MRP - Masih Tersisanya Ilmu mbah Mo 8

1K 19 0
                                    

MRP - Masih Tersisanya Ilmu Rasus 8


"Rasus, Rasus, halo? Halo Sus? Haloo." Suara Wastu berkali-kali terdengar tak sabaran dari ujung telepon.

"Iya mas denger mas. Jangan teriak-teriak."

"Itu, jangan bilang itu suruhanmu? Kenapa bisa ada korban lain selain mbah Juki?" Tanyanya langsung.

"Aku juga ga tau mas. Kemarin Bisma cuma ngasih tau kalau semua bakalan diurus sama dia."

"Lah kenapa kamu ga pastiin lagi? Itu nanti kalau kita kebawa-bawa gimana?"

"Aku juga ga tau mas. Udahlah, ga mungkin kita kebawa-bawa." Rasus mulai naik darah.

"Ya udah ya udah, sekarang kamu udah sampe di kosan kan?"

"Udah kok. Semua aman mas." Ia memutar bola matanya. Setelah itu Rasus menutup telepon dan langsung merebahkan badannya sebentar di atas kasur sebelum harus kembali berangkat ke kantor karena cuti yang ia ambil sudah habis. Sejenak ia berpikir tentang apa yang terjadi baru saja. Ditemukan mayat di rumah mbah Juki, kejadian di kereta dengan dua orang sekaligus yang semacam terhipnotis olehnya. Tak mungkin semua itu terjadi secara kebetulan.

Rasus kembali beranjak dari kasur menuju kamar mandi hendak bersiap diri. Sebentar ia melihat ke cermin yang ada disana, tak ada tanda-tanda bahwa kalung atau jejak peninggalan mbah Mo ini masih melekat di tubuhnya sendiri.
'Semoga memang tak terjadi apa-apa.' Ucap Rasus pelan dan mulai kembali mandi.

Hal pertama yang Rasus lakukan ketika sampai di kantor adalah bertemu dengan pak Ario, bosnya itu. Dengan berbekal buah tangan dari kampung halamannya, Rasus segera masuk ke dalam ruangan pak Ario dan langsung disambut senyum oleh beliau. Rasus menyampaikan rasa terimakasih kepada pak Ario atas bantuan yang ia berikan beberapa saat yang lalu. Tanggapan pak Ario masih sama seperti kemarin, ia pun dengan murah senyumnya menanggapi Rasus sambil sesekali berbincang ringan tentang pekerjaannya.

Tak terasa sudah 1 jam lebih mereka berdua berada di ruangan dan ketika Rasus ingin pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Weeitss... Bakal ada yang naik jabatan nih sebentar lagi." Ujar Farrel, salah satu teman Rasus di kantor yang baru saja mendapati Rasus keluar dari ruangan pak Ario.

"Apaan. Gue cuma ngasi oleh-oleh aja karena diizinin cuti kemarin."

"Nyogok kan lo? Ckckck dasar. Anak kampung satu ini rupanya jago nyogok juga." Godanya sekali lagi.
"Btw, kalo lo beneran naik jabatan, please ajak gue under tim lo ya. Capek gue di bawah tekanan mbak Ratih. Yang ada gue jadi bonekanya mulu."

"Seneng juga kan tapi jadi bonekanya? KPI aman, makan gratis mulu, terus dapet jatah lagi kan?"

"Gila lo! Tetep aja gue jadi budak dia yang ada. Ga bebas kehidupan gue Sus." Katanya sambil merangkul pundak Rasus.

Mereka berdua masih berjalan di lorong besar kantornya.
"Haha, ya kalo nih gue naik jabatan dan lo jadi anak buah gue, lo juga bakalan jadi budak gue Farrel. Gimana? Mau?" Tawa Rasus bercanda.

"Saya mau."
Rasus mendengar suara Farrel yang menjawab datar. Dengan cepat ia menoleh ke arah temannya itu dan kembali ia dapati Farrel menatap kosong ke depan masih tetap dengan posisi masih berjalan merangkul dirinya. Bulu kuduknya berdiri, ia tak yakin apakah Farrel ini sedang bercanda atau tidak.

Segera ia mencoba untuk melepaskan tangan Farrel dan mengarahkan temannya ini untuk duduk di sofa. Tak lama, Farrel kembali normal seperti sedia kala.
"Ya kali masa gue harus dibayangin mbak Ratih terus-terusan? Gimana gue bisa ngecengin cewek? Orang deket sama anak cewek di kantor aja gue bisa dipelototin langsung sama dia." Cerocos Farrel kembali tampak seperti tak ada yang terjadi barusan.

Rasus mencoba memasang wajah datar dan menanggapi perkataan temannya ini. Dalam hati ia masih berpikir keras tentang apa yang baru saja terjadi. Kemampuannya masih belum hilang sepenuhnya. Dirinya yakin bahwa pengaruh mbah Mo sudah tak melekat lagi di dirinya padahal. Lalu, apa yang terjadi barusan? Kenapa Farrel bisa seperti tersihir dan menanggapi bercandaan gue tadi?
Jika dipikir-pikir lagi, saat pertama kali sikap pak Ario yang menjadi baik itu adalah ketika Rasus berada di toilet saat kalung itu datang kembali setelah 10 tahun. Dan hingga sekarang pun, semisal sikap pak Ario kala itu adalah pengaruh ilmu mbah Mo, seharusnya pak Ario akan kembali ke wataknya yang seperti dulu, sikap galak dan tegas yang cukup susah didekati oleh semua orang di kantor.

-

Rasus benar-benar tak mau memikirkan tentang hal itu sama sekali. Ia ingin menutup lembar hidup kelam yang terjadi turun temurun dari keluarganya itu. Tapi apa daya semakin ia memikirkannya, semakin ia yakin bahwa kemampuan yang ia dapatkan dari mbah Mo ini masih tersisa dan ada pada dirinya. Sudah terbukti jelas, bahkan tanpa ia harus bersikap serius Rasus bisa seolah mengendalikan orang lain.

Begitu sesampai di kosan, ia kembali meneliti tubuhnya. Apakah tanda-tanda dari mbah Mo, entah itu kalung, atau gambar atau apapun itu masih tersisa pada tubuhnya. Hasilnya pun nihil, tak ia temukan sama sekali hal ganjil pada dirinya. Malahan ia pun melihat tubuh telanjangnya sekarang, dengan postur yang sama seperti dulu, tak ada perubahan seperti yang pernah diberikan oleh mbah Mo kala itu, termasuk bentuk tubuh maupun ukuran kontolnya.

Handphonenya berbunyi sekarang, ia mendapatkan notifikasi dari aplikasi order makanan online yang mengatakan bahwa pesanannya telah sampai. Bergegas ia memakai pakaian kembali dan turun ke bawah menghampiri driver tersebut untuk mengambil makanannya.
"Dengan mas Rasus?" Ujar bapak tua yang mengantarkan makanan Rasus ini.

"Iya saya mas." Senyum Rasus sambil mengambil kantong kresek dari tangan bapak itu.
Tak sengaja tangan mereka tersentuh dan pada saat itu, segera saja bapak ini menjadi terdiam kaku, sama seperti Farrel tadi siang.
"Pak? Pak?" Rasus bertanya sambil mengguncang tubuh bapak ini, namun tetap saja bapak itu terdiam kaku.

Hingga akhirnya Rasus mencoba berkata dalam hati, ia berkata agar semua kembali normal dan langsung saja bapak ini seperti terkejut dan kembali sadar.
"Iya mas, sudah ya mas sesuai semua. Terimakasih mas." Jawab bapak ini dengan tersenyum seolah tak terjadi apa-apa.

Terbukti kembali bahwa ada bekas jejak kemampuan mbah Mo yang berada dalam Rasus. Untuk sekarang, kemampuan ilmu ini masih kepada menghipnotis orang saja, ia tak tahu apa yang bisa ia perbuat lagi dan hal ini membuat dirinya bergidik takut. 

****

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini! Melalui pesan pendek disini, Author ingin menyampaikan rasa bahagia Author atas antusiasme dari para pembaca setia semua. Oleh karena itu, Author akan terus berkarya demi memberikan kepuasan bagi kalian semua melalui cerita-cerita yang Author lahirkan.

Semoga dari cerita-cerita Author seluruhnya bisa membuat kalian terbawa oleh suasana dan tentunya kalian bisa selalu Coli dengan puas hingga tenaga terkuras!

Kisah lengkap "Menduduki Raga Pria" kini dapat kalian akses melalui https://karyakarsa.com/rakarsag

Begitu pula dengan kisah lain milik Author seperti "Keluarga Berbeda" ; "Para Pejantan" ; "Ero-Mantica" ; "Para Pejantan II" ; "Terapi 'Kejantanan'" ; "Laki-Laki Perkasa" ; "Pemijat Sensasional" ; "Top Series #1 - InterSext" ; "Bot Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Vers Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Bot Series #2 - Desahan penuh Desahan" ; "Perjalanan Birahi" dapat kalian akses di situs karyakarsa milik Author.

Untuk cerita lengkap dan update terbaru dalam kisah ini dapat anda baca dan nikmati di sana.

Terimakasih dan selamat membaca!

Regards,

Rakarsag

Menduduki Raga PriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang