Prolog

97 7 0
                                    

        Hujan deras mengguyur jalanan basah malam itu menuju pemakaman. Gemuruh petir menambah suasana menegangkan penuh penyesalan Bumi disertai kilasan balik bersama sang semesta di kepalanya.

      Gadis manis dengan apron coklat tengah berdiri di antara jajaran roti dengan senyum khas nya. Gadis manis yang tertawa dipenuhi tepung pada wajah lucunya sambil mencoba menjangkau wajah Bumi.

   Kilasan balik itu selalu terlintas di kepala laki-laki yang menatap kosong ke arah langit. Tak menyangka, semestanya yang manis, hilang di antara semesta lainnya.

     Di mata Rinjani, Bumi adalah hidupnya.  Bagi Bumi, Rinjani adalah semestanya.

     Jani, Bumi bukan hanya mampir, tapi menetap, menetap kembali bersama semestanya yang telah lama hilang. Cinta abadi kalian, nyata adanya.

Bumi Rinjani [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang