❝ [Enam Belas] ❞

475 51 1
                                    

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE]

Selamat Membaca💗
⋆⋆⋆

"Hujan kali ini datang tanpa permisi. Seperti kepergian mu yang belum sempat ku setujui."

『⋆⋆♔⋆⋆』

"Tuh denger! Lo budeg atau tolol?"

Entah ini sudah ke beberapa kali omelan Zico memasuki pendengaran Ara. Ia hanya bergeming, dengan raut wajah kesalnya.

Zico menyerahkan handuk kecil dan hoodie yang tadi pagi sempat Ara pakai juga.

"Gue gak mau!"

Zico berdecak kesal. "Mau lo apa?"

"Gue mau pulang!"

"Astaga, Ra!" Zico menyugar rambutnya frustasi. "Hujan! Lo gak ngerti hujan? Gue udah bilang sama lo berapa kali sih? Diluar hujan.. ada petir."

"Gue suka hujan."

"Lo suka hujan tapi hujan punya petir yang bisa bikin lo mati bahkan saat lo ngerasa senang-senangnya nikmati hujan." tutur Zico penuh penekanan. "Ganti kalau lo masih mau hidup."

Lantas Zico melangkah ke dapur, meninggalkan Ara yang masih duduk di sofa.

"Gue ganti dimana?" tanya Ara yang sudah berada di belakang laki-laki itu.

Zico menunjuk kamar mandi di sebelah dapur dengan dagunya.

"Lo mau?" tanya Zico menunjukkan mie instan ditangannya yang membuat Ara menoleh.

Ara menggeleng singkat lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Tak lama, Ara pun keluar dengan pakaian keringnya bersamaan dengan Zico yang selesai memasak.

"Lo beneran gak mau?" tanya Zico sekali lagi saat mendapati Ara yang berdiri di depan pintu kamar mandi sedang mengamatinya.

Ara menggeleng lantas duduk di kursi meja makan, tepat di depan Zico. Ia menenggelamkan wajahnya di meja makan. Zico tetap makan tanpa menghiraukan hal itu.

Bohong jika Ara tidak lapar, bahkan sangat lapar. Namun saat ini ia tidak bisa makan. Kepala Ara sangat pusing, entah karena air hujan atau karena belum makan, atau bahkan keduanya?

"Gue pinjem hp lo," ucap Ara saat dirinya sudah berdiri tegak.

Zico mendongak. "Buat?"

"Hp gue mati, gue mau pulang."

Zico diam sejenak. "Hujan gak ada yang bakal ambil."

"Gue gak bisa disini terus, gue mau pulang."

Zico lalu merogoh ponsel di saku celananya. "Coba aja kalau bisa."

Ponselnya kini sudah diambil alih Ara, membiarkan gadis itu mengotak-atik aplikasi hijau di dalam sana.

Gerakan Ara terhenti saat tak sengaja melihat notifikasi yang mengambang di bar dan tak lama dari itu panggilan telepon masuk.

Ara menyerahkan kembali ponsel itu kepada Zico. "Nih!"

"Cepet banget."

"Telepon," jawab Ara datar.

Zico meraih kembali ponselnya lalu melihat layar sekilas dan langsung mengangkatnya.

"Dimana?"

"..."

"Sendiri?"

"..."

"Tunggu disitu," ucap Zico setelah mematikan sambungan itu lantas bergegas menuju kamarnya meninggalkan Ara yang belum sempat bertanya.

DEAR, ARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang