MRP - Prolog (1)

9.1K 135 3
                                    

Menduduki Raga Pria - Prolog (1)


Rasus Majordomo namanya. Pemuda yang lahir 27 tahun lalu dimana ia sekarang sedang mengadu peruntungannya di Jakarta. Baru menginjakan kaki di Jakarta selama 4 tahun, Rasus yang selama ini tinggal di salah satu daerah kecil di bagian Jawa Timur ini terlampau kaget dengan hingar bingar dan banyaknya rekreasi yang bisa ia temukan di Jakarta. Tak khayal, ia merasakan sekali bagaimana perbedaan yang sangat signifikan terjadi dalam ruang lingkup hidupnya sekarang.

Contoh kecil yang bisa Rasus jelaskan. Semasa kecil, mungkin sejak umurnya 6 tahun. Rasus sudah biasa bermain, berlari-lari di seputaran kampungnya hanya dengan memakai singlet dan celana pendek bersama dengan teman-teman anak tetangga. Puas bermain dari siang hingga sore, sebelum maghrib tiba mereka biasanya mendinginkan diri di sebuah sungai berlokasi tak jauh dari kampungnya tersebut. Dengan cuek, Rasus dan teman-temannya akan melempar seluruh pakaiannya, terjun ke dalam sungai bergabung bersama dengan mas-mas atau bapak-bapak yang membersihkan badan sejenak selepas bekerja di sawah atau kebun.

Intimasi ini terjadi terus menerus, hingga usianya menginjak belasan tahun, sampai ke masa-masa SMA nya. Sedari kecil, Rasus sudah biasa melihat tubuh telanjang para pria, baik yang dari seumurannya, mas-mas remaja, maupun bapak-bapak atau pun sepuh. Namun, ada satu hal yang membuatnya malu dan iri pada teman-teman sejawatnya, atau pria-pria lain saat berada di sungai tersebut. Ukuran benda pusakanya, kebanggaan para seluruh pria ini, tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan milik pria-pria lain yang ia tahu.

"Makanya to le, kalau kamu disunat, nanti bisa jadi tambah gede, sama kaya punya Bapak, punya mas Wastu, sama kaya punya yang lain." Bujuk Bapaknya saat Rasus berusia 10 tahun.

Kenyataannya meski telah disunat dan menunggu selama beberapa tahun, benda pusakanya kini tak jadi sama seperti milik Bapak atau mas nya tersebut. Selama ini, Rasus yang sering mandi bersama dengan Bapak, atau mas Wastu melihat ukuran benda pusaka mereka yang tetap besar meski dalam keadaan lemas. Tak jarang pula ia melihat benda pusaka Bapak dan mas nya ini tegang dan ukurannya mungkin bisa +- 1 ½ lebih besar dan panjang dari miliknya sendiri saat tegang.

Memang setelah disunat, ada pun Rasus mengalami sedikit perubahan pada benda pusakanya tersebut. Namun Rasus tentu tak puas karena ia kerap kali menjadi bahan olok-olokan teman-teman sepermainannya.

"Cowok tuh punya kontol segede ini Sus."
"Dih, punyamu kecil ah, ga pantes disebut cowok."
Beberapa teman-temannya kala itu mengejek Rasus sambil menunjukan ukuran kontolnya yang sudah cukup besar di usianya yang masih menginjak SMP kala itu. Rasus yang tak terima, hanya bisa pasrah dengan ejekan teman-temannya.
Dalam hati, ia berharap dia bisa menjadi Bapaknya, atau mas Wastu kakaknya, atau menjadi paman tetangga sebelah, atau menjadi salah seorang dari teman-temannya. Siapapun itu, asalkan ia bisa memiliki ukuran benda pusaka yang besar dan panjang, sama seperti dengan pria-pria yang ada di sini, di kampungnya ini.

Hingga di suatu malam, saat usia Rasus menginjak 18 tahun, ia mengalami sebuah kejadian aneh yang mengubah hidupnya secara total. Malam itu, Rasus sedang berjalan pulang dari sekolah karena ada beberapa tugas yang diberikan oleh gurunya. Dalam gelapnya malam dan minimnya penerangan di jalan, ia berjalan seperti biasa tanpa ada rasa takut sedikitpun. Sampai pada sebuah persimpangan jalan yang membagi rute menuju daerah pemukiman dan sungai, Rasus melihat seorang kakek-kakek yang berdiri persis di tengah jalan. Ia seolah tersenyum kepada Rasus sambil melambaikan tangannya, menyuruh Rasus mengikuti langkah sang kakek menuju ke sungai.

Tanpa pikir panjang, Rasus yang memang sudah sangat mengenal daerah perkampungannya bagai membalikan telapak tangan ini mengikuti sang kakek, ia mengira jika memang kakek itu merupakan tetangga Rasus yang membutuhkan pertolongan.
Sesampainya di pinggir sungai, ia melihat sang kakek yang kini sudah bertelanjang bulat, berdiri persis di tepi sungai. Rasus yang kaget segera bertanya pada sang kakek misterius itu.

"Kek? Kakek kenapa kek?" Langkahnya seketika terhenti saat sang kakek mengisyaratkan agar Rasus terdiam.

Tak terbesit rasa takut sedikitpun pada diri Rasus sekarang ini. Ia merasa bahwa kakek itu sangat familiar, seolah ia pernah melihat dan berjumpa sebelumnya. Namun Rasus masih tidak tahu siapa kakek yang sekarang sudah menenggelamkan badannya di sungai.
Rasus yang melihat sang kakek kini sudah hilang tenggelam hendak menolong sang kakek, namun apa daya ia sama sekali tak bisa bergerak. Sampai akhirnya, kakek itu muncul kembali dari dalam sungai secara perlahan. Tetapi, kali ini ia sudah tidak dalam bentuk seorang kakek-kakek lagi, melainkan seorang pemuda seumuran dengan Rasus.

Pemuda ini memiliki wajah yang tampan, sangat tampan, sekilas wajah itu ia kenali mirip dengan Bapak, atau mas Wastu, atau bahkan wajahnya sendiri. Badannya telanjangnya itu mempertontonkan lekukan otot yang tersirat indah. Dada bidang dengan guratan jelas, bahu tegap, lengan kekar, perut dengan bentukan otot packs yang jelas, dan terakhir yang paling membuat Rasus terdiam adalah ukuran benda pusakanya yang begitu besar dan panjang.

Bahkan dalam kegelapan malam ini, mata Rasus bagaikan bisa melihat dengan jelas seluruh bentukan lekuk tubuh pemuda ini, bersama dengan benda pusakanya yang tersunat apik, bagaikan pemuda itu sudah lahir dengan keadaan tersunat. Ukurannya yang besar dan panjang mengacung ke atas, terlihat kokoh dan sangat keras, bersanding dengan guratan urat-urat pada batangnya.

Kali ini Rasus mulai bisa mengontrol badannya kembali. Bukannya pergi berlari meninggalkan tempat itu, Rasus malah berjalan mendekati pemuda ini. Ia terlihat seperti sedang bercermin, hanya saja yang menjadi pembeda adalah tubuhnya yang kalah berotot, juga ukuran benda pusakanya.
Perlahan tangan pemuda ini mulai menjamah tubuh Rasus yang masih berseragam lengkap. Ia mulai melepaskan kancing seragamnya satu per satu, melucuti celananya, hingga akhirnya Rasus juga turut bertelanjang bulat.

Pemuda ini memeluk Rasus dengan erat, badannya menempel sangat rapat dengan Rasus. Ia bergerak ke atas dan bawah, menggesekan seluruh badannya pada badan Rasus. Kali ini Rasus memejamkan matanya, ia mencoba berpikir tentang apa yang akan terjadi. Sia-sia, otaknya kini tak bisa berpikir jernih karena sekarang yang ia rasakan hanyalah sebuah getaran rangsangan yang dengan cepat menjalar ke seluruh bagian tubuhnya.

"Aaahhhh... Haaahh aaah. Eehh uuhh aaahhh." Desahan Rasus keluar begitu saja tanpa ia bisa melawan pemuda misterius ini.

Dirasakan benar pusakanya yang lemas berangsur menegang, sangat keras sekarang. Kedua pusaka ini saling bertabrakan, saling menggesek dengan kuat. Rasus dibuatnya menjadi semakin mendesah dengan hebat. Bedanya, kali ini ia bisa menggerakan tangannya. Ia peluk tubuh pemuda itu sambil menenggelamkan wajahnya di cekungan antara leher dan pundak. Wangi tubuh pemuda ini tercium serupa dengan wangi tubuhnya sendiri. Makin dalam Rasus menghirupnya, makin terasa dirinya berada dalam rangsangan nafsu yang hebat dan kuat.

Sekuat tenaga ia berusaha menahan desahannya sekarang. Namun apa daya pemuda ini malah bertingkah lebih gila lagi. Ia mulai memegang benda pusaka Rasus dan mengocoknya sekarang. Bahkan Rasus harus menggigit pundak pemuda ini untuk menahan suaranya.
Beberapa saat kemudian, tangan pemuda ini mulai melepaskan genggaman disana. Ia mengangkat wajah Rasus, dan berbisik sesuatu.
"Rasakan, perhatikan, dan nikmati apa yang akan saya perbuat dan kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau."

****

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini! Melalui pesan pendek disini, Author ingin menyampaikan rasa bahagia Author atas antusiasme dari para pembaca setia semua. Oleh karena itu, Author akan terus berkarya demi memberikan kepuasan bagi kalian semua melalui cerita-cerita yang Author lahirkan.

Semoga dari cerita-cerita Author seluruhnya bisa membuat kalian terbawa oleh suasana dan tentunya kalian bisa selalu Coli dengan puas hingga tenaga terkuras!

Kisah lengkap "Menduduki Raga Pria" kini dapat kalian akses melalui https://karyakarsa.com/rakarsag

Begitu pula dengan kisah lain milik Author seperti "Keluarga Berbeda" ; "Para Pejantan" ; "Ero-Mantica" ; "Para Pejantan II" ; "Terapi 'Kejantanan'" ; "Laki-Laki Perkasa" ; "Pemijat Sensasional" ; "Top Series #1 - InterSext" ; "Bot Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Vers Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Bot Series #2 - Desahan penuh Desahan" ; "Perjalanan Birahi" dapat kalian akses di situs karyakarsa milik Author.

Untuk cerita lengkap dan update terbaru dalam kisah ini dapat anda baca dan nikmati di sana.

Terimakasih dan selamat membaca!

Regards,

Rakarsag

Menduduki Raga PriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang