𝐅𝐀𝐓𝐈𝐇
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Terkadang manusia tak pernah letih untuk meminta namun lupa bagaimana cara bersyukur."
──
"Umi, Mama. Aku taruh disini saja ya"
Beberapa bolu yang sudah di potong-potong Rena letakkan diatas meja makan, tak lupa merapihkan susunan kue menjadi lurus agar terkesan lebih tertata. Ini masih pukul enam pagi setelah jam 1 malam Mama, Umi dan dirinya mulai membuat bolu serta kue. Sebab sore nanti Abi dan Fatih akan pulang setelah hampir tiga hari pergi menuju pondok pesantren dimana Fatih sebelumnya pernah tumbuh besar disana. Katanya, ada acara besar hingga pemilik pesantren yang notabane sahabat dari Abi Fardan turut mengundang Abi dan Fatih. Tadinya Papa ikut di ajak Abi namun tak bisa menghadiri lantaran pekerjaan mendesak di luar kota yang tak bisa di tunda.
Maka Umi memilih ikut menginap di rumah Mama untuk membuang rasa bosan, sudah diizinkan Abi Fardan juga. Harusnya Ayah pulang siang nanti, lalu sorenya di susul Fatih dan Abi. Malamnya sudah pasti akan ada makan malam besar sebab jam delapan pagi nanti Rena harus belanja ke pasar bersama Khairul yang belum pulang dari Masjid setelah menunaikan solat subuh.
Entah Abangnya itu kemana, bisa jadi tertidur di masjid karena saat berangkat subuh tadi mata Khairul merah sekali lantaran pulang jam dua belas malam karena dapat lembur dadakan.
"Rena, Abangmu mana? Susul dulu gih di masjid. Mama takut ketiduran."
Nahkan, ternyata dugaan Rena maupun Mama sama. Sehati, karena tahu kelakuan Khairul yang suka tidur dimana saja jika sedang mengantuk. Kedua mata Rena menatap Umi yang tengah terkekeh mengetahui tingkah laku Khairul, mau tak mau ia jadi tersenyum malu. Sejujurnya lebih malu karena tingkah laku Khairul yang absurd sekali, jangan sampai Umi berpikir tingkah laku Rena dan Khairul sama.
Ck, tak mau pokoknya kalau sampai di samakan dengan si tengil Khairul.
"Assalamualaikum Mama! Ini abang bawa siapa lihat."
Panjang umur yang sedang di bicarakan sudah terdengar suaranya yang berasal dari luar. Mama menepuk kedua tangannya lantas bergerak mencuci tangan kearah wastafel untuk menghampiri satu-satunya anak lanang keluarga mereka.
" Waalaikumsallam Kenapa rul? Kamu bawa nasi ud──NAUZAM!" Mama reflek menjerit melihat cucu kesayangannya tengah di gandeng oleh Khairul yang sudah bisa berjalan sedikit demi sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐀𝐓𝐈𝐇 | 𝚟𝚛
Hayran Kurgu[ Vrene Lokal ] Fatih adalah wujud kesempurnaan yang di hadirkan Allah untuk melengkapi hidup seorang Adzkia Renadin Putri. Start : 01-03/22