𝟴. 𝗣𝗮𝗸 𝗞𝗲𝗽𝗮𝗹𝗮 𝗦𝗲𝗸𝗼𝗹𝗮𝗵

414 86 31
                                    

𝐅𝐀𝐓𝐈𝐇

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"When you become mine, the slightest thing will be very clearly seen in my eyes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"When you become mine, the slightest thing will be very clearly seen in my eyes. Be it sadness or happiness."

"Ustad Fatih seminggu ini kemana? Menikah kok enggak ngundang-ngundang."

Ada kekehan renyah yang menyambut pertanyaan tersebut. Fatih memberi gelengan kecil. "Panggil Pak Fatih saja ya? Jangan Ustad. Ilmu saya belum setinggi itu." Sahutnya enteng di sertai bunyi penghapus yang di letakkan keatas meja.

Jadwal mengajarnya seharusnya usai sepuluh menit lagi tapi melihat para murid yang masih antusias memandangnya dengan mata penuh binar membuat Fatih tetap duduk tenang menjawab beberapa pertanyaan ringan yang akan dia jawab seputar mata pelajaran atau diluar dari konteks materi. Seraya telinga mendengarkan, satu tangan bergerak merapihkan beberapa perlengkapan mengajar seperti laptop dan buku tebal bertuliskan 'Fiqih dasar.' yang berada di samping buku absen.

"Pak Fatih kode ya biar di panggil Pak kepala sekolah?" Salah satu murid yang memiliki mata sipit itu menaikkan satu alisnya naik-turun di sertai nada menggoda yang membuat satu kelas ikut meledeknya dengan suara riuh yang mungkin bisa terdengar hingga keluar kelas.

Fatih menggeleng malu, jelas meskipun kalimat yang terlontar hanya guyonan belaka. Tak menepis fakta bahwa memang benar tepat dua minggu lalu sebelum ia menikah kabar tentang dirinya yang diangkat menjadi kepala sekolah──Atas perintah Abi, Pemilik yayasan. Cukup membuat satu sekolah terkejut bukan main baik guru maupun pekerja lain di yayasan. Menyerahkan tanggung jawab pada putra sulungnya untuk mengambil alih sekolah ini hingga kabar yang ia anggap biasa ternyata sudah menyebar sampai ke telinga siswa.

Barangkali di usia muda seperti ini menjadi hal luar biasa untuk mendapat predikat 'Pak kepala sekolah' yang nyatanya ia dapatkan atas kendali tangan dari sang ayah. Bukan sebuah prestasi besar, tapi rasa syukur selalu ia panjatkan dalam hati maupun lisannya di kala usai menunaikan solat melalui doa yang terus menerus dirinya ucapkan.

"Pak dada saya potek karena cinta saya bertepuk sebelah tangan." Lagi-lagi pertanyaan kurang bermutu terlontar dengan begitu luwes-nya.

Namun, mengingat sudah bukan waktunya mengajar ia balik bertanya dengan suara merdu yang terkesan tidak begitu serius selain ikut mendalami peran di dalam drama kecil-kecilan yang anak muridnya buat.

"Kenapa bisa bertepuk sebelah tangan?"

"Soalnya Pak Fatih nikahnya enggak sama saya." Berlagak sedih namun berlawanan dengan wajah tengil yang membuat seluruh murid sekelas bersorak heboh.

Menggeleng seraya memandang lucu. Kedua tangan sudah menarik buku serta laptop. Mengabaikan kalimat yang memang tidak wajib untuk dirinya jawab, Namun tubuhnya sejenak tak bergerak ketika pria jangkung dengan peci berwarna hitam di kepalanya mengangkat tangan lalu mulai menyuarakan pertanyaannya.

𝐅𝐀𝐓𝐈𝐇 | 𝚟𝚛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang