07

204 39 0
                                    

Megumi memasak berbagai aneka masakan, sedangkan aku menatanya di atas meja. Alas meja yang lebar dipenuhi piring-piring dang mangkuk-mangkuk berisi nasi, membuatku resah namun semuanya terlihat enak. Apakah ini tidak berlebihan hanya untuk tiga orang?

Aku masih mematung di tempat sambil menatap makanan-makanan ini dengan seksama. Jika tidak habis, apakah Megumi yang akan menghabiskannya?

"Kenapa, [Surname]-san? Apa kau ingin mencicipinya?"

Megumi tiba-tiba datang dan meletakkan mangkuk kecil berisi saus mayones ke atas meja. Ia membuka celemeknya dan berdiri menghadapku.

"Gak mungkin aku makan duluan!" sergahku sambil cengengesan, meski dalam hati aku sudah sangat lapar. "Aku hanya berfikir, kau memasak sebanyak ini dalam waktu singkat. Itu hebat!"

"Hmph, kau membantuku. Semua jadi selesai dengan cepat," timpalnya lalu pergi ke dapur, menggantung celemek itu kembali pada tempat semula.

"Wah~ makan malamnya sudah jadi, ya."

Tiba-tiba suara perempuan terdengar di ambang pintu. Kami refleks berbalik menatap kearah sumber suara. Mungkinkah itu kakaknya Megumi?

"Sejak kapan kau datang, kak?"

Megumi berjalan menghampirinya. Benar saja, wanita cantik ini adalah kakaknya Megumi. Dia terlihat ramah, dan jantungku semakin berdebar kencang. Kurasa, dia tak mungkin memarahiku karena sudah membuat Megumi pulang begitu malam, tapi entah mengapa aku jadi merasa bersalah padanya.

"Baru saja. Aku tidak ingin mengganggu kalian," ujarnya, lalu menatapku. "Sepertinya kalian bersenang-senang."

Aku jadi salah tingkah. "Sa-salam kenal, kakak. Aku temannya Megumi!" ujarku sambil membungkuk.

"Senang bertemu denganmu, [Name]-chan." Wanita itu tersenyum hangat. "Kalau begitu, mari kita makan. Kalian pasti lapar 'kan?"

──── ◉ ────

Setelah diajak ngobrol oleh kakaknya Megumi, aku jadi lega sekaligus senang karena disambut begitu baik. Tepat pukul sembilan malam, aku pulang diantar Megumi atas perintah kakaknya. Tak kusangka kakak Megumi begitu baik padaku, bahkan ia mengajakku makan malam lagi besok dirumahnya. Tentu saja aku menolak. Terlalu sering juga tidak baik 'kan.

"Jadi bagaimana?" ujar Megumi ketika kami masih dalam perjalanan menuju ke rumah.

"Apanya?" tanyaku bingung.

"Makan malam hari ini," jawabnya.

"Oh ... tentu saja menyenangkan!" sahutku. "Aku diterima baik oleh kalian. Terimakasih telah mengajakku, Megumi-kun."

"Syukurlah jika kau senang, [Name]-chan."

"Ha! Aku baru mendengarnya darimu. Kufikir kita sudah berteman dekat sejak dua tahun yang lalu!"

"Sejak kelas sepuluh kita selalu berkelompok, ya. Benar-benar sebuah kebetulan."

"Yah, aku pun tak mengerti. Setiap tugas kelompok kita selalu di kelompok yang sama. Tapi, apa kau ingat? Ada suatu masa dimana kita berbeda kelompok. Yap, di semester dua!"

"Kau yang jawab sendiri, apa kau gila?"

"Yap! Aku sungguh dibuat gila waktu itu, sebab tak ada yang bisa diandalkan karena semuanya mengandalkanku," keluhku dan menghela nafas lelah.

"Kenapa tidak meminta bantuanku?"

"Karena kita beda kelompok, bodoh. Dan kau juga terlihat seperti tidak peduli apapun yang terjadi."

"Apa aku terlihat seperti orang bodoh bagimu?"

"Tidak juga."

Kami jadi bernostalgia. Ketik kami beranjak kelas sebelas, kami jadi sering berkelompok lagi. Bahkan meski itu para murid yang memilih, maka yang pertama kutunjuk adalah Megumi Fushiguro.

Akhirnya kami tiba di depan rumahku yang gelap karena lampu luar belum kunyalakan. Melihatnya membuatku agak merinding, sebab terlihat seperti rumah horor yang ada di film-film.

"Terimakasih sudah mengantarku pulang. Hati-hati di jalan, Megumi-kun."

Aku melambaikan tangan sambil melempar senyum padanya. Megumi hanya mematung ditempat.

"Eh? Ada apa, Megumi-kun?"

Pria itu berjalan mendekat, tangannya terulur memegang sebelah pipiku. Tanpa aba-aba, dia membuatku membisu dengan bibirnya yang mengecupku. Entah aku yang terlalu shock, atau ini memang terjadi lebih lama dari sekedar kecupan singkat yang selalu dilakukan ibu pada ayah ketika hendak pergi bekerja. Mungkin ... inilah rasanya. Tak sempat kunikmati karena Megumi segera melepaskannya.

Itu adalah, ciuman pertamaku, dan Megumi yang mengambilnya.

"Maaf ... [Name]-chan. Sepertinya, aku yang gila."[]

──── ◉ ────

Duh tanda-tanda mau jadi calon adik ipar nih🤭😙 waktu dan tempat dipersilahkan untuk runding acara resepsi dan ijab kabul nya yah hee

Jangan lupa vote yaa (。・ω・。)ノ♡


Don't HesitateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang