❝ [Dua Puluh Tiga] ❞

429 52 2
                                    

"Butuh runtuh untuk tumbuh."

『⋆⋆♔⋆⋆』

RUANG kelas berangsur sepi karena bel pergantian jam sudah berbunyi. Satu jam yang lalu, Maria memerintahkan kepada seluruh siswa 11 IPS 2 untuk ke perpustakaan saat masuk pada jam mata pelajarannya.

Kedua gadis itu berjalan santai seraya mengobrol random tentang apa saja yang mereka lihat saat menuju perpustakaan.

"Gue baru kepikiran deh, Ra, kok lo bisa pindah kesini?"

Ara menoleh seraya mengangkat kedua alisnya. "Hm?"

"Lo dapet beasiswa?"

Ara menggeleng. Jelas saja, mana mungkin Ara mendapatkan beasiswa sedangkan ia adalah siswi yang jauh dari kata pintar, ia memiliki kecerdasan yang tergolong biasa-biasa saja.

"Lo dulu masuk udah hampir di pertengahan semester, disini juga sekolah elite yang susah banget masukin murid baru kecuali dia dapet beasiswa," ujar Olivia.

"Eh bukan ya, gue bukannya remehin lo tapi-"

"Kalem, Liv," potong Ara cepat.

Gadis itu mempercepat langkahnya saat pintu perpustakaan sudah terlihat didepan mata, diikuti Olivia yang juga mengekor di belakangnya.

"Lo emang ada kenalan orang yang kerja disini, Ra?"

Mungkin maksud Olivia 'nyogok'?

"Enggak," jawab Ara cepat seraya menggeleng ragu.

Olivia mengangguk-angguk. "Lo beruntung sih, Ra, anak baru tapi udah bisa gabung osis, berani ngajuin proposal dan langsung di acc pula," ucapnya lagi saat akan memasuki perpustakaan.

"Yang gak beruntung, lo harus sekelas dan mau gak mau harus hadapin nenek lampir itu tiap hari," lanjutnya yang membuat Ara terkekeh pelan.

"Eh," Olivia menahan lengan seorang laki-laki yang akan melewatinya supaya laki-laki itu menghentikan langkahnya. "Buku gue masih dibawa pacar lo?" tanya Olivia pelan.

Laki-laki itu mengangguk.

"Besok balikin ya, batas pinjamnya besok," ucapnya lalu membiarkan laki-laki itu pergi.

"Damar punya pacar?" tanya Ara yang sedari tadi masih disamping Olivia.

Olivia mengangguk. "Gak kelihatan kan?"

"Siapa?"

"Temen lo, Cesya 11 IPA 1."

Deg! Jantung Ara berdegup kencang.

"Wajar sih, Ra, kalau lo gak tau soalnya mereka jarang bucin. Bahkan orang yang gak kenal deket sama mereka pasti ngira mereka putus nyambung, kadang kayak orang pacaran, kadang kayak musuhan," jelas Olivia seraya berjalan menuju bangku kosong.

"Eh tapi lo gak dikasih tau Cesya?"

Ara terlihat berfikir beberapa detik sebelum akhirnya menjawab. "Oh iya gue juga udah tau sih, tadi refleks aja nanya gegara lupa," ucapnya sembarang disertai senyum simpul, karena faktanya dia belum mengetahui tentang hal ini.

『⋆⋆♔⋆⋆』

Jam istirahat sudah berlangsung beberapa menit yang lalu. Kini keempat laki-laki yang bisa dibilang circle paling sempurna itu pun sudah duduk manis di meja kantin seraya memakan apa saja yang mereka pesan.

"Udah lama nih gak nginep di tempat Galang," ucap Braga disela makannya.

"Tempat gue bukan penampungan buaya."

DEAR, ARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang