berjalan di depan gue, mengarah ke pintu masuk pantai Ancol. Melihat gue yang jalannya lelet, dia berhenti dan berbalik badan.

"Ah lemot banget sih kayak siput."

"Sabar elah."

Jaemin akhirnya berjalan ke arah gue, menggenggam tangan gue.

I love it when he intertwines his fingers with mine.

Pantai Ancol, meski udah malem, ngga sepi pengunjung. Banyak muda-mudi lainnya yang juga jalan-jalan.

Bedanya, mereka mungkin pacaran. Gue sama Jaemin engga.

Jaemin mengajak gue berjalan di pinggiran pantai, sesekali membasuh telapak kaki kami di air.

Lalu, kami berjalan di jembatan kayu di dermaga. Satu hal yang gue sadari di remangnya lampu jembatan ini, Jaemin belum melepas genggamannya.

"Tangan lo dingin...," bisik Jaemin tiba-tiba.

Dengan satu gerakan, dia memasukkan tangan gue di kantung hoodie yang dia kenakan, masih dalam genggamannya.

"Fuck you, Na Jaemin," desis gue pelan.

"Apa?"

Gue menggeleng. "Ngga."

Kami akhirnya bersandar di dekat lampu, menatap laut yang luas seakan tiada batas.

"Gue sekarang tau kenapa lo suka pantai, Win."

Gue menengadah, mendapati Jaemin sedang menatap lurus ke air laut.

"Karena gemericik air, semilir angim, semuanya menenangkan."

"Halah bahasa lu tumben berbobot."

"Kan. Sekarang siapa coba yang ga bisa diajak serius?" dia narik kepala gue ke keteknya.

"JAEMIN AH ELAH!" gue berusaha mundur, tapi lengannya terlalu kuat.

"Gue mau meluk elo, Win."

Gue mematung mendengar permintaan Jaemin. Pelan tapi pasti, dia menarik gue ke posisi yang lebih nyaman dalam dekapannya.

Postur tubuh gue yang ngga setingi dia membuat kepala gue hanya sampai di dadanya.

Jantungnya berpacu.

Jaemin, mungkin ga sih lo juga suka sama gue?

_

far away • jaemin x winterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang