02

3.6K 324 14
                                    

Lucius menjelaskan semua dari awal ia menemukan anak itu sampai ia mengadopsi darah Hadrian, Severus yang mendengar itu tak percaya tetapi mengingat sifat (mantan)sahabatnya itu, ia merasa mungkin saja gadis itu melakukannya.

"Aku ingin melihat anak itu"ucap Severus.

"Dikamar Draco, mereka sedang bermain"balas Lucius santai, dan Severus segera pergi menuju kamar Draco untuk melihat anak itu.

Dikamar Draco, Hadrian dan Draco sedang bermain ular Ularan yang dibelikan Lucius Minggu lalu dengan bahagia, melihat itu membuat hati Severus menjadi sejuk dengan melihat senyum dua anak baptisnya itu.

Draco yang tak sengaja melihat ke arah pintu, melihat Severus sedang berdiri di tengah pintu dan berteriak.

"Uncle uncle" teriak Draco dengan semangat dan ceria, mendengar ia dipanggil oleh anak baptisnya ia langsung pergi menghampiri 2 anak itu, yang satu tersenyum kepadanya yang lainnya menatapnya bingung seolah berkata dia siapa? Melihat itu Severus merasa geli dengan pandangan bingung yang dilontarkan kepadanya.

"Halo Draco, apa kabar?"sapa Severus sambil berjongkok mengelus kepala Draco dan Hadrian, dan dibalas tawa dari Draco dan iringan kepala dari Hadrian.

"Aku Severus Snape ayah baptismu, kedepannya kita akan sering bertemu"ucap Severus memperkenalkan diri kepada Hadrian, Hadrian menatap Draco seolah meminta persetujuan nya tetapi Draco hanya tertawa seolah mengizinkan.

"Adlian"balas Hadrian menjabat tangan Severus.

Setelah sekian lama Severus bermain dengan 2 bayi itu, ia kini harus segera pergi karena mendapat panggilan dari Dumbledore. Dan dengan berat hati ia meninggalkan 2 bayi yang menggemaskan itu.

"Jadi anak anak apa kalian bersenang senang?"tanya Lucius kepada 2 bayi nya itu, dan mereka menganggukkan kepala seolah mengiyakan.

Terdapat 2 yang berlari-lari menuju sebuah pohon Natal seperti berlomba siapa yang akan pertama sampai ke pohon Natal tersebut.

"Aku dulu, aku menang dan kau kalah hahaha"ucap seorang anak berambut hitam kepada yang lainnya yang sedang menahan kesal, dan dari jauh terdapat 2 orang dewasa yang sedang tertawa melihat mereka.

"Kau curang, aku yang harusnya menang"balas anak berambut pirang dengan wajah kesal.

"Sudahlah jangan bertengkar"kata seorang wanita paruh baya tetapi masih terlihat awet muda yang rupanya adalah ibu mereka, Narccisa.

Anak berambut pirang aka Draco membuang muka dan anak berambut hitam tersebut aka Hadrian menertawakan kakak nya.

"Siapa yang mau membuka hadiahnya dulu?"kata Narccisa.

"Aku, aku"ucap Draco bersamaan dengan Hadrian, mereka berdua langsung melihat satu sama lain dan memicingkan mata dan membuang pandangan.

"Baiklah, lebih baik kalian membuka bersamaan saja"ucap Narccisa lelah.

"Ok, ok"kata mereka berdua.

Saat sedang sarapan, Dobby sang peri rumah menghampiri mereka dengan wajah cerianya sambil memberikan 2 buah surat, dan Lucius mengambil itu dan menyuruhnya pergi.

"Selamat"ucap Lucius dengan raut wajah bahagia sambil memperlihatkan isi surat yang membuat mereka semua senang.

"Yey, yey"seru Draco dan Hadrian antusias.

"Baiklah, lusa kira akan pergi ke Diagon Alley"kata Narccisa dengan antusias juga.

"Anak anak kalian ke Madam Malkin's saja dulu, aku dan ayah kalian akan ada urusan sebentar, ingat jangan sampai tersesat ke Knockturn Alley"kata Narccisa dengan peringatan di akhir.

"Kami akan menemui kalian di toko Ollivanders"lanjut Narccisa.

"Baik, ok"ucap kedua anak mereka serentak.

"Baiklah"kata Narccisa sambil mengecup kening mereka berdua dan langsung melenggang pergi disertai Lucius.

"Selamat datang di Madam Malkin's, ingin mengukur jubah Hogwarts?apakah kalian tahun pertama?bila iya apa kalian juga ingin mengukur selain jubah?"seru seorang wanita paruh baya saat mereka memasuki toko Madam Malkin's.

"Eeee ben-ar kami tahun pertama, kami ingin mengukur 2 jubah untuk masing-masing dan 5 jas untuk masing-masing, 1 berwarna hijau daun dihiasi dengan permata hijau zambrut, dan 3 berwarna hitam dengan hiasan ular berwarna hijau, dan 1 berwarna biru tosca dengan kristal biru sapphire"jawab Draco.

"Dan 5 lainnya, 2 hitam dengan permata Black Tourmaline, 1 abu abu diselingi dengan hiasan ular silver, 1 warna violet dengan permata Amethyst, dan 1 berwarna Burgundi dengan permata Ruby"kata Hadrian melanjutkan ucapan Draco.

"Baiklah, siapa yang mau diukur terlebih dahulu?"tanya Madam Malkin's.

"Aku saja"ucap Hadrian sambil berjalan menuju sang penjahit.

Draco hanya duduk diam di kursi tunggu yang disiapkan, sambil menunggu adiknya yang sedang diukur. Tiba tiba ada seorang anak yang duduk disampingnya dan menyapa.

"Hei, Lama tak bertemu Dray"sapa orang itu.

"Hai Nott"balas Draco sedikit tak enak kepada orang itu yang bernama Theodore Nott.

"Kau sedang menunggu giliran untuk diukur juga?"tanya Draco tak antusias, hanya untuk formalitas saja.

"Tidak, aku sudah diukur tadi, aku hanya mampir ketika melihatmu ada disini"jawab Theo dengan senyum diwajahnya yang memancarkan cahaya layaknya malaikat yang membuat Draco sedikit muak, karena dia tau Theo ini orang yang seperti apa karena mereka sering bertemu di pertemuan atau pun pesta para orang tua mereka.

Mendengar itu Draco hanya diam dan tak menyahuti ucapan Theo lagi, dan tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil nama Theo.

"Ah sepertinya mereka mencari ku, baiklah aku akan pergi"ucap Theo sambil mengedipkan mata dan pergi.

Mendapat perlakuan seperti itu membuat Draco merinding.

"Hiiii"seru Draco merinding.

"Dia siapa?"tanya Hadrian tak senang.

"Hanya anak dari teman ayah"jawab Draco sambil berjalan menuju ruang ukur, karena Hadrian sudah selesai diukur dan sekarang adalah gilirannya.

"Kau yakin?"tanya Hadrian sekali lagi sambil memegang tangan Draco.

"Tentu, why?"jawab Draco bingung.

"Nothing"balas Hadrian dan melepaskan cekalan tangannya dan membiarkan Draco pergi.

Aneh kata Draco dalam hati dan melenggang pergi.

Brother KompleksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang