"Nanti jangan lupa, kita jenguk si Feri setelah kamu kelar ngerumput buat kambing juragan." Basir mengingatkan Sultan yang masih mengasah sabitnya dengan bermalasan di pinggir kali. "Jadi kalau karungmu sudah penuh, langsung pulang dan mandi. Nggak usah mampir warung Mak Sinah pakai alasan ngopi padahal cuma mau-"
"Iya, cerewet banget kamu ini. Kayak emak-emak aja." Sultan menukas tak senang mendengar wantian Basir yang seolah dialah bosnya. "Aku juga nggak budek apalagi pikun. Kamu sendiri ngapain masih berdiri di situ, bukannya segera rampungin itu bikin tanggul sawahnya? Bentar lagi mau hujan ini, buruan!"
Basir cengengesan. Meletakkan cangkulnya di samping Sultan sebelum kentut dengan sengaja di depan wajah pria yang sedang jongkok mengasah sabit itu, sehingga prakris membuat Sultan misuh-misuh dan tak ragu menyepak kaki Basir yang justru semakin ngakak.
"Kurang ajar kamu. Nantangin aku?"
"Selow, nggak usah sensian. Perutku mules banget ini. Aku mau boker dulu, nitip cangkulku. Jangan sampai ilang karena kreditnya belum lunas." Sambil mengatakannya, Basir bergegas ngacir sebelum kembali menerima tendangan susulan dari Sultan yang mengamuk.
Basir celingak-celinguk mencari tempat yang rindang dan sedikit tersembunyi dari penglihatan orang-orang yang sedang berdinas di ladang di siang yang mendung itu. Setelah merasa yakin tak ada yang melihat, ia pun dengan santai nyemplung untuk menuntaskan hajatnya yang meronta ingin segera bebas.
Di sungai yang jernih dan menjadi tempat vital bagi desanya itu, sebenarnya warga tidak diizinkan membuang hajat secara sembarangan. Kades dan perangkat desa lainnya sudah membangun beberapa fasilitas MCK umum atas swadaya masyarakat di desa mereka dan melakukan berbagai macam sosialisasi agar warga berhenti membuang kotoran ke sungai demi menjaga kebersihan lingkungan. Namun sayangnya, tetap saja segelintir dari mereka memiliki perilaku yang sulit diubah. Dan Basir salah satunya.
Meski tahu sungai itu biasa digunakan sebagian warga untuk mandi dan konsumsi, Basir tetap masa bodoh, karena merasa tak membutuhkan air sungai untuk kepentingan memasak dan minum di rumahnya yang telah memiliki sumur pribadi. Namun sekarang, belum juga niatnya terlaksana, Basir yang sebelumnya sudah menurunkan celana mendadak belingsatan saat samar kupingnya mendengar suara wanita bersenandung tak jauh dari posisinya.
Ia merasa aneh karena di tempat itu bukanlah tempat yang biasanya digunakan warga untuk berakrivitas mandi. Takut ketahuan dan dilaporkan, Basir pun memilih mengurungkan niat dengan segera kembali naik ke atas dan mendekati asal suara merdu yang telah berhasil mengusiknya.
Dari balik semak perdu yang banyak tumbuh di bibir sungai, Basir bisa melihat keberadaan seorang gadis berambut panjang basah tengah mandi hanya dengan mengenakan kain hitam yang dijadikan pinjungan dan memperlihatkan sebagian atas tubuhnya yang indah luar biasa. Melihat kulit putih dan mulusnya itu, sisi serigala Basir pun tak pelak meronta-ronta menggantikan mulas yang tadi menyiksa.
Basir menelan ludah dan mengendap semakin dekat. Mencari tempat lebih nyaman untuk mengintip.
Meskipun ia belum bisa melihat seperti apa sosok rupanya, Basir merasa sangat yakin bahwa gadis itu sangatlah cantik hanya dari melihat warna kulit, bentuk badannya yang ramping dan juga suara merdunya saat bersenandung lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Ratu Santet (TAMAT)
Übernatürliches[NOTE: Versi lengkap ada di KBM app dan Karyakarsa ________________________ Arya Putra Piningit ditugasi oleh sang bapak, Idham Amarullah, untuk mendirikan sebuah pesantren di Kampung Sigra yang terkenal wingit. Banyak kejadian aneh tak masuk akal...