Rinjani Namanya

31 7 0
                                    

Chapter 4

— Rinjani Namanya —

***

   "Woi Ksa!" Panggil Hadid kala siluetnya menangkap Dhyaksa yang terburu-buru keluar dari kelas.

   Dhyaksa menghentikan langkahnya, menoleh kearah pria jakung itu.

   "Naon?"

   "Lo bener-bener ya, dateng paling belakang pulang paling depan."

   "Sewot aja lo, gua buru-buru nih."

   "Lo mau nyari cewe di toko roti itu? Lo sepenasaran itu emang?"

   "Iya lah gila, lo mah gatau dia segemes apa malem itu. Eh tapi gua juga ngerasa ngga enak sebenernya, makanya sekalian mau kenalan trus minta maaf." Jelasnya.

   "Emang tiap jalan lo tuh pasti ada maksud terselubung."

   Dhyaksa menyengir kecil, "Udah ah, lo buang-buang waktu gua kalau nanya gitu doang. Gua mau cabut, ntar gua dateng belakangan ke basecamp."

  "Bentar Ksa, gua tanya lo beneran yakin mau deketin dia?" Hadid menatap lawan bicaranya dengan serius.

   Dhyaksa yang ditatap begitu pun menautkan alisnya bingung, "Ada sesuatu?" Tanya nya.

   Hadid mengangguk, "Dia bukan cewe nolep biasa Ksa, dia mantan nya Jhoan."

   Dhyaksa merubah ekspresinya, rahangnya mengeras menahan amarah. Namun sedetik berikutnya ia malah tertawa remeh.

   "Kita liat gimana reaksi dia waktu gua coba deketin cewek itu,"

   "Tapi gua deketin dia pure karna suka, bukan karna dia mantan si tikus got."

   Usai berkata begitu, Dhyaksa langsung pergi meninggalkan kelasnya. Menyisakan Hadid dan kedua temannya yang tadi hanya berdiam diri saja.

   "Ini mah si Aksa beneran naksir." Celetuk Rey.

   Rafael berdehem pelan, "Kita liat aja, dia kan manusia aneh. Gabisa ditebak."

***

   Dhyaksa sampai di toko roti tempat ia membuat keributan semalam. Tanda di pintu itu sudah berubah, yang semalam berlukiskan 'tutup' kini berganti menjadi 'buka'.

   Laki-laki itu masuk ke dalam toko, tepat ketika ia membuka pintu, bel yang sengaja ditaruh diatas pintu pun berbunyi. Seorang nenek tua menimbulkan kepalanya di balik etalase roti, kemudian tersenyum kearah laki-laki itu.

  "Lah ternyata beneran nenek-nenek yang punya." Batinnya.

   "Selamat datang!" Sapa sang nenek tua dengan senyum manis.

   Dhyaksa ikut tersenyum, tapi bedanya ia tersenyum kikuk.

   "Silahkan Nak di lihat dulu," tambah sang nenek.

   "Emm... Saya bukan mau beli roti nek." Sangkalnya.

   Nenek tua itu menautkan alisnya bingung, membuat Dhyaksa merasa deja vu karna ekspresi sang nenek mirip dengan ekspresi cucunya.

Bumi Rinjani [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang