MRP - Menduduki Pengikut Pertama Rasus (6)

1.7K 23 0
                                    

MRP - Menduduki Pengikut Pertama Rasus 6


Dengan kejadian kemarin, maka semakin besar kekuatan yang diterima oleh mbah Mo yang kini bersemayam di dalam tubuh Rasus. Setelah selesai dengan persetubuhan bersama Wastu malam kemarin, Rasus mulai membereskan sendiri tempat kejadian di kamar ritual yang berlumuran darah.
Meski belum bisa selesai membereskan semuanya, Rasus dalam kesadarannya sendiri duduk di depan rumah mbah Juki. Ia kembali termenung sendirian mencerna apa yang baru saja terjadi. Dalam dirinya, ia merasakan ada sesuatu yang benar-benar berubah. Tak hanya dari fisik, bahkan sekarang ia merasakan sesuatu kemampuan gaib yang bisa semacam 'mengontrol' atau menghipnotis orang. Seperti paham dengan sendirinya, kemampuan itu muncul dan teringat dalam benaknya itu.

Sedang di satu sisi, Rasus juga tak bisa merasakan keberadaan mbah Mo dalam dirinya. Ia tak tahu kapan mbah Mo akan datang dan mengambil kesadarannya. Kalau memang hal seperti ini terjadi lagi di ruang lingkup yang lebih luas, ia takut bahwa nantinya akan menjadi hal buruk bagi diri Rasus sendiri oleh kaibat perbuatan yang tidak ia lakukan secara sadar.

Rasus masih saja terduduk di depan meski jam sendiri sudah menunjukan pukul 2 pagi sekarang. Lokasi rumah mbah Juki yang terpencil ini dirasakan sangat nyaman oleh Rasus, entah itu karena pengaruh dari mbah Mo atau perasaan lain. Hingga tak lama saat ia masih disana, dari arah pepohonan lebat terdengar bunyi gemerisik yang menarik perhatian Rasus. Cukup lama ia mengamati sumber bunyi itu berasal, tiba-tiba ada sorotan cahaya senter dan munculah sosok pria bertelanjang dada dengan celana panjang kain berwarna hitam. Pria ini nampak terkejut melihat Rasus yang berada di rumah mbah Juki.

Keduanya terdiam, pria itu masih menatap Rasus sambil berjalan masuk ke pekarangan rumah. Semuanya hening, tak ada satupun suara yang keluar kecuali bunyi hewan yang berasal dari pekarangan lebat di seputaran rumah. Hingga tak lama, tiba-tiba muncul angin kencang dari dalam rumah yang langsung mengenai punggung Rasus dan mengarah ke pria itu hingga pria ini tersentak dan segera berlari menuju Rasus dengan muka marahnya.

"Anjing! Kamu apain guru saya?" Bentaknya sambil melayangkan pukulan.

Rasus dapat melihat gerakan pria ini sangat jelas, ia segera mengelak dan langsung menangkis pukulannya dan segera menghentikan langkah pria tersebut. Penuh amarah pria ini menatap Rasus dan sambil menggumam tak jelas, sejenak Rasus berpikir mungkin pria itu sedang merapal sebuah mantra karena ia mengatakan bahwa mbah Juki adalah gurunya.
Sayangnya, kekuatan yang dimiliki oleh pria ini tak jauh lebih hebat dan memang Rasus yang sudah menyatu dengan mbah Mo mempunyai kemampuan yang di atas rata-rata membuat usaha pria itu sia-sia. Dengan cepat Rasus langsung menutup wajah pria tersebut, seperti mengerti atas sebuah rapalan, dalam hati ia berkata dan langsung tunduklah pria ini di bawah Rasus.

Tatapannya kosong, Rasus mulai melepaskan tubuhnya dan dibiarkan saja ia terkapar di lantai.
"Kamu siapa memangnya?" Tanya Rasus.

"Saya murid mbah Juki, nama saya Bisma." Ia berkata lirih, tatapannya tajam menatap ke arah Rasus meski badannya sendiri terkapar lemas. Nampak ia sedikit bisa menahan kemampuan Rasus yang baru saja ia terima.

"Mbah Juki sudah tak ada lagi. Sekarang hanya tinggal saya yang ada disini." Balas Rasus.
Meski Rasus sendiri masih belum bisa menerima seluruh kejadian yang terjadi pada dirinya, namun ia sadar akan sesuatu hal. Diri mbah Mo yang sudah menyatu dengannya, seperti mengerti dengan apa yang diinginkan mbah Mo, kali ini Rasus melihat kemampuan Bisma yang sangat berpotensi ini untuk dijadikan seorang yang bisa ia percayai, menjadikan sebagai salah satu muridnya, atau suatu saat nanti ia bisa menjadi salah seorang tumbal.

"Saya beri kamu dua pilihan, antara kamu mau ikut saya atau kamu bisa ikut dengan gurumu." Kata Rasus dengan tegas.

Wajah Bisma makin memerah mendengar perkataan Rasus. Ia sungguh marah, sedih, semua emosi bercampur-aduk. Hanya saja ia tak bisa berbuat apa-apa. Instingnya menyuruh Bisma untuk tetap tenang dan memilih jawaban paling rasional untuk kebiakan dirinya sendiri. Menelan egonya, menahan amarahnya, akhirnya Bisma mencoba melepaskan itu semua dan mengikuti pilihan pertama yang diberikan oleh Rasus.

"Baiklah kalau begitu, sekarang saya berikan kendali atas tubuhmu Bisma. Ikuti saya." Kata Rasus kembali menuntun Bisma masuk ke dalam rumah.
Kembali Bisma dikejutkan oleh apa yang terjadi di ruangan sakral milik gurunya itu. Ada dua orang pria telanjang yang sedang tertidur disana, dan dipojok ruangan terdapat jasad mbah Juki yang masih bersimbah darah.
"Bersihkan ruangan ini." Perintah Rasus dengan tegas.

Bisma dengan ragu menuruti perintah Rasus, ia mulai membersihkan ruangan ini perlahan. Dipindahkan jasad gurunya yang telah tiada itu ke halaman luar. Otomatis bajunya sekarang juga sudah bersimbah oleh darah. Rasus mengamati pekerjaan Bisma yang cekatan, gerak gerik Bisma membawa Rasus pada ingatan mbah Mo semasa ia hidup.
Seseorang yang mirip dengan Bisma itu sedang membersihkan rumah, badannya tinggi dan tegap, pekerjaannya dilakukan dengan cepat dan apik. Seolah hadir dalam suasana itu secara langsung, Rasus sadar bahwa pria itu adalah kakek buyutnya sendiri. Kejadian ini persis seperti apa yang baru saja terjadi disini.

Mbah Mo sedang duduk bersila sambil bersemedi, di depannya ada kakek buyut Rasus yang merupakan pembantu setia mbah Mo yang sedang membersihkan jasad seorang pria tua lainnya. Setelah semuanya selesai, kakek mulai melepaskan seluruh pakaiannya, badan hitam tegapnya itu bersimbah keringat sangat banyak. Mbah Mo melihat kakek dengan tersenyum dan ia lalu mulai melepaskan pakaiannya hingga kini mereka berdua saling berhadapan, bertelenajang bulat.

Mbah Mo berdiri, ia menyuruh kakek untuk membersihkan badannya, menyapu seluruh kotoran yang ada di badannya itu dengan lidahnya. Tanpa ragu, kakek segera melakukan tugasnya. Terlihat kakek begitu antusias, begitu suka oleh perbuatannya sekarang. Sapuan lidahnya terus ia lakukan dimulai dari leher, turun ke dada, bergerak ke samping ke arah ketiak kanan dan kiri, turun menuju perut juga pinggang, terus beranjak ke paha sampai betis, dan berakhir pada kaki.

Jilatannya ini kemudian berangsur naik ke atas hingga kembali wajah kakek berada di depan benda pusaka mbah Mo dengan ukurannya yang luar biasa besar. Benda pusaka kebanggannya, sebuah batang kontol yang gagah perkasa sudah mengacung keras. Tak segan-segan sekarang kakek langsung membuka mulutnya lebar-lebar, ia masukan kontol itu ke dalam mulutnya dan langsung mulai menggerakan mulutnya tersebut, mencoba membasahi kontol mbah Mo yang fantastis.

"Kau memang pintar Takim!" Ujar mbah Mo.

Rasus kembali terasadar dari bayangan imaji yang ia lihat. Di depannya telah berdiri Bisma dengan pakaiannya yang basah terkena darah juga keringatnya sendiri. Bisma sendiri berdiam diam, seperti mengamati apa yang akan dilakukan Rasus.

****

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini! Melalui pesan pendek disini, Author ingin menyampaikan rasa bahagia Author atas antusiasme dari para pembaca setia semua. Oleh karena itu, Author akan terus berkarya demi memberikan kepuasan bagi kalian semua melalui cerita-cerita yang Author lahirkan.

Semoga dari cerita-cerita Author seluruhnya bisa membuat kalian terbawa oleh suasana dan tentunya kalian bisa selalu Coli dengan puas hingga tenaga terkuras!

Kisah lengkap "Menduduki Raga Pria" kini dapat kalian akses melalui https://karyakarsa.com/rakarsag

Begitu pula dengan kisah lain milik Author seperti "Keluarga Berbeda" ; "Para Pejantan" ; "Ero-Mantica" ; "Para Pejantan II" ; "Terapi 'Kejantanan'" ; "Laki-Laki Perkasa" ; "Pemijat Sensasional" ; "Top Series #1 - InterSext" ; "Bot Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Vers Series #1 - Petualangan Anak Kembar" ; "Bot Series #2 - Desahan penuh Desahan" ; "Perjalanan Birahi" dapat kalian akses di situs karyakarsa milik Author.

Untuk cerita lengkap dan update terbaru dalam kisah ini dapat anda baca dan nikmati di sana.

Terimakasih dan selamat membaca!

Regards,

Rakarsag

Menduduki Raga PriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang