Six O'Clock, The Time She'll Left

337 15 7
                                    

"Kamu tidak mengerti, ya?" Leta bertanya, ada sedikit nada kemarahan yang terdengar di suaranya. Hal itu, sesungguhnya, membuat Glevon juga sedikit marah.

Tidak peduli secantik apa Leta terlihat saat ini, Glevon ingin menghilangkan kesan marah yang masih terselip diwajahnya. Glevon pun memajukan wajahnya, berusaha mencium Leta. Tetapi, Leta menolehkan wajahnya kekanan, menghindari ciuman Glevon.

"We kissed too much, I'm afraid kissing would ruin this moment." Katanya dengan nada pahit.

Glevon cukup tercegang mendengar pengakuan Leta barusan. Dia hanya bisa meringis kecil.

Leta lalu kembali menatap mata Glevon dan berkata, "I come here because I wanted a vacation, but instead I found you. You were paradise." Leta mengakiri perkataannya dengan senyuman lemah.

"Kamu bicara seakan kamu akan pergi." Glevon mengeram.

"I might be. I might disappear."

"I will find you." Jawab Glevon cepat, pelukannya mengerat.

"Kamu akan menemukan orang lain."

"Bagaimana jika aku menemukan orang lain, tapi aku masih tertidur dengan pikiranku penuh akan kamu?"

Leta menatap Glevon nanar, matan bulatnya membesar. "Apakah kamu, mungkinkah, jatuh cinta?"

Glevon menoleh kesamping, giginya mengerat membuat rahangnya bergerak sedikit. Matanya memandang kejauhan sebentar, lalu dia kembali dengan cepat menatap Leta dan berkata, "Is it okay if I do?"

Leta tercengang. "Kita.. sudah membicarakan ini sebelumnya."

"Maafkan aku Leta, tapi dengan segalan hal yang sudah kita lakukan, kamu benar-benar jahat jika kamu mengharapkan tidak rasa diantara kita." Glevon memajukan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. "Beritau aku, apakah kamu tidak merasakan apa-apa?"

"Tentu saja aku merasakan sesuatu Glevon, tapi aku tau batasan. Aku mungkin mencintaimu sekarang dan beberapa bulan setelahnya, tapi bagaimana beberapa taun kemudian? Tidak ada jaminan. Pada akhirnya, aku pasti akan melupakanmmu karena orang lain yang muncul di hidupku." Leta mendengus kesal. "Memories stay, people don't."

"Atau, kita bisa berada dalam satu hubungan? Bagaimana? Kau berasal dari mana?"

"Surabaya." Leta menjawab. Saat itu juga muka Glevon berubah masam.

"Surabaya? Aku pikir kau anak Jakarta. Aku tak menyangka anak Surabaya bisa jadi seperti kamu."

Leta teresnyum masam. Dia lalu melepaskan pelukan Glevon dan berjalan ke sebuah batu besar tempatnya duduk tadi. "Aku pengecualian. Jadi, kau dari Jakarta?"

Glevon mengangguk sambil berjalan ke batu didepan Leta dan duduk disana. "Ya."

Leta tersenyum masam. "Kita tidak ditakdirkan bersama, huh?"

"Bicara apa kau. Jakarta-Surabaya tidak terdengar terlalu buruk. Paling tidak kamu tidak berasal dari NTT atau Nusakembangan."

"Lucu sekali." Leta bicara sakartik. "Aku bisa membuktikan kalau kita tidak cocok. Berapa umurmu?"

Glevon segera menatap Leta dalam dengan mata membesar dengan kaku. "Jangan bilang kamu benar-benar masih 16?"

"Ya benar!" Leta memajukan dagunya.

"Ah tidak apa-apa." Kata Glevon sambil menggeleng. "Aku masih 22."

Sekarang Leta yang menatap Glevon kaget. "22? Aku pikir kamu sudah 26! Ah tapi tetap saja. 5 tahun itu terlalu jauh."

In My Escape, I FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang