Four Facts, One Lies

481 14 0
                                    


Dengan perlahan Leta membuka matanya. Kepala-nya sedikit pusing. Kenapa ya? Jam berapa sekarang? Apa sudah siang? Dia tidak mau membuang waktu dengan tidur, dia sedang berada di pulau indah, tidak seharusnya dia tidur!

Dengan gerakan cepat dia diduk di ranjangnya, tapi sepertinya sedikit terlalu cepat karena kepalanya jadi lebih pusing lagi. "Aaww." Erangnya, tanganya otomatis memegang rasa sakit di kepalanya. Tunggu, kenapa ada tonjolan sedikit dikepalahnya?

"Kau sudah bangun?"

Masih dengan penuh kesakitan, Leta menolehkan kepalanya ke sumber suara. Alisnya secara reflek menjadi satu. "Glevon? Sedang apa kamu disini?"

"Tadi kau pingsan. Ingat?"

"Oh." Mulut Leta membentuk huruf o. Dia ingat sekarang, tadi dia jatuh. Mungkin itu kenapa kepalanya sakit dan ada benjolan. "Tetap saja, sedang apa kau disini? Ini kamarku."

"Sebelum kamu bertanya, biarkan aku bertanya dulu." Muka Glevon menjadi lebih serius lagi. "Sebenarnya namamu Andriana atau Leta?" Salah satu alisnya diangkat.

Leta kaget dengan pertanyaan Glevon. Frontal sekali orang ini. Leta tidak siap ditanya pertanyaan ini, belum siap. Setelah beberapa detik berdiam diri, dia menjawab, "Oh, kau sudah tau?"

Glevon mengangguk.

Leta meringgis. "Seharusnya kau menyimpannya untuk dirimu sendiri. Seperti, kau tau, seharusnya kamu bisa mengatakan kalau kau tau namaku dengan cara yang lebih romantis."

Akhirnya, sebuah senyuman muncul di wajah Glevon. "Berikan aku contoh." Dia lalu berjalan mendekati Leta dan duduk di ranjang dekat Leta duduk.

"Hmm.." Leta pura-pura berpikir. "Kau bisa mengejutkanku dengan bilang "I love you, Leta." lalu menciumku. Itu akan jadi seru sekali."

Glevon tertawa. "I thought you don't do romance?"

"Kamu yang jatuh cinta, bukan aku."

"Jadi.. are we still on this 'little affair'? Aku memang mungkin menyakitimu waktu di club, tapi kau juka bohong soal namamu jadi aku rasa kita impas."

Leta tersenyum. "Ok. Tapi aku tidak mau bertemu dengan teman-temanmu itu lagi."

Sebelum Leta sadar, bibir Glevon sudah menyentuh bibirnya, mengecupnya singkat. "Ok." Glevon chuckled.

**

Leta mengamati pandangannya tang menyajikan sebuah 2 corak biru berbeda yang dibedakan dengan satu garis lurus. Dengan sigap dia menekan satu tombol dengan salah satu jarinya.

Dia melihat sekilas foto yang baru saja dia jepret dan sebuah senyuman puas menghiasi wajah Leta. Detik kemudian dia kembali dibalik lensanya, kembali mengisi memori kameranya dengan satu pemandangan sama. Harus foto lebih banyak lagi, sebentar lagi sudah malam.

"Orang bilang, kalau kamu ingin tau apa yang seseorang takut kehilangan, liat apa yang dia potret." Glevon berbicara. Dia sedang duduk di kursi malas dan kakinya di selonjorkan. "Sudah cukup foto lautnya, lautnya tidak akan pergi dari sana."

Leta tertawa, terdengar cocok sekali dengan musik mengalun yang diputar oleh Glevon. Leta menurunkan kameranya lalu berputar ke arah Glevon. "Bijak sekali. Handphone'mu penuh dengan foto alcohol, kau tau?"

Glevon tertawa dan berkata, "Aku sudah menemanimu mandi sinar matahar seharian, snorkling dan sebagainya. Aku bahkan sudah berenang sama lumba-lumba-gosh that sounded so phatetic. Aku pikir aku bisa jadi pusat perhatianmu sekarang, tapi kamu malah masih saja main dengan kameramu itu. Sini, aku mau jatah." Panggilnya sambil membuka lengannya.

In My Escape, I FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang