𝟕. 𝗣𝗲𝗿𝗸𝗮𝗿𝗮 𝗞𝗮𝗱𝗼

397 88 47
                                    

𝐅𝐀𝐓𝐈𝐇

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Such a simple beauty, when i see you happy with my presence

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Such a simple beauty, when i see you happy with my presence."












"Kamu doyan ikan pecak?"

Meletakkan piring berisi masakan yang masih mengepulkan asap di depan meja, Rena kembali melangkah kearah dapur untuk mengambil nasi yang sudah di taruh keatas mangkuk besar. Namun belum sempat tangannya meraih benda yang akan ia bawa kembali, satu tangan yang lebih besar terulur lebih dulu mengangkat mangkuk tersebut untuk di bawa keatas meja. Ia menoleh kesamping, menatap sosok yang lebih tinggi mengambil alih pekerjaannya.

"Dek Rena duduk di sini, kamu kan sudah masak. Biar makanannya saya yang bawa ke meja." Setelah meletakkan nasi, Fatih menarik kursi untuk istrinya.

Yang diajak bicara kini mengangguk patuh lalu melewati tubuh Fatih sejenak sebelum duduk di bangku yang sudah di sediakan untuknya.

Kedua iris matanya tidak lepas menatap punggung sang suami yang tengah menyiapkan peralatan makan dan juga lauk yang sudah dirinya buat beberapa saat lalu. Jujur saja punggung dan kedua kaki Rena memang masih cukup pegal karena acara kemarin, dia lelah menyapa para tamu yang datang satu-persatu. Apalagi setahunya Papa mengundang orang dengan cukup banyak, jadi sudah bisa di tebak sebagaimana remuknya seluruh tubuh Rena sekarang.

Semalam dia masih ikut di rumah Mama karena jarak antara gedung dan rumahnya tidak terlalu jauh, bahkan keluarga Fatih seperti Abi dan Umi memilih menginap di rumah Rena untuk menghabiskan satu malam setelah di paksa oleh Mama dan Papanya. tidak ada hal yang membuatnya berpikir keras seperti biasa. Sebab ketika dirinya sudah berganti pakaian, Fatih masih sibuk berbincang dengan keluarganya. Jadi ia tak perlu repot-repot senam jantung tengah malam karena saat sudah merasakan empuknya ranjang ia sudah berada di alam mimpi.

Ketika paginya pun ia di bangunkan oleh Mama saat menunaikan ibadah solat subuh, sejujurnya ada satu pertanyaan yang singgah di kepalanya dan sampai saat ini dirinya tidak berani untuk bertanya hanya untuk menyampaikan rasa penasarannya yang tercokol kuat sejak tadi malam.

Tapi serius, Rena penasaran. Semalam Fatih tidur dimana? Sebab, sejak pertama ia tidur dan saat bangun dia tidak menemukan sosok Fatih sama sekali. Meskipun begitu melegakan tetap saja ia merasa penasaran sampai-sampai seharian penuh ini dia memikirkan perkara tersebut.

Kedua manik matanya mengedar memandang rumah berukuran sedang namun terlihat begitu nyaman untuk di tinggali, Memang tidak sebesar rumah Papa namun rumah ini terlihat cantik dan bersih dengan sedikit hiasan yang menambah kesan nyaman untuk di pandang oleh matanya. Bahkan ada tulisan kaligrafi yang berada di tembok ruang tamu, tidak terlalu norak namun cukup membuat rumah ini indah untuk di pandang.

𝐅𝐀𝐓𝐈𝐇 | 𝚟𝚛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang