𝟭𝟮. 𝙎𝙖𝙠𝙞𝙣𝙖𝙝, 𝙈𝙖𝙬𝙖𝙙𝙖𝙝, 𝙒𝙖𝙧𝙖𝙝𝙢𝙖𝙝

622 97 103
                                    

𝐅𝐀𝐓𝐈𝐇

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sebesar apapun cobaan yang akan Allah berikan untuk mengangkat derajat kita sebagai hambanya, kita jalani bersama-sama ya?"  ── Fatih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sebesar apapun cobaan yang akan Allah berikan untuk mengangkat derajat kita sebagai hambanya, kita jalani bersama-sama ya?" ── Fatih



"Motornya barusan sudah di cek sama Khairul sebelum dia berangkat kerja, katanya semalam hasil beneran kamu dari bengkel masih belum tuntas. Makanya pas pagi dia cek motor kamu mati lagi." Mama duduk seraya menatap menantunya saat tengah mengaduk susu lalu meletakkan di depan anak bungsunya yang sedari duduk di meja makan tidak banyak bicara.

"Terimakasih Ma, Maaf Fatih semalam bikin Khawatir."

"Rena, bilang apa coba sama suami kamu." Mama sedikit tidak suka tatkala Rena tidak bereaksi banyak sedari tadi bahkan tetap bungkam saat Fatih membawakan gadis itu sarapan.

"Makasih Mas." Tuturnya singkat tanpa melirik pria di sampingnya yang melemparkan senyuman tipis sembari mengusap bahunya.

Hera berdecak, gaya sekali anaknya. Semalam siapa yang kelimpungan mencari suaminya lantaran belum pulang hingga larut malam? Kini suaminya sudah di samping, anak bungsunya ini justru terlihat tidak peduli.

Ah, tunggu...

Kedua mata Hera tanpa sengaja menatap Rena tatkala kedua manik mata anak perempuannya diam-diam mencuri pandang lalu melengos ke arah lain saat Fatih menoleh menatapnya. Sepertinya Hera bisa menangkap satu hal, bibirnya tanpa bisa di kendalikan lantas menarik senyuman tipis. Apa-apaan? Pasti terjadi sesuatu. Mengingat seberapa kalut anaknya semalam. Tidak mungkin tidak terjadi sesuatu saat di kamar.

Harusnya Hera memasang Cctv, agar lebih seru.

"Sudah mau jalan sekarang?"

Mengangguk ringan setelah menyalami tangan milik wanita yang hampir enam puluh persen mirip dengan wajah sang istri, hanya faktor usia yang mungkin mampu membedakan bagaimana wajah Hera──Mama dari istrinya terlihat jauh lebih dewasa. "Iya Mah, nanti saya kabari pakai telepon rumah kalau sudah sampai. Fatih juga mau bawa Dek Rena sebentar cari angin." Penuturan tersebut mampu membuat bibir tipis Hera berkedut menahan senyuman tipis, ia melirik anak bungsunya yang sudah berada di luar gerbang memakai helm di kepalanya.

Lucu sekali, wajah anaknya memang masih sedikit suram dan Hera belum tahu pasti penyebab utama hal tersebut bisa terjadi. Namun, dia sedang menantikan hal baik yang mungkin akan datang entah dalam waktu dekat atau mungkin sedikit lebih lambat.

"Dek, salim dulu."

Mendengar instrupsi dari pria yang sudah rapih memakai jaket kulit berwarna hitam membuat gadis bertubuh mungil itu sedikit berlari masuk dan menyalami Mama dengan mencium tangannya.

𝐅𝐀𝐓𝐈𝐇 | 𝚟𝚛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang