One Look and It's All It Takes

870 42 14
                                    

Leta memandang ke arah lautan yang terpapan jelas di depan matanya. Sangat indah. Air tembus pandang itu berwarna biru, tetapi bila tumbuh ganggang dibawahnya akan berwarna hijau. Cahaya matahari yang menyinarinya membuatnya terlihat seolah-olah lautan ditaburi oleh permata berlian. Leta ingin kembali masuk di laut, tetapi pagar kayu pembatas didepannya masih terjejer rapi dan bolongan ada sekitar 20 meter jaraknya. Leta terlanjur nyaman di posisinya sekarang, malas bergerak.

Leta lalu meneguk minumannya yang berkadar alkohol rendah, tapi ternyata sudah habis. Dia mengangguk lesu lalu menegakkan badannya yang sedari tadi disandarkannya di pembatas kayu. Badannya lalu memutar, menunduk lalu menaruh gelas kosong itu di meja yang berada didekatnya. Saat dia memindah fokus matanya dari gelas kosong yang sekarang berada di meja pendek itu, dia tidak sengaja menangkap seorang pria yang duduk tidak jauh dari tempatnya sedang menatapnya lekat.

Rambut pria itu hitam, sebegitu juga matanya. Rambutnya masih basah, jelas sekali kalau pria itu habis berenang. Wajahnya juga sedikit basah, dan entah kenapa ini membuat wajah gantengnya itu terlihat tambah sexy dan hot. Leta memang sudah lumayan sering melihat tubuh six pack di pulau ini, tapi entah kenapa tubuh pria itu yang hanya dibalut celana pendek pantai terlihat sangat wah dimatanya. Tampa sadar, Leta meneguk air liurnya.

Pria itu tertawa kecil, sepertinya dia tau bahwa Leta sedang mengagumi tubuhnya dan wajahnya. Leta yang segera menyadari kebodohannya tersenyum tipis lalu menolehkan pandangannya kembali ke laut dan duduk di sofa kecil di dekatnya. Tetapi meskipun tidak ada pria itu di pandanganya, pria itu mengisi pikirannya. Pria itu sudah pasti pria asian, tidak banyak orang asia yang berada di pulau ini. Mukanya juga seperti orang Indonesia.. atau Singapore? Ah, Leta tidak tau. Yang dia tau dengan pasti adalah pria itu sangat ganteng.

Karena rasa penasarannya, akhirnya Leta menoleh lagi ke arah pria itu dan dapatinya bahwa pria itu sedang menyerigai. Setelah beberapa detik, pria itu menoleh juga ke arahnya dan senyuman di wajah indah-nya bertambah besar. Tak lama kemudian pria itu mengambil sebotol wine di meja kecil-nya, berdiri lalu berjalan ke arah Leta.

Leta jadi terkejut tidak karuhan.

Mendengar decitan kayu ajungan yang semakin mendekat, Leta memperbaiki posisi duduknya. Entah kenapa dia merasa tidak nyaman. Leta menunduk dan memastikan perutnya masih rata dan pahanya masih kecil. Dia mendesah pelan ketika menyadari bahwa dia tidak sedang memakai bikini terbaik yang dia bawa, meskipun dia cukup yakin bahwa bikini-nya sekarang cukup bagus.

"Gelas-mu sudah kosong. Mau?" Tanya pria itu sambil mengangkat botol wine-nya. Tidak menunggu jawaban Leta, pria itu segera menuangkan wine di gelas Leta. "Silahkan." Katanya, menyulurkan gelas yang sekarang sudah terisi separuh. Setelah itu, pria itu duduk di kursi pantai yang berukuran sedikit lebih besar dari kursi Leta yang berada depan Leta.

"Terima kasih." Leta tersenyum lalau menyesap minuman pahit yang berada di gelasnya. Lidah-nya protes dan Leta menutup matanya sesaat sekedar untuk menguranggi rasa pahitnya. Seharusnya dia belum cukup umur untuk meminum minuman ini, tapi ya sudahlah; Dia enam belas! Dan bukankah itu tujuan-nya kesini? Mencoba hal-hal yang seharusnya tidak dia coba, melarikan diri untuk beberapa saat.

"Pertama kali?" Pria itu bertanya, matanya yang dreamy masih menatap Leta lekat.

"Tidak juga." Leta berbohong. Tidak ada salahnya juga, kan?

Melihat pria itu dari dekat membuat Leta kalang kabut. Dia terlihat sangat hot dan dewasa, usiannya mungkin sekitar 25'an? Dan oh! Six pack-nya! Ingin sekali Leta menyalurkan tangannya di perut pria itu. Dia tidak pernah menyentuh six pack sebelumnya, sekarang dia penasaran bagaimana rasanya. Tubuh pria itu terlihat berotot dan kekar, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, cukup pas dan proposional. Untung saja pria itu juga sedang mengagumi tubuh Leta, kalau tidak Leta bisa malu sendiri.

"Glevon. Kamu?"

"Andriana." Leta berbohong lagi. Dia tidak mau memberitaukan nama aslinya. Lagipula, buat apa? Ketika dia pulang, dia tidak akan bertemu dengan pria ini lagi.

Tiba-tiba tercetus ide di kepala-nya. Dia tidak akan bertemu pria ini lagi! Berarti dia bebas melakukan apapun yang dia mau tampa takut dikecam. Dia sudah membaca banyak buku tentang bertemu dengan seorang yang tidak dikenal, dan apa yang terjadi setelahnya. Lagipula, ini bukan negara aslinya. Tidak akan ada masalah meskipun dia melakukan hal-hal gila.

"Andriana. Sexy name. I like it."

Cara pria itu menyebutkan nama palsunya terdengar sangat indah dan benar. Muncul sedikit kekecewaan karena dia tidak memberinya nama aslinya. Leta penasaran bagaimana namanya diucapkan oleh pria itu, akankah terdengar indah dan spesial? Tapi kalau dia mau bertindak gila, dia harus memastikan tidak ada cela.

"Hanya namaku saja?" Leta bertanya. Dia cukup spontan mengucapkannya, cukup mengkagetkan untuk dirinya sendiri. Leta tidak pernah flirting sebelumnya. Dia hanya mengandalkan insting dan buku-buku saja.

Glevon tertawa kecil lalu menaruh gelasnya di meja pendek. Glevon lalu menaruh kedua sikunya di lututnya, hal ini membuat badan Glevon kedepan dan otomatis mendekatkan mereka berdua. "Aku akan mengatakan kalau kau sexy jika kau mengatakan kalau aku juga sexy. Bagaimana?"

Mata Leta berbinar. Dia sangat menikmati permainan ini. Leta-pun mengikuti tingkah Glevon, dia mendekatkan tubuhnya sehingga sekarang wajah mereka hanya terpaut beberapa inchi. "Kau.. sexy." Ucapnya pelan dengan nada rendah dan mata yang dirilekskan.

"Terima kasih, Andriana." Glevon mengelus rambut Leta dengan jari-jarinya. Lalu tiba tiba Glevon mendorong kepala Leta mendekat sehingga hidung mereka bersentuhan, membuat Leta sedikit kaget. "Kau adalah wanita paling memikat." Selesai mengucapkannya, Glevon segera menempelkan bibirnya di bibir Leta.

Glevon baru saja mengecup bibir Leta singkat, dan sayangnya itu merupakan ciuman pertama Leta. Tetapi, bukannya histeris karena ciuman pertamanya diambil secara paksa dan tidak romantis, wajah Leta justru terpenuhi oleh senyuman lebarnya yang memamerkan susunan gigi putih. Dia rasa keperibadiannya akan berubah selama ia disini.

Sungguh pilihan terbaik yang pernah Leta pilih, untuk liburan kesini sendirian dalam rangka ulang tahunya.

__________________

Kasih masukan! VOTEMENT jangan lupa! Cerita ini paling cuma 7-10 chapter dan mungkin setiap minggu bakalan di update.

Kalo udh 10 vote in total hari kamis ak post next chapt

In My Escape, I FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang