❝ [Dua Puluh Satu] ❞

469 47 10
                                    

"Harus pandai memilah, karena yang singgah belum tentu menjadikan rumah."

『⋆⋆♔⋆⋆』

GADIS itu duduk dengan sudah mengenakan jaket guna menghilangkan sedikit rasa dingin akibat basah pada tubuh mungilnya.

"Ganti," Zico menyerahkan tumbukan kain kepada Ara.

"Baju lo?"

"Punya Bunda," lantas laki-laki itu berjalan keluar.

Ia berhenti diambang pintu. "Kalau udah langsung kebawah, Bunda nungguin," ucapnya kemudian.

Ara sebenernya tidak menginginkan datang kerumah laki-laki itu lagi, namun ia tidak punya pilihan lain.

Setelah beberapa menit, Ara turun dengan sudah mengenakan pakaian kering.

Dimeja makan terdapat Kinan dan Zico, sedangkan Vino masih kuliah dan Lova tertidur.

Kinan dan Zico kompak menatap gadis yang tersenyum ragu ke arahnya.

"Cantik ya? Pas banget di pakai Ara," puji Kinan.

Tanpa disadari, Zico pun tersenyum. "Iya, cantik."

Ara tertegun mendengarnya, namun beberapa detik kemudian Zico menyadari ucapannya dan langsung memasang muka datarnya lagi.

"Ara sini makan, diminum ya tehnya buat hangatin badan kamu. Kok bisa sih Zico ngebiarin kamu kehujanan," ucap Kinan seraya mengambilkan Ara nasi.

"Zico juga kehujanan," jawab datar laki-laki itu yang hanya dapat lirikan tajam dari Kinan.

"Ara minum aja," ucap Ara sedikit canggung saat Kinan menyerahkan piring.

"Makanannya bukan selera kamu ya?" tanya Kinan khawatir.

Ara menggeleng. "Bukan begitu, tapi Ara belum laper, Tan."

Kinan memanyunkan bibirnya. "Kebiasaan deh.. Bunda.."

Ara tersenyum tipis. "Iya, Bunda,"

"Emm Bunda buatin menu lainnya aja ya? Sekalian Bunda juga mau masak buat Bang Vino yang sebentar lagi pulang," ucap Kinan lantas berjalan menuju dapur.

Ara menatap laki-laki disampingnya itu yang sedang asik makan. "Gue gak bisa makan," ucapnya lirih.

Zico menatap Ara bingung. "Beneran gak laper?"

Ara hanya bergeming dengan sorot matanya yang seperti mengisyaratkan sesuatu.

Zico terlihat berfikir keras dan dengan cepat ia mengerti maksud gadis itu. Lantas ia bergegas menyusul Kinan di dapur.

"Bunda, Zico sama Ara kayaknya mau cari makan diluar aja deh,"

"Oh gitu?"

"Iya soalnya Zico tiba-tiba kepengen beli bakso."

"Masih laper?" Kinan menengok meja makan. "Makanannya belum habis tuh."

"Zico pengen makan yang berkuah sih, Bun, Ara juga," Zico menoleh ke Ara yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari gadis itu.

Sesaat kemudian Kinan menoleh ke arah Ara, perubahan ekspresi menjadi senyum manis sudah terpampang jelas di wajah gadis itu. "Ya udah hati-hati ya, masih gerimis, jangan bawa Ara hujan-hujanan lagi," ucap Kinan akhirnya.

『⋆⋆♔⋆⋆』

Setelah dari apotek, mereka akhirnya berhenti di sebuah tempat makan yang tidak terlalu ramai.

DEAR, ARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang