"Apakah aku gila atau semacamnya? Bagaimana bisa aku menyetujui untuk menemanimu ke art exhibition ini. Sungguh sangat membosankan." Glevon mengerutu untuk kesekian kalinya. "Cepatlah. Aku tidak sabar menunjukanmu danau yang aku bilang kemarin."
Leta menoleh ke arah Glevon, tersunging, lalu kembali mengamati lukisan yang ada di depannya.
"Tunggu, lakukan itu lagi."
Leta menoleh sambil mengangkat alisnya, wajahnya masih dipenuhi senyuman karena tingkah kekanak-kanakan Glevon. "Apa?"
"Saat kau tertawa dan matamu tersenyum, saat tawamu sampai ke matamu, lakukan itu lagi. Kau terlihat sangat cantik."
Leta tersenyum geli lalu berjalan ke lukisan selanjutnya, selanjutnya lalu selanjutnya.
"You know what, Leta? You have this amazing talent called ignoring me." Kata Glevon karena Leta tidak menjawabnya. Sambil berjalan dibelakang Leta, Kedua tanganya dimasukannya ke sakunya.
"Bukannya kamu menyuruhku untuk cepat? Aku sedang melakukan perintahmu, pushy boy." Jawabnya dengan nada riang. Lalu tiba-tiba Leta berhenti tiba-tiba, mengejutkan Glevon. "Oh! Glevon, cepat liat lukisan ini."
Dengan lantai santai dia pergi dan berhenti di sebelah Glevon, melihat sebuah lukisan yang menggantung di depannya. Untuk Glevon ini tidak terlihat seperti lukisan. Itu hanyalah sebuah canvas dengan tulisan "Close your eyes to see this painting."
"Sangat penuh arti." Leta mengela nafas lalu menutup matanya.
Melihat apa yang Leta baru saja lakukan, Glevon mengikutinya, dia menutup matanya. "Apa yang sedang kamu gambarkan?"
"Diriku yang dulu. Saat masih innocent dan bahagia." Jawab Leta, masih menutup matanya.
"Apakah kau baru saja berkata bahwa aku tidak membuatmu cukup bahagia? Penghinaan terbesar." Tanya Glevon lagi, matanya juga masih menutup.
Dengan ironi Leta tertawa. "Kau tidak bertanya soal yang bagian innocent?"
"Dang Leta, aku sudah tau kamu sudah tidak innocent. Maksudku, masakah kamu sudah lupa apa saja yang sudah kita lakukan?"
"What are you picturing?"
"Danau yang aku ingin tunjukan ke kamu." Glevon'pun membuka matanya. "Sudah, ayo kita pergi sekarang."
Glevon lalu menarik lengan Leta. Leta kaget dan segera membuka matanya. Tapi bukannya melawan, Leta malah membiarkan Glevon menariknya. Iringan kaki mereka ditemani dengan tawa musikal Leta.
Leta suka pameran lukisan, buku, excerpt, lagu, apapun yang bisa membuatnya merasakan sesuatu. Sesuatu selain kekosongan dan dunia monoton yang dia hidupi dan rasakan di kehidupan sehari-harinya.
Art is the only way to run away without leaving home.
But she is not home right now, she might be forgetting that. Maybe it's because Glevon is starting to feel like home.
**
"Aku harus akuhi, Glevon. Danau ini memang indah." Leta berkata riang.
Dengan bangga Glevon menjawab, "Jauh lebih bagus daripada pameran lukisanmu itu, bukan?" Tidak menunggu jawaban Leta, dia bergegas mengeluarkan handphonenua dan mengutak-atiknya.
Leta berjalan ke pingir danau, berlutut lalu memasukan tanganya ke dalam air jernih tersebut. Dingin. Leta mengerakan tangannya perlahan, membiarkan aliran air menyisir kulitnya pelan.
Fokus Leta terusik saat dia mendengar sebuah lagu. Segera dia berdiri dan berjalan ke arah Glevon yang masih membelakanginya dan mengutik-ngutik lagi di handphonenya. "Kamu benar-benar memiliki selera musik yang bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Escape, I Fell
Short StoryUntuk ulang tahun ke-16-nya, Leta memilih untuk liburan sendirian ke pulau eksotis yang terpencil daripada pesta atau sekedar makan-makan. Di pulau itu, di bertemu dengan seorang pria dan berdua mereka menemukan lebih dari keindahan pulau dan suara...