𝐅𝐀𝐓𝐈𝐇
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Imperfections will be covered by a man who is able to perfect your shortcomings because of his love."
.
"Jam dua nanti kamu rapih-rapih ya dek? Calon kamu datang jam tiga untuk melangsungkan proses lamaran."
Sore ini.
Sore ini?
Tak dapat Rena jelaskan apa yang menjadi hantaman keras pada dadanya, maksudnya bukan ia masih tidak mempercayai kalimat-kalimat yang sudah Papa jelaskan dengan baik semalam. Hanya saja, jeda waktunya bahkan tak lebih dari duapuluh empat jam sejak tadi malam ia berdebat mengenai pembicaraan yang Papanya lontarkan dan tiba-tiba sore ini, dengarkan baik-baik oke? Sore ini dia akan segera di lamar.
Di lamar. Dua kata itu memenuhi pikirannya.
Pening kepala Rena, baru luluh semalam. Jiwa pemberontaknya tiba-tiba membara, jika bisa ia akan segera berlari ke kamar lalu memasukkan seluruh pakaian yang ia punya kemudian pergi ke rumah Nilam atau Seline agar tak jadi bertemu dengan calonnya secepat ini.
Tapi..
Rena bisa apa? Dia sudah menyetujuinya semalam.
Ia pikir lamaran akan ada jeda sekitar satu minggu atau lebih bagusnya satu bulan lagi, tapi ini.. satu hari? Bahkan tidak benar-benar sampai satu hari.
"AAAAAAAAAAA" berteriak di balik bantal yang ia bungkam kewajah agar suaranya meredup dan tak terdengar oleh siapapun meskipun ia berteriak sekencang mungkin.
Di lemparnya bantal ke sembarang arah, wajah memerah manahan segala emosi yang tersulut di dada dan mungkin sebentar lagi ia akan semakin meledak meskipun di tahan-tahan. Rena mengusap wajahnya kasar, ia tidak punya rasa semangat lagi.
Ayolah, cita-cita Rena itu masih belum seujung kuku ia dapati titik peluangnya tapi sudah harus menikah sebentar lagi. Belum di gapai, sudah terkubur begitu dalam cita-citanya. Oke, itu tak menjadi masalah dan mungkin di lain kesempatan ia akan mendapatkan peluang baru dari hal-hal yang tak ia duga. Tapi ia mohon agar orangtuanya mengerti dan memberi Rena jeda dua bulan saja untuk ia menyiapkan hati dan mentalnya untuk hal yang belum bisa ia pikirkan sama sekali.
Rasanya Rena ingin menangis.
"Kamu kenapa Rena?"
Menoleh refleks tak kala mendengar suara perempuan yang begitu familiar, Itu Kak Sila tengah menggendong Nauzam sembari memandanginya bingung karena melihat wajahnya yang mungkin sudah kelewatan kacau. Rena mengerucutkan bibirnya lantas membuka lebar tangannya sembari mendekati Nauzam yang tengah mengulum ibu jarinya dengan wajah polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐀𝐓𝐈𝐇 | 𝚟𝚛
Fanfic[ Vrene Lokal ] Fatih adalah wujud kesempurnaan yang di hadirkan Allah untuk melengkapi hidup seorang Adzkia Renadin Putri. Start : 01-03/22