Prolog

2K 91 69
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayo dong, Sayang. Sebentar lagi kita sudah mau lamaran. Lagian, kita juga udah pacaran selama setahun. Masa sih, kamu masih pelit aja sama calon suami?" Brian menarik mundur wajahnya kesal usai ciumannya ditolak oleh Kemuning yang kini menunduk ketakutan di hadapannya.

"Ning...?"

Tak ada tanggapan. 

Brian lantas menghela napas menahan emosi. 

"Atau jangan-jangan, kamu sebenarnya nggak tulus cinta sama aku?" tuntut Brian manipulatif.

Kesal betul sebenarnya rasa hati Brian saat si Kembang Desa berusia 18 tahun yang sudah menjadi kekasihnya kurang lebih dua tahun itu masih saja bersikeras menolak ajakannya untuk bercinta. Padahal sebelumnya, Kemuning sudah pernah berjanji akan mengabulkan semua keinginan Brian saat pemuda paling ngetop di kampung Sigra itu merayakan ulang tahunnya yang kedua puluh lima. Tapi apa nyatanya sekarang?

"Aku butuh jawaban kamu, Ning."

Kemuning menggeleng keras, meremas-remas kedua tangannya gugup di atas paha. "Nggak, kok, Mas. Saya sungguh-sungguh mencintai Mas secara tulus. Saya bersumpah."

"Ya sudah. Kalau begitu, buktikan, dong. Berikan kesucian kamu sama aku. Toh, nanti yang menikmatinya juga bukan aku sendiri, tapi kamu juga."

"Ta-tapi, Mas. Kata ibu saya--"

"Ibumu tahu apa?" Brian menukas dan duduk dengan gusar di bibir ranjang tidur bambu--yang berdebu--di sisi Kemuning. 

Buaya darat itu kemudian meraih tangan kekasihnya dan mengusapnya lembut sarat bujuk rayu. "Ibu kamu cuma wanita tua yang kuno. Kita ini udah dewasa, nggak perlu selalu dengerin apa kata orang tua. Kita saja hidup di zaman berbeda, budayanya juga sudah beda. Cuma aku lho, satu-satunya lelaki malang yang belum pernah ngerasain gimana nikmatnya tubuh kekasihku.

"Teman-teman kuliahku itu semuanya sudah pernah tidur sama pacarnya sebelum mereka menikah. Dan nggak terjadi apa-apa sama mereka. Lagian, aku ini anak Pak Kades. Masa kamu nggak percaya kalau aku bakal tanggung jawab?"

Menyadari kekasihnya mulai goyah dari bagaimana cara Kemuning menatapnya, Brian kian melancarkan keahliannya. "Mau ya, Sayang? Mas cinta banget ini sama kamu. Nggak sabar kalau harus nunggu sampai kita menikah. Belum lagi nanti kalau orang tua harus nyari hari baik dulu buat menyelenggarakan acara pernikahan kita. Udah pasti makin lama. Bisa lumutan aku kalau terlalu lama menunggu. Lha mending kita putus aja kalau gini caranya."

Gelagapan mendengar ancaman kata putus, Kemuning kembali menggeleng dan menggenggam tangan Brian erat-erat. "Ja-jangan putusin saya. Saya sangat mencintai Mas Brian." Kemuning menjeda untuk menelan ludah dan mengumpulkan keberanian. "Ma-Mas janji akan menikahi saya, 'kan, kalau mau melakukannya sekarang? Ma-Mas nggak akan bohong?"

"Iya, Sayang. Janji. Kamu mau Mas berjanji demi apa, bilang aja. Mas pasti sanggupi."

Setelah terdiam cukup lama untuk menimbang-nimbang, Kemuning akhirnya mengangguk enggan sembari menggigit bibir.

Pernikahan Ratu Santet (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang