Inspirasi rumah Arya di dalam hutan ada di mulmed ❤️
Habibie masih terpincang kala terbangun keesokan harinya, kendati semalam kakinya sudah diurut dengan baik oleh Arya. Memar di kakinya memang tidak bisa langsung sembuh secara instan. Namun Habibie masih bersyukur, pagi ini memarnya tidak semakin membengkak sebagaimana yang sempat ia khawatirkan sebelumnya. Sebab itu berarti, ia tidak akan berlama-lama tinggal di sini.
Habibie berbeda dari Arya meski ia terbiasa tinggal di pelosok sedari kecil. Ia tidak ingin berlama-lama tinggal di dalam hutan ini meskipun ditemani Arya yang sudah terbiasa hidup di sana selama 7 tahun. Untuk itu, ia harus segera kembali sembuh. Kakinya harus segera pulih entah bagaimana pun caranya agar bisa digunakan untuk menempuh perjalanan pulang yang cukup jauh dan butuh kaki yang kuat.
Tak menemukan Arya di mana pun usai ia membersihkan diri, Habibie mulai cemas jika dirinya telah ditinggal di sana sendirian. Tak pelak, ia pun memaksakan diri untuk berjalan berkeliling halaman rumah gedek itu sembari berpegang pada tongkat kayu bakar yang diambilnya asal dari dapur Arya. Dan menghela napas lega saat akhirnya bisa menemukan pemuda rupawan itu tengah berjongkok entah mencari apa tak jauh dari rumahnya.
"Gus ngapain?" sapa Habibie yang mendekat sambil terpincang. "Aku cariin dari tadi, kirain kamu sudah kabur."
"Cari cendawan, Mas. Buat makan kita hari ini." Arya menjawab sembari terkekeh.
Dasar memang dia sempurna segalanya. Tidak hanya wajahnya yang rupawan dan otak yang encer, tetapi suaranya pun enak didengar dalam mode apa pun, termasuk saat terkekeh.
Habibie lantas melongok. Sepasang matanya seketika membulat kala melihat ada banyak sekali jamur barat di sana. Jamur langka yang biasanya hanya muncul di musim penghujan dan jumlahnya pun biasanya hanya ada satu atau dua batang saja. Namun di luar kebiasaan, di tempat itu jamurnya sungguh banyak dan menggugah selera makan.
"Banyak bener. Nggak biasanya cendawan bergerombol begini." Girang dengan temuan itu, Habibie segera ikutan nimbrung dan mulai membantu Arya memanen.
"Ngomong-ngomong, meski aku lebih tua, tapi aku ini calon suaminya Anisa. Artinya, aku akan jadi adik ipar Gus. Yakin, masih mau manggil aku Mas?" Habibie memancing obrolan ketika Arya sudah kembali menjadi begitu diam.
Arya tersenyum. Memasukkan beberapa cendawan yang sudah dicabut ke dalam tumbu dari anyaman bambu dan melihat sekilas kepada tamunya yang banyak omong itu. "Masih calon, kan, Mas. Nanti kalau sudah resmi menjadi suami Nisa, saya akan panggil Mas dengan sebutan Adik."
Habibie hanya mencebik sebagai persetujuan. Setelah terkumpul banyak, mereka segera membersihkan jamur-jamur itu sebelum diolah oleh Arya di dapurnya yang sederhana dan tradisional. Tanpa canggung sama sekali, pemuda rupawan bersahaja itu memasak di pawonan yang terbuat dari tanah liat yang dikeringkan dan memakai kayu bakar yang dicarinya dari dalam hutan sebagai bahan bakarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Ratu Santet (TAMAT)
Übernatürliches[NOTE: Versi lengkap ada di KBM app dan Karyakarsa ________________________ Arya Putra Piningit ditugasi oleh sang bapak, Idham Amarullah, untuk mendirikan sebuah pesantren di Kampung Sigra yang terkenal wingit. Banyak kejadian aneh tak masuk akal...