Berangkat Bareng

28 6 2
                                    

Chapter 6

— Berangkat Bareng —

***

Bumi dan Rinjani sampai  di rumah Rinjani tepat pukul sembilan malam, setelah tadi mereka makan dan berjalan-jalan.

"Nih, makasih ya udah ngajakin aku jalan-jalan. Bener-bener ngilangin stress banget," Ujar Rinjani seraya memberikan helm ke Bumi.

Bumi tersenyum dan menerima helm itu, "Sama-sama, besok berangkat sama gua ya?"

"Iyaa, tapi kamu jangan lama-lama."

"Siap, besok pagi gua jemput." Ujarnya.

"Yaudah aku tunggu ya?"

"Iyaa geulis."

Setelahnya, Bumi pun pamit untuk pulang. Walau sebenarnya dalam hati Rinjani ingin lebih berlama-lama bersama laki-laki itu.

Tapi tak apa, toh besok akan bertemu lagi.

***

Pagi hari seperti biasanya, Rinjani tengah bersiap-siap untuk sekolah. Ia juga menyiapkan bekal untuk dirinya dan Bumi, itu karena sang nenek tau Bumi jarang makan siang.

Ting! Tong!

Rinjani menoleh ke sumber bunyi, kemudian menatap jam dinding yang masih menunjukkan jam setengah enam.

"Tumben hari ini Bumi cepet banget jemputnya." Gumam nya.

Tak memilih untuk berfikir panjang, gadis itu pun segera berjalan kearah pintu utama.

"Kok kamu tum—"

"—Jhoan?"

Rinjani terkejut, seseorang yang dihadapannya kini ternyata bukan seseorang yang ada di fikirannya. Melainkan pria jakung berkulit sawo matang dengan senyum yang nyaris membuat matanya hilang, dan pria itu adalah Jhoan.

Sekilas tentang Jhoan, laki-laki berkulit kecoklatan yang notabenya mantan pertama Rinjani. Mereka berdua sudah menjalin hubungan sejak tahun terakhir SMP, tapi mereka sudah kenal jauh sebelum itu. Rinjani dan Jhoan awalnya hanya dua sahabat yang tiba-tiba menjalin hubungan spesial, hubungan itu berjalan lama hingga mereka naik ke kelas 11. Tapi ada hal yang membuat mereka harus berpisah dan kembali berteman.

"Hai?" Sapanya dengan kikuk.

"Oh hai juga, tumben kamu kesini Jho?"

"Iya, hari ini lagi pengen ngajakin kamu buat berangkat bareng." Ujarnya.

Rinjani terdiam, "Oh eee..."

"Mau kan?" Tanya laki-laki itu.

Gadis manis itu masih diam, tengah memikirkan bagaimana caranya untuk menolak secara halus ajakan laki-laki dihadapannya ini.

"Aku mau, cuman gimana ya?"

Jhoan menautkan alisnya, "Kenapa? Ada masalah kah?"

"Ngga gitu, cuman—"

Tin! Tin!

Ucapan Rinjani terhenti kala suara klakson mengintrupsi keduanya, kini dihadapan mereka sudah terparkir vespa matic putih dengan seorang anak laki-laki yang juga berseragam sama dengan mereka.

Siapa lagi kalau bukan Dhyaksa Bumi Pradipta?

Bumi turun dari motornya, menghampiri Rinjani tanpa tahu bahwa laki-laki di depan gadis itu adalah Jhoan.

Bumi Rinjani [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang