8. Kehebohan Di Tengah Pesta

869 85 40
                                    

Bukan main meriahnya pesta pernikahan Brian yang berlangsung selama dua hari dua malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan main meriahnya pesta pernikahan Brian yang berlangsung selama dua hari dua malam itu. Usai gelaran wayang kulit di hari pertama yang berlangsung semalam suntuk dan dibawakan oleh dalang paling kondang seprovinsi, di hari kedua ngunduh mantu di kediaman Kades masih dilanjutkan dengan penampilan orkes yang mengundang artis dari ibu kota.

Desa Sigra yang di hari normal terisolir dan sunyi, mendadak berubah menjadi lautan manusia yang ingin menyaksikan keseruan penampilan artis papan atas dan biasanya hanya bisa dilihat di televisi atau layar ponsel itu. Tidak tanggung-tanggung, Lesty Kejora dan Ayu Ting-Ting adalah dua magnet utama yang telah berhasil mengubah suasana Desa Sigra dalam waktu satu malam.

Para penjual makanan hingga pakaian yang ingin mengadu peruntungan ikut berjubel di antara para penonton, membuat suasana di desa semakin mirip dengan pasar malam.

Ketiga bujang yang tak kunjung bertemu jodohnya; Juned, Haikal, dan Rama, pun tak mau ketinggalan untuk ikut berpesta. Miras yang dipesan dari warung Mak Sinah dibawa diam-diam ke acara. Lalu ditegak secara diam-diam pula di sudut-sudut yang tak terekspose cahaya sokle bersama pria lain yang memang gemar mabuk setiap ada acara seperti ini.

Tak ada yang bisa melarang mereka karena mabuk miras murahan sudah menjadi bagian dari budaya kalangan bawah setiap kali ada pesta pernikahan semacam ini. Para polisi yang didatangkan untuk pengamanan hanya bertugas mengawasi, dan baru bergerak kalau-kalau para pengunjung membuat masalah seperti memicu tawuran atau mengganggu kenyamanan tamu lainnya.

Rama sudah mabuk di botol kedua, tak sadar berjalan menjauhi kemeriahan seorang diri menuju kebun pisang usai melihat seorang gadis cantik menggodanya dengan melambaikan tangan genit ke arahnya. Sesampainya Rama di tengah kebun yang temaram oleh beberapa lampu yang di pasang di sekitarnya, si gadis tiba-tiba melepaskan seluruh pakaiannya dan berlari memeluk Rama yang otomatis turn on dan menyambutnya dengan senang hati.

Dalam sekejap, keduanya pun telah terlibat pergumulan liar dan panas walau tanpa alas yang melapisi tubuh mereka dari tanah lembab yang dingin. Serta mengabaikan keriuhan di tengah pesta seolah dunia saat itu hanya milik berdua. Keduanya saling berebut mengambil kendali. Membuat Rama tak berhenti mengerang keenakan karena ini adalah pengalaman terbaiknya dalam bercinta dengan seorang wanita.

Tak jauh dari posisinya, Kemuning yang semenjak tadi berdiri mengawasi, tersenyum semringah sambil terus memainkan boneka santet di tangannya yang berjari lentik. Meski Rama merasa dirinya kini sedang bercinta dengan seorang gadis yang cantik jelita, tetapi di mata Kemuning, pria mesum itu hanya sedang bergumul dengan batang pisang yang telah roboh.

Setelah puas menyaksikan Rama terperdaya oleh santetnya, Kemuning mengeluarkan seekor ular weling dari dalam tas anyaman rotan yang dibawanya dan mencium kepalanya penuh kasih selayaknya sahabat karib.

"Den Bagus, sekarang saatnya kamu bertugas. Gigit dia sampai mati, ya." Kemuning lalu melepaskan ular gaib berbisa kuat itu dan melihatnya melata mendekati sang target.

Tak berapa lama, pekik kesakitan Rama yang telah tergigit oleh sang ular pun terdengar memecah hening di keseluruhan sudut gelap kebun pisang. Pemuda nahas itu dengan segera menggelepar ke sana kemari tak ubahnya manusia yang tersiram minyak panas ke seluruh tubuhnya. Meraung dan meminta pertolongan, tetapi tak ada seorang pun di tengah pesta yang mendengar jerit suaranya.

Jika biasanya seseorang akan mati setelah beberapa jam usai tergigit ular paling berbisa se Asia Tenggara itu tanpa pertolongan, Rama justru harus mengalami penderitaan berkali lipat karena bisa racun yang dimiliki ular Kemuning berbeda dengan racun weling biasa. Tubuh Rama dengan cepat berubah menghitam seperti terbakar secara perlahan dari dalam dan melepuh-melepuh, sebelum akhirnya dari luka-luka itu merembeskan cairah berbau busuk menyengat lagi luar biasa menyakitkan.

"Sakit! Sakit!" teriaknya tak putus-putus.

"Bagaimana rasanya dijemput kematian, Mas Rama?" Kemuning mendekat sembari tertawa sinis untuk mengambil ularnya dan memasukkannya kembali ke dalam tas yang disandangnya.

Rama tak bisa mengenali siapa yang berbicara padanya karena kedua matanya telah memutih dan buta. Hanya meringkik meminta ampun sambil tetap belingsatan di tanah dalam kondisi yang masih telanjang bulat.

"Tolong, tolong ampuni aku. Tolong, siapa pun kamu, tolong...!" Rama bersujud-sujud ke segala arah karena tak tahu di mana posisi wanita yang mengajaknya berbicara itu berdiri.

"Dulu saat saya meminta ampun agar jangan dibunuh, apa kamu mendengarkan permohonan saya, Mas Rama?"

"Kemuning? Apa kamu Kemuning? Tolong ampuni aku, Ning. Aku mengaku salah. Aku janji akan mengakui perbuatanku ke polisi. Tolong jangan bunuh aku. Sembuhkan aku. Tolong, ini sakit sekali."

"Ya sudah, sana bilang ke polisi kalau kamu dan teman-temanmu yang sudah melemparkan saya ke jurang kematian. Mumpung banyak polisi berjaga di bawah panggung."

"Tapi aku nggak bisa melihat. Bagaimana caranya aku bisa ke sana?! Tolong sembuhkan aku dulu, Ning. Tolong! Hari itu aku cuma disuruh sama Brian!"

Bertepatan Rama menyelesaikan segala ocehannya, mulutnya ikut menyemburkan darah kental yang membuatnya terbatuk hebat dan tersungkur di tanah.

"Soal itu bukan urusan saya. Disuruh atau tidak, Mas Rama tetap melemparkan saya ke jurang." Kemuning menukas dan berlalu pergi.

Rama yang tak ingin mati konyol seperti Basir, memaksakan tubuhnya untuk kembali bangkit dan berjalan terseok-seok mengikuti sumber suara musik dangdut yang mengentak-entak.

"Tolong! Tolong!" teriaknya sekuat tenaga berusaha mengungkuli suara sound system panggung yang menggelegar kencang.

Beberapa orang akhirnya mendengar teriakannya, dan kerumunan penonton seketika berhamburan menjadi kubu yang ketakutan dan memilih menjauh, serta kubu yang penasaran dan mendekat berusaha menolong meski harus sambil menutupi hidung karena aroma busuk yang menguar dari tubuh Rama sungguh sangat tidak tertahankan.

"Saya bersalah! Saya yang melemparkan Kemuning ke jurang—kkhhh—disuruh oleh Brr—kkkhhh...!" Rama kehilangan suaranya dan terjatuh menelungkup lalu kembali mengejang.

Racun ular yang sudah menyebar membuatnya tak tertolong dan tewas di antara kerumunan penonton orkes. Membuat jerit keseruan yang tadinya mendominasi seketika berubah menjadi jerit kengerian. Pesta yang harusnya berlangsung semalaman pun terpaksa ikut dibubarkan oleh aparat karena kematian tiba-tiba dan mengerikan serta tak wajar itu.

Brian yang menjadi raja dalam pesta tak bisa berbuat apa-apa saat aparat bersikeras membubarkan pestanya demi tak memicu kegaduhan yang lebih buruk. Terlebih sang Kades juga menyetujuinya dengan alasan kebaikan bersama dan sopan santun kepada almarhum beserta keluarganya.

Begitu mendengar jika Rama lah yang telah tewas dalam kondisi mengenaskan itu; telanjang bulat dan tergigit ular, rencana Brian untuk bisa menikmati ronde kedua malam pertamanya--setelah di malam sebelumnya sudah sempat mencicip di rumah sang mertua, seketika pupus dan berubah menjadi drama kegelisahan tak berkesudahan.

Brian sampai tak bernafsu saat didekati Mira yang sudah siap tempur dengan gaun tidur seksi, sebab dia sempat mendengar desas-desus soal pengakuan mengejutkan Rama sebelum kematiannya.

"Dia mengaku telah melemparkan Kemuning ke jurang karena ada yang menyuruh." Begitu cerita Susi setelah semua tamunya pulang dan para artis diantarkan ke hotel tempat mereka menginap.

"Si-siapa yang menyuruh katanya, Bu?" Brian bertanya ragu-ragu sembari merangkul sang istri di ruang keluarganya agar tak dianggap kelewat apatis.

"Nggak tahu, orang dia keburu meninggal. Palingan nanti polisi akan nanyain ke teman-teman dekatnya."

Brian gelagapan. Ini tak boleh sampai terjadi. Brian harus melakukan sesuatu sebelum urusannya menjadi semakin runyam. Pokoknya tak ada satu pun polisi yang boleh memperpanjang kasus ini.

*

Pernikahan Ratu Santet (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang