Keesokan harinya, aku kembali berkunjung ke rumah Megumi selepas pulang sekolah, dengan membawa buah apel seperti kemarin. Sampai di rumah Megumi, aku tidak melihat kakaknya lagi. Rumah ini terlihat sepi, mungkinkah mereka pergi ke rumah sakit?
Mendekat ke depan pintu rumah, kucoba untuk menekan bel, beberapa kali, hingga suasananya masih saja sepi. Tidak ada yang menyahut.
"Tidak ada orang, ya...," ujarku, menghela nafas. "Kurasa mereka memang ke rumah sakit. Yah, aku tidak tahu dimana. Sebaiknya aku pulang saja...."
Aku benar-benar kecewa dengan hal ini, dan aku juga menyesal tak bertanya pada Tsumiki-san kemarin. Nasi telah menjadi bubur, tapi bubur tetap dibuat dari nasi. Tiba-tiba, pintu terbuka.
"[Name]-chan ... maaf membuatmu menunggu."
"Uwakh!"
Kemunculan Megumi membuatku terkejut. Kini, dia berdiri di ambang pintu dengan obat penurun panas yang menempel di dahinya sambil melempar senyum. Wajahnya terlihat pucat dan berkeringat dingin.
"Bu-bukannya kau sedang sakit parah...?"
"Sudah agak mendingan sekarang, panasku mulai turun...," ujarnya sambil ngos-ngosan. "Uh ... ayo masuk–"
Megumi tiba-tiba oleng, segera kutangkap tubuhnya sebelum ia menyusruk ke tanah. Tubuhnya begitu hangat dan beraroma daun herbal, tapi sayangnya dia sungguh berat! Jika terus seperti ini, aku tak tahan. Akan kubiarkan saja dia jatuh mencium lantai.
"Duh, jangan sok kuat deh! Mending kau tidur saja terus sampai kondisimu benar-benar pulih!"
"Ma-maaf, tiba-tiba kepalaku pusing...," lirihnya dan kembali berdiri sembari berpegangan pada lawang pintu. "Kakakku bilang kau akan datang, jadi dia pergi bekerja karena urusan pekerjaan ... ugh, lebih baik kita mengobrol di dalam, tolong tutup lagi pintunya, [Name]-chan."
"Astaga...." Aku tak bisa berkata-kata. Padahal, aku tak bilang akan berkunjung lagi kesini. Bagaimana bisa kakaknya Megumi bisa seyakin itu padaku?
Kudengarkan saja perkataan Megumi dan menutup pintu. Megumi berjalan di depanku dengan sempoyongan, dan ia malah berbelok menuju ruangan dapur.
"Hey, kenapa malah pergi kesana?"
"Aku haus."
"Seharusnya kau bilang saja padaku, dasar kau ini!"
Aku segera berlari menghampirinya, merangkul sebelah tangannya berniat membantu agar dia berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Kenapa pria ini keras kepala sekali? Turunan siapa sih?
"Akan kuambilkan untukmu, tolong beristirahatlah dan kembali ke kamar, ya?"
"Aku tak ingin merepotkanmu."
"Justru aku hendak membantumu, Megumi-kun."
"Hah...," ia menghela nafas. "Kalau begitu, mohon bantuannya."
Kuantar Megumi ke kamarnya. Ia tetap memilih bersandar meski aku memaksanya berbaring. Dan setelah itu, ia malah cekikikan ketika aku menghela nafas lelah. Hari ini terasa melelahkan. Entah mengapa, aku merasa Megumi senang dengan yang terjadi hari ini.
"Aku membawa apel untukmu, habiskan. Jangan sampai dibiarkan membusuk, mengerti?"
"Siap, nyonya."
"Awas saja. Sekarang, aku akan membawa segelas air hangat untukmu, tetaplah duduk disitu."
"Baik, mohon bantuannya."
"Tetap disitu!"
Mungkin aku sedang kesal. Tapi, mengingat apa yang kukatakan pada Megumi barusan membuatku geli sendiri. Lalu, aku segera kembali dengan segelas air hangat dan menyodorkannya.
"Minumlah."
Tiba-tiba Megumi terkikik. "Kemana perginya wajah ganas yang baru saja kulihat?"
"Oh, kau ingin aku seperti itu?"
"Tidak. Aku ingin dirimu yang mengkhawatirkanku," ujarnya. "Yah, dirimu yang kemarin membuatku berdebar-debar hingga berfikir itu hanya halusinasi orang sakit."
"A-apa– jadi kau sadar?!"
"Jadi itu benar-benar terjadi, ya ... kau tahu, [Name]-chan. Sekarang, aku menginginkannya lagi," gumamnya sambil tersenyum menggoda. "Lalu, apa jawabanmu?"
Wajahku memanas karena malu. Aku merasa dipermainkan olehnya. Tapi, perasaan ini ... tidak salah lagi. Kucondongkan tubuhku untuk memberi jawaban yang dia inginkan. Tak sempat melepaskan diri, tangannya segera menahan kepalaku dengan mulut yang masih saling bertaut.
Yah, memang inilah yang kuinginkan.[]
──── ◉ ────
Ciellahhh ada kissu-kissu😫😖✨ halu yang sangat indah kawand🤰
Jangan lupa vote yaa (。・ω・。)ノ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Hesitate
FanfictionFushiguro Megumi × Readers 15+ ──── ◉ ──── Pria yang kunantikan adalah pria tak acuh, tak peduli dan tak mau tahu urusan orang lain. Sejak awal pertama kami bertemu, kami mulai sering bersama. Tugas kelompok menjadi takdir yang mengikat kami, walau...