Aku memutuskan untuk tetap tinggal.
Benar, kau tak salah mendengar. Aku memang memutuskan untuk tetap tinggal, menerima tawaran laki-laki itu untuk bertahan dari udara dingin di luar sana yang siap menyerang siapapun kapan saja. Namun, tentu bukan tanpa syarat yang harus kupenuhi.
Tidak mungkin aku bertindak tidak sopan, memerintah laki-laki itu untuk pergi, tinggal di kamar lain, sementara aku dan Galih mendapatkan ruangan khusus dengan cahaya terang dan bisa kabur kapan saja. Jadi, aku berencana untuk tidak tidur semalaman. Laki-laki itu menawarkan diri untuk menemani malamku, yang langsung kusetujui tanpa berpikir panjang.
Setidaknya, aku bisa mengawasinya di ruangan yang sama. Lagipula, kurasa aku dan laki-laki itu akan memiliki banyak bahan pembicaraan, terutama mengenai Erik. Jika kukatakan tak tertarik untuk membicarakan hal itu, maka aku sedang berbohong.
Mataku yang sebelumnya sayu kini berubah menjadi cerah, merana hingga ke mana-mana. Mungkin, karena aku harus selalu waspada, tidak tahu apa yang akan laki-laki itu lakukan seandainya aku jatuh tertidur.
Jangan salahkan aku. Dia sudah menghantam kepalaku dengan balok kayu. Kenapa aku tak boleh tak memercayainya seratus persen? Apalagi di dunia seperti ini.
Galih sempat bangun–akhirnya–dan menanyakan di mana ia berada sekarang. Laki-laki itu mengambilkan sepiring makanan untuk Galih lahap sebelum ia tidur kembali. Rasa laparnya kurasa tidak berkurang sama sekali, melihat bagaimana anak itu bisa melahap habis seluruh makanan yang dihidangkan, walaupun ia sedang berada dalam kondisi sakit.
Anak-anak biasanya susah makan ketika sakit, kan?
Ketika Galih selesai makan, percakapan intens yang kulakukan dengan laki-laki itu dimulai. Namanya Ade, bekerja di bagian logistik sebuah perusahaan, yang kemudian tak kumengerti, kenapa aku dan dia harus membicarakan pekerjaan, padahal dunia kami yang lama sudah tak ada lagi sekarang–mungkin untuk waktu yang cukup lama.
Oh, ya. Bukan menjadi bagian tukang angkut seperti staf logistik kebanyakan kepanitiaan mahasiswa, tentu saja. Setidaknya itu yang dikatakan Ade.
Namun, masalah pekerjaan membuat pembicaraan kami langsung terarah. Tentu, apalagi kalau bukan tentang Erik? Lagipula, manusia yang satu itu juga kan, yang sebenarnya membuat suatu hubungan, sehingga aku dan Ade–setidaknya sampai saat ini–tidak berbaku hantam?
"Kami tinggal berenam. Erik dan kedua orang tuanya, aku dan kedua anakku. Kami bertahan, mempertahankan keadaan, sampai ketiga perampok itu mengambil semua barang-barang kami." Ade mendengus, kemudian memperhatikan api lilin sejenak sebelum kembali melanjutkan ceritanya. "Aku sengaja membiarkan mereka mengambilnya, tak ingin apa-apa terjadi anakku, tetapi orang tua Erik ...."
"Erik bilang dua orang dari kalian meninggal. Apa dua orang yang ia maksud itu kedua orang tuanya?"
"Erik menceritakan itu?"
Aku mengangguk. "Aku tidak tahu apakah cerita itu benar atau tidak."
"Cerita itu memang benar-benar terjadi." Ade menjelaskan, meyakinkanku bahwa kedua cerita yang ia dan Erik berikan bisa menjadi satu kesatuan. "Orang tua Erik bersikeras kalau kita harus melawannya. Mereka sudah tua, mungkin pikirannya kolot, mungkin mereka masih terjebak pada dunia di mana kita bisa melawan tanpa rasa takut. Dunia ini berbeda, orang-orang akan melakukan apa saja untuk bertahan hidup."
"Jadi para perampok itu membunuh orang tua Erik?"
Ade mengangguk. "Dan menjadi alasan Erik berpikiran sinting."
Aku mengernyitkan dahi. "Bagaimana mungkin?"
"Semua ini adalah salah pemerintah, katanya." Ade meneguk ludah, kemudian menengadahkan kepalanya, seolah tertegun dengan langit kamar yang gelap. "Kalau tempat penampungan itu bekerja, seharusnya kami tidak akan luntang-lantung seorang diri di tengah kota. Orang-orang, satu-persatu, mati begitu saja karena mengharapkan bantuan. Yang terjadi malah sebaliknya, orang-orang mati di sana."
![](https://img.wattpad.com/cover/313176078-288-k926380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Peaceful Rest, the Night is Calm [SELESAI]
Science-FictionDunia dilanda musim salju tanpa henti. Firman dan adiknya, Galih, berusaha bertahan hidup dari dunia yang dingin dan manusia-manusia lainnya yang akan melakukan apa saja untuk bertahan hidup.