09

211 40 0
                                    

Sesampainya di depan rumah Megumi, kulihat kakak perempuannya tengah menyiram bunga di halaman. Aku tersenyum ketika dia melihatku.

"Selamat sore, Tsumiki-san."

"[Name]-chan ... apa kau hendak menjenguk Megumi?"

"Um ... begitulah, kak."

Wanita itu tersenyum, wajahnya yang selalu terlihat ramah membuat kegelisahanku mereda.

"Kalau begitu, akan kuantarkan ke kamar Megumi. Tapi jangan lama-lama ya, aku takut kau juga akan sakit karena tertular demamnya," ujar Tsumiki-san.

"Ah, terimakasih sudah mengkhawatirkanku. Aku akan selalu menjaga kesehatanku!"

"Itu bagus, [Name]-chan."

Kami berjalan menuju kamar Megumi, Tsumiki-san memimpin jalan. Di dalam rumah, terdapat halaman kecil dengan kolam ikan yang jernih. Tempatnya begitu menyejukkan mata. Ingin rasanya aku mempunyai rumah yang damai seperti ini, tidak begitu sepi dan terasa mencekam seperti rumahku.

"Tsumiki-san tidak bekerja?" tanyaku.

"Tidak. Aku mengambil cuti untuk sementara, sampai keadaan Megumi membaik. Setidaknya, sampai panasnya turun dan kesadarannya kembali."

"Eh?! Dia tak sadarkan diri?" Aku memekik kaget. "Kalau begitu, kenapa tidak dibawa ke rumah sakit saja?"

"Ya ... dia hanya bangun sebentar tadi pagi dan sempat meracau ingin pergi sekolah. Tak lama kemudian, dia kembali tidur setelah aku menyuruhnya. Jika sampai malam ini dia tak kunjung bangun, aku akan segera menelepon ambulan," jelas Tsumiki-san.

Mungkinkah Megumi menunggu jawabanku? Jadi ... ini bukan gara-gara dia sedang demam 'kan? Mana mungkin dia demam gara-gara aku?!

"Aku mengerti...."

Kami sampai di depan pintu kamar Megumi. Aku jadi tak sabar ingin bertemu dengannya.

"Kau masuk saja, [Name]-chan. Aku harus menyiram tanaman yang lainnya di halaman belakang."

"Baiklah ... terimakasih, kak."

Aku membungkuk sekilas ketika Tsumiki-san melempar senyum lalu berbalik pergi. Kini saatnya aku bertemu pria tak banyak omong ini. Belum satu hari, aku ingin mendengar suaranya. Meski hanya memanggilku saja....

Kriet....

Pintu dibuka. Kulihat Megumi terbaring di atas kasurnya, berselimut dan sebuah kain yang menempel di dahinya. Kututup pintu dan berjalan mendekat, menatap wajahnya yang memerah dan berkeringat dingin. Ia terlihat sedikit mengernyit dan menggigil, aku jadi khawatir sekarang.

"Megumi-kun...."

Kuletakan bingkisan apel di atas meja belajarnya, lalu memegang kain lap yang ada di dahinya. Kain yang basah itu terasa panas di telapak tanganku.

"Demamnya beneran tinggi...."

Kuambil kain tersebut dan mencelupkannya pada baskom berisi air dingin, lalu kembali meletakkannya pada dahi Megumi setelah kuperas.

"[Name]-chan...."

Suara Megumi yang parau terdengar memanggilku. Kulihat dia bersusah-payah membuka mata, hanya sedikit celah, namun aku bisa merasakan dia menatapku.

"Akhirnya kau sadar, Megumi-kun!" Aku memekik pelan. Meski begitu, keadaannya masih terlihat buruk.

"Uh ... kakakku bilang, aku harus banyak beristirahat agar bisa segera pergi ... ke sekolah ... jadi ... aku memilih tidur ... uh, jam berapa sekarang...?"

"Kurasa jam empat sore." Aku tak bisa mengalihkan pandangan sedikitpun darinya, Megumi menjadi pusat perhatianku sekarang. "Lebih baik kau tidur lagi. Tadi kakakmu khawatir karena kau tak kunjung bangun, setelah ini aku akan memberitahunya."

"Ah ... kau benar ... terimakasih sudah menjengukku ... kalau begitu, aku akan kembali beristirahat ...," ujarnya, perlahan kembali menutup mata. "Rasanya ... benar-benar lelah...."

"Ya ... jangan pikirkan apapun saat ini, agar kau cepat pulih."

"Uhm...."

Megumi kembali menutup matanya, dia mulai bernafas dalam dan pelan. Sepertinya, kesadarannya pergi begitu saja. Besok, aku masih tak bisa bertemu Megumi di sekolah seperti biasanya. Meski begitu, aku masih bisa menjenguknya. Tapi kurasa, aku tak bisa menunggu lebih lama lagi....

Maka, kubalas ciuman di malam itu.

"Cepatlah sembuh, dasar bodoh."[]

──── ◉ ────

Megumi sembuh apa meninggal aja kali ya? /woy .gaklah😌

Jangan lupa vote yaa (。・ω・。)ノ♡

Don't HesitateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang