❝ [Sebelas] ❞

530 52 0
                                    

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE]

Selamat Membaca💗
⋆⋆⋆

"Banyak cobaan yang belum kalian cobain. Jadi, semangat!"

『⋆⋆♔⋆⋆』

"Bangsat!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangsat!"

Tubuh gadis itu sudah tersungkur dipojok kamar mandi yang sebelumnya sempat terhantam ke tembok. Rasa pusing sudah menjalar di kepalanya sedari tadi namun ia tetap berusaha untuk bangkit.

"HARUS PAKE BAHASA APA BIAR LO NGERTI ANJING!"

"Lo baru seminggu sekolah disini tapi lo udah rebut posisi gue! Lo siapa berani-beraninya jadian sama Kak Zico! Lo itu gak pantes dapetin dia arghh!" teriak Clarissa kesetanan.

Setelah berhasil berdiri, Ara menatap tajam orang dihadapannya lalu melangkah maju mendorong pelan tubuh Clarissa dengan jari telunjuknya.

"Lo dikeluarin jauh sebelum gue pindah kesini dan itu semua karena tindakan lo sendiri bukan karena gue!" ucap Ara penuh penekanan.

"Soal Kak Zico? Terus lo merasa yang paling pantas dapetin dia? Gue gak capek-capek caper aja bisa deket, sedangkan lo sampai jungkir balik tapi dia tetap gak lirik lo sama sekali!"

"Anjing!" Clarissa mencoba akan menampar Ara namun dengan cepat tangan Ara lebih dulu menahannya.

"Lo harusnya bersyukur sekolah ini masih nampung lo karena kepintaran lo dan lo harusnya berterimakasih sama orang-orang yang tau perilaku lo tapi gak laporin lo ke BK!"

"Emosi boleh tapi pakai juga otak lo!" tandas Ara tegas.

Clarissa memberontak seperti ingin menghabisi nyawa orang di depannya sekarang juga.

"Udah, Clar! Cabut sebelum ada guru," ucap salah satu circle Clarissa lalu menarik Clarissa keluar dari sana.

"Beraninya keroyokan," ucap Ara saat melihat punggung mereka mengecil dari pandangannya.

Tidak begitu banyak yang tau tentang keributan ini, hanya beberapa orang yang silih berganti dari toilet.

Kini menyisakan Ara sendirian. Ia melihat seragamnya yang kotor dan sedikit basah.

"Shit!"

Ia memegang kepalanya yang masih terasa pusing. Tiba-tiba tetesan darah segar mengalir di kaki mulusnya karena benturan keras saat tubuhnya tertatap lantai tadi.

"Aw.." Ara meringis saat membersihkan darah di lukanya menggunakan tisu toilet.

Kejadian tadi tidak membuat Ara takut dan berhenti melawan Clarissa. Ia bisa menendang Clarissa dari sekolah itu kapanpun ia mau, namun bukan itu rencana awal Ara. Ia akan membiarkan Clarissa menderita terlebih dahulu.

DEAR, ARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang