❝ [Dua Puluh Empat] ❞

397 39 10
                                    

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE]

Selamat Membaca💗
⋆⋆⋆

"Jika standarnya masa lalu, mengapa tidak kembali lagi ke masa itu?"

『⋆⋆♔⋆⋆』

"Eh eh lo tau gak? Katanya cucu pemilik sekolah ini sekolah disini loh," ucap salah seorang siswi yang baru saja masuk ke dalam kamar mandi menyusul ketiga temannya yang sudah sedari tadi disana.

"Serius lo?" timpal salah satu dari mereka.

"Serius, gue denger dari gurunya langsung tadi pas gue ke ruang guru ngumpulin tugas."

"Yang pernah punya kasus beberapa tahun lalu itu kan?"

"Iyalah, siapa lagi? Cucu pemilik sekolah ini kan cuma satu."

"Kok bisa gak ngeh sih?"

"Ya gimana mau sadar? Kita aja gak tau muka orangnya kayak apa. Tapi seingat gue, foto yang tersebar di sosmed dulu dia pakai kacamata."

"Guru-guru pasti takut sama tu orang secara ini sekolah juga berarti milik dia."

"Kita jadi kehilangan jejak dia udah lama atau malah murid baru."

"Wah kita harus cari tau siapa orangnya nih."

Ucap mereka bersahut-sahutan.

"Bakalan susah, keluarganya gak pernah di publish apalagi berita itu udah di take down dari sumber mana pun."

"Ngeri juga ya orang yang punya kuasa tinggi."

"Penasaran banget, pasti orangnya songong kayak Clarissa sekarang itu."

"Mending Clarissa lah gak sampe bunuh orang, tapi kalau dibandingkan sebelas dua belas sama Kakaknya Clarissa dulu sih hahaha."

"Baru kali ini gue gak takut sama orang yang punya kuasa di sekolah."

"Hahaha tapi harus hati-hati, kita bisa dibunuh juga."

Ucap mereka seraya berjalan menjauh dari toilet tersebut. Suara kenop pintu terbuka, terdapat seorang gadis keluar dari balik bilik toilet, menatap tajam punggung keempat siswi yang sedang mengobrol tadi yang kini sudah berjalan keluar menjauhi toilet. Tangannya mengepal kuat sebelum akhirnya ia mampu mengontrol emosinya lagi.


『⋆⋆♔⋆⋆』

Ara memasuki ruangan yang terbilang sepi jika tidak ada kegiatan didalamnya itu. Dan ia baru menyadari, ternyata benar begitu nyaman berada di dalam ruangan ini. Pantas saja laki-laki itu suka sekali menghabiskan waktunya disini.

Ia menghampiri alat musik di sudut ruangan itu. Terdapat gitar bertuliskan nama Agrezico NZ. Ia mengambilnya dan mulai memetik senar gitar tersebut.

"Lo bisa main gitar?"

Ara terperanjat ketika mendengar suara dari arah belakangnya itu. "Astaga! Ngagetin tau gak!"

"Enggak," jawab laki-laki itu datar lalu duduk di kursi yang sempat ia geser tepat di depan Ara. "Sejak kapan?" ia mengambil alih gitar dipangkuan gadis itu.

DEAR, ARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang