Karena penasaran dan diajak, Megumi mengikutiku. Aku hanya mampir sebentar, katanya. Padahal, aku tak keberatan jika ternyata dia berlama-lama. Toh, dirumahku tidak ada siapa-siapa.
Sesampainya di ruang tamu, aku menyuruhnya untuk menunggu selagi membuat teh. Megumi mengangguk lalu duduk di sofa. Kuletakan tas diatas meja lalu pergi menuju dapur dan kembali dengan dua cangkir teh chamomile hangat.
"Jika tak kau minum sampai habis, maka aku akan sedih," ujarku sambil meletakkan cangkir.
"Oh ... ya." Megumi terlihat bingung.
Aku cekikikan. "Sepertinya itu lebih ampuh," lalu duduk disampingnya dan menyeruput teh-ku.
"Apa maksudmu?"
"Ah ... ucapan yang kukatakan tadi agaknya bersifat memaksa tanpa ada pengecualian. Sedangkan, jika kukatakan "Ini teh untukmu", itu sebuah pilihan dan tergantung apakah kau ingin meminumnya atau tidak," jelasku.
Megumi tertegun, "Aku mengerti sekarang," dan menyeruput teh-nya.
Suasana menjadi hening dalam beberapa saat. Mungkin ini efek rumahku yang terasa dingin dan terlalu sepi.
"Kau tinggal sendirian?" tanya Megumi.
"Ya," jawabku. "Bagaimana denganmu?"
"Aku tinggal berdua bersama kakak perempuanku. Dia bekerja dari pagi hingga malam, jadi kami tak punya waktu selain hari libur."
"Sepertinya menyenangkan. Beri tahu aku, apa saja yang kalian lakukan ketika hari libur?"
"Hm...," Megumi meletakkan cangkir tehnya, lalu menatapku. "Kau sungguh ingin tahu?"
Ini mencurigakan sekali. Bukankah lebih baik dia ceritakan garis besarnya saja? Kenapa dia malah balik bertanya dengan ekspresi enggan seperti itu? Apakah ... Megumi dan kakaknya sedekat itu?
"Jangan-jangan ... kau tak berniat menceritakannya? Tidak apa-apa!" ujarku bersikeras, lalu sedikit berbisik. "Aku juga senang mendengarkan cerita yang intim dan vulgar."
Wajahnya jadi merona, "Aku cukup terkejut mendengarnya," lalu kembali seperti biasa. "Tapi, kau salah paham. Mana mungkin aku melakukan hal seperti itu dengan kakakku."
Jadi ... aku salah paham, ya? Sayang sekali, rahasia kotorku terungkap dan diketahui Megumi. Dan lagi, aku sendiri yang mengatakannya! Gawat. Kebanyakan cowok pasti ilfill dengan cewek berfikiran aneh dan menjijikkan. Bagaimana ini!? imejku sebagai cewek baik-baik telah hancur sekarang.
"Terkadang, aku juga membaca manga ecchi tengah malam hingga lupa waktu."
Tiba-tiba Megumi berujar seperti itu, membuatku mematung ditempat. Namun, wajahnya terlihat biasa saja sembari menyeruput teh. Ia lalu meletakkan cangkirnya yang sudah kosong.
"Sudah kuhabiskan."
"Oh ... baguslah ...."
"Terimakasih atas tehnya. Kalau begitu, aku pamit pulang—"
"Tunggu!"
Refleks aku mencekal tangannya yang baru saja hendak berdiri. Megumi menatapku bingung.
"Ada apa, [Surname]-san?"
"Itu, soal cerita intim dan vulgar itu ... a-aku memang menyukainya. Jadi, bisakah kau merahasiakan hal ini dari siapapun?"
Megumi terdiam sesaat.
"Kalau begitu, bisakah kau menjaga rahasiaku tentang aku yang membaca manga ecchi hingga lupa waktu?"
"Ah, tentu saja!"
"Baiklah, aku percaya padamu."
Hei, kenapa keadaannya malah jadi terbalik begini?!
"Lalu, apa jawabanmu?"
"Sama sepertimu."
Syukurlah! Ini membuatku lega sekarang.
"Oke, kita saling menjaga rahasia," ujarku dan tertawa. "Entah mengapa, kedengarannya lucu."
"Yah, tertawalah sepuasmu." Megumi menatap jam di layar ponselnya. "Ini sudah jam sembilan lebih, aku tak ingin membuat kakak khawatir. Maaf tak bisa berlama-lama, [Surname]-san."
Bagaimana dia bisa tahu yang kufikirkan tadi?!
"Tidak apa-apa, lebih baik kau pulang. Aku jadi tidak enak dengan kakakmu."
"Kalau begitu, sampai jumpa besok."[]
──── ◉ ────
Cieee rahasia-rahasiaan👁️👄👁️
Jangan lupa vote yaa (。・ω・。)ノ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Hesitate
FanficFushiguro Megumi × Readers 15+ ──── ◉ ──── Pria yang kunantikan adalah pria tak acuh, tak peduli dan tak mau tahu urusan orang lain. Sejak awal pertama kami bertemu, kami mulai sering bersama. Tugas kelompok menjadi takdir yang mengikat kami, walau...