Two Pairs of Eyes

690 35 10
                                    

"Mungkin sebelumnya kamu sudah pernah dengar kata ini, but you know, I don't do romance."

Glevon dan Leta sedang berada di salah satu sofa luar di bungalow Glevon yang lebih besar dari bungalo Leta. Mungkin Glevon adalah orang yang kaya sekali. Kalau tidak, buat apa menyewa Bungalow sebesar ini untuk satu orang?

Leta tertawa mendengar kata-kata Glevon. Perfect. Leta membatin dalam hatinya sendiri. "Christian Grey, 50 Shades of Grey. Aku gatau kalo kamu baca buku kayak gituan juga."

Glevon tersenyum sambil meneguk whisky-nya. "Terpaksa. Banyak yang ngomong soal buku itu. It isn't that wild, by the way. I could do better."

"Aku sedang membayangkannya."

"Aku bisa membuatnya lebih dari sekedar imajinasi atau bayangan." Glevon menyerigai.

"Nice. Tapi tidak, terima kasih. Aku masih terlalu muda untuk sampai ke taraf sana." Leta menjawab, matanya penuh kepercayaan diri. Hatinya tenang sekali. Leta tidak pernah merasakan hal seperti ini beberapa bukan terakhir.

Glevon mengangkat alisnya. "Ohya? Berapa umurmu?"

"Dan apa yang membuatmu berpikir aku mau memberitaumu umurku?"

"Karena aku perlu tau umur berapa wanita yang aku flirt." Jawab Glevon santai. "Percayalah, aku bisa membuatmu memberitauku umurmu."

Leta jadi tersenyum sambil menunduk. Rambut coklat-nya jadi jatuh dan menutupi sebagian wajahnya. Sebelum Leta sempat menyelipkan helaian rambutnya di belakang telinganya, Glevon telah melakukannya lebih dahulu.

Dengan lembut jari Glevon menyentuh telinga Leta dan mata hangatnya fokus ke wajah Leta. Glevon mendekatkan wajahnya dan berkata, "berapa umurmu?"

"Enam-belas."

"Enam belas? Kamu masih SMA?"

Leta mengangguk, dia tertawa melihat wajah agak kaget milik Glevon. Hal ini membuat Leta penasaran, emang berapa umur Glevon? Dia tidak terliat terlalu tua. 24? 26? Tapi kalau dipikir-pikir lagi, 26 berati sepuluh tahun lebih tua.

Leta tau ini salah, tapi ini justru membuatnya semakin terengah.

Glevon masih menatapnya dengan wajah bingung saat Leta bertanya, "kau percaya, Glevon?" dengan nada riang seakan-akan Glevon bodoh sekali kalau dia benar-benar percaya. "aku bisa saja bohong, aku mungkin bohong. Mungkin."

Leta mendekatkan wajahnya ke wajah Glevon. "Kalau aku berkata bahwa ciuman tadi adalah first kiss ku, apakah kau akan percaya?" Tanyanya penuh canda seakan itu bukanlah kebenaran.

"Hmm.. I like mysterious girls." Glevon tertawa. "But seriously, how old are you?"

"I've told you before. I'm 16. Glevon, umur itu ga penting. Aku ga butuh informasi berlebihan. Kamu tau apa yang aku butuh sekarang? Seseorang yang ga akan ingat namaku setelah semua ini selesai."

Glevon tersenyum kecut. Ada sedikit keraguan dimatanya. "Dan orang itu adalah aku?"

Leta tersenyum manis. "You say you don't do romance."

Glevon termengung. Dia tidak menduga perempuan yang ditemuinya hari ini akan jadi semenarik ini. Pertamanya, Glevon berpikir perempuan ini hanyalah seorang perempuan yang salah tempat di pulau eksotis ini. Tentu, Andriana cantik, bodynya bagus juga. Tapi ada sesuatu yang ganjil di dirinya. Apalagi dia sampai berbohong soal minum, sudah jelas dia belum pernah minum sebelumnya.

Tapi disinilah percakapan mereka sampai. Andriana terdengar sangat mature dan sophisticated. Sesuatu di dirinya membuat Glevon penasaran setengah mati. Andriana seperti sebuah paradox yang Glevon harus pecahkan. Jadi akhirnya, dia berkata, "How far could we go? Ada batas?"

"Well.." Leta menyadarkan badanya ke sandaran kursi, dia sedang berpikir. "Aku mau merasakan sesuatu yang nyata dan beda. I like dangerous, I like treacherous. Give me kisses, give me back againts the wall. Don't say 'I love you'. Kiss me in the darkness and don't worry if I disappear. Let's do some sins. Whisper sweet nothing to me and make me fall. I want to be reckless. Break my heart or let me break yours."

Leta terdengar bersemangat, penasaran dan bahagia. Dia sudah sering membacanya di buku. Dia sangat ingin sekali merasakan perasaan-perasaan yang sebelumnya hanya bisa dia rasakan lewat tulisan. Leta sudah menjadi gadis baik seumur hidupnya, dia mau melanggar beberapa peraturan. Tidak mungkin dia melewatkan harapan yang sekarang dia duduk tepat dihadapannya. Ini adalah moment yang sempurna. Saat liburannya sudah selesai dan kakinya sudah menginjak Surabaya, dia hanya akan menganggap semua ini sebagai mimpi terindah, kenyataan yang terlalu indah. Sesuatu yang tidak akan terjadi kedua kali.

"Jadi, gimana?" Leta bertanya.

"Kamu pasti patah hati sekali sampai mau hal semacam itu, Andriana. You're a naughty girl."

"Nope. Cinta sudah bukan di diktionariku sejak beberapa taun lalu. Aku hanya bosan dengan kehidupanku sekarang. I want more, Glevon, could you give me more?"

"Tentu saja." Glevon menjawab secepat kilat.

Leta tidak sempat berpikir lagi karena detik selanjutnya, bibir Glevon sudah berada di bibirnya dengan tangannya mengengam erat sofa, menyangga tubuhnya yang sekarang berada di atas tubuh Leta. Glevon menekan bibirnya kuat lalu mengigit bibir bawah Leta, membuat Leta membuka mulutnya dan membiarkan lidah Glevon menginvasi mulutnya. Lidah mereka bertemu dan itu terasa sempurna. Leta menutup matanya, ini terasa sangat.. bergairah.

Leta segera menemukan tangannya meremas rambut Glevon sambil menekannya pelan, membuat Glevon semakin mendekat ke Leta. Glevon merubah posisinya tampa melapaskan ciuman mereka. Dia menaruh lututnya diantara paha Leta, menggantikan tugas menyangga yang tadi dilakukan oleh tangannya. Lengannya merangkul pinggang ramping milik Leta mendekat ke badannya, kulit mereka bersentuhan.

Leta tidak bisa berpikir apa-apa. Kepalanya kosong oleh ectasy. Dia hanya mau lagi dan lagi. Apakah ini benar? Dia tidak tau. Kenapa hal yang salah terasa begitu sempurna?

Leta jadi yang pertama melepaskan ciuman mereka. Mereka kehabisan nafas, mereka bisa merasakan nafas satu dan yang lain keluar dari mulut mereka sambil dahi mereka bersentuhan.

Masih berusaha bernafas, Leta tersenyum. Dia mengecup Glevon cepat sebelum melepaskan diri dari rangkulan Glevon dan berdiri.

"Kamu mau kemana?" Tanya Glevon.

"See you tomorrow." Leta segera berjalan pergi keluar bungalow Glevon.

Dia butuh istirahat.

__________________________

tbh i h8 ending a chapter with a kiss but this is just right

15 vote for next chapp?? aye aye

XOXO, prissssy

In My Escape, I FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang