❝ [Dua Puluh Delapan] ❞

176 13 2
                                    

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE]

Selamat Membaca💗
⋆⋆⋆

"Untuk mendramatisasi alur cerita selanjutnya tak perlu memanipulasi cerita sebelumnya."

『⋆⋆♔⋆⋆』

Dinda berjalan mendekati Ara yang akan beranjak dari duduknya. "Duduk aja, gak usah canggung."

Lalu gadis itu kembali duduk diikuti Dinda yang duduk di tepi kasur, di tempat duduk Zico sebelumnya.

"Lo pasti udah denger dari Zico. Yap benar! Kita sekarang saudaraan," ucap gadis itu diakhiri senyum tipis.

"Ara.. lo gak perlu canggung bahkan takut sama gue. Gue emang pernah bareng sama Zico, meskipun sampai saat ini perasaan gue ke dia masih sama, tapi kita gak punya alasan lagi buat bisa bareng-bareng lagi kan? Jadi jangan ngerasa gimana-gimana, lo pacar dia sekarang dan gue bisa menerima itu."

Ara tampak bingung menanggapi topik pembicaraan Dinda kali ini, yang faktanya Dinda sudah terlalu berfikir jauh mengenai hubungan mereka.

"Gue sebenarnya bukan pacar Zico, Kak," ucap Ara sedikit ragu.

Dinda tersenyum lebar lalu tertawa tanpa suara. "Gak usah main stay private, Ra, gak apa-apa lo jangan takut di bully fans nya Zico."

"Tapi ini serius, Kak."

Dinda menghentikan tawanya lalu menatap Ara penuh tanya.

"Gue sama Zico sama sekali gak ada hubungan lebih, dan tibanya gue di rumah kalian ini pun gue gak tau."

"Maksudnya?"

"Gue bahkan gak tau rencana Zico apa, intinya gue bukan siapa-siapa dia dan sialnya semua orang terlanjur pikir kita pacaran," Ara menjeda ucapannya. "Gue muak."

Dinda tampak percaya tidak percaya. Di satu sisi memang laki-laki itu sangat sulit untuk berinteraksi bahkan sangat tidak mudah dekat dengan gadis asing apalagi dengan waktu secepat itu. Di sisi lain, perilaku Zico kepada Ara sekarang seperti laki-laki itu memperlakukan dia dahulu saat masih bersama.

『⋆⋆♔⋆⋆』

Tok tok tok...

"Masuk."

"Apa kabar Zic?" Sekolah gimana?" tanya pria paruh baya saat mengetahui anaknya sudah datang.

"Baik," jawab Zico lantas duduk di kursi yang berhadapan dengan Fahrizal.

"Bulan depan udah mulai les kan?"

Zico mengangguk.

"Jadi di tempat yang Ayah daftarkan?"

Zico mengangguk lagi.

"Banyak banget yang mau Ayah omongin, Zic, tapi kamu kayaknya lagi capek. Jadi Ayah bicara yang penting-penting aja."

"Sebelum lanjut, Ayah mau tanya. Serius pacar kamu?"

Zico menggeleng.

DEAR, ARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang