The 1975

24 5 0
                                    

Chapter 10

—The 1975—

***

Sore hari di hari Minggu ini, Bumi tengah bersiap diri di depan cermin kamarnya. Menatap pantulan dirinya yang kini tengah ber stelan kemeja hitam dan celana cargo bewarna cream, pun sepatu yang bewarna senada dengan pakaian nya hari ini.

Setelah dikira penampilannya sudah rapi, Laki-laki Bandung itu pun meraih ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan untuk sang kekasih.

Ay geulis

Ay|
Siap-siap ya? Jam 6 gua jemput|

|Kita mau kemana Bum?

Ada lah, pokonya kamu siap-siap aja|
Dandan yang cantik, tapi jangan cantik-cantik banget ntar pada ngelirik|
I don't like sharing what's mine soalnya|

|Iyaaa bawell

Yaudah sampai ketemu nanti geulis|

|Iyaa ganteng

"CIELAH AING DIPANGGIL GANTENG," teriak Bumi histeris kala membaca kalimat terakhir dari Rinjani.

"GELO GELO, GAK BISA GUA DIGINIIN STRESS,"

Dan berbagai kata-kata lainnya yang menggambarkan bagaimana kesaltingan tuan muda Pradipta itu.

Usai berjingkrak-jingkrak, Bumi kembali pada tujuan awalnya. Ia sedikit merapikan lagi rambut yang sempat berantakan, kemudian bergegas pergi menuju sebuah cafe milik kenalannya.

"Bro!" panggil Bumi ke seseorang yang tengah berada di balik meja bartender.

"Oy! Dah sampe lu," balas si lawan bicara.

"Yoi, gimana bang? Udah beres semua yang gua minta?" tanya Bumi.

"Beres semua, gua udah siapin yang si Hadid bilang. Anyway temen-temen lo kapan dateng?"

"Paling bentar lagi sampe,"

"Udah sampe kali," suara Rey mengintrupsi keduanya.

Mereka kemudian saling melakukan tos ala-ala budak sakola, tak lupa menyapa si pemilik cafe tadi.

Yang tak lain adalah sepupunya Hadid.

"Dah yok, briefing dulu kita," ajak Bumi.

Ketiga temannya pun mengangguk, berjalan menuju bagian live music yang ada di sana.

Keempat laki-laki itu mulai mengambil bagiannya masing-masing, Rey dan Rafael dengan bass nya, Hadid dengan drum nya, dan Bumi si vokalis utama.

"1... 2..."

***

Bumiii 🐻

|Ay, gua udah di depan

Bentar Bum, aku keluar|

Usai menerima pesan, Rinjani pun bergegas pamit ke sang nenek dan keluar dari toko roti miliknya. Dahi gadis itu mengernyit, tak didapatinya Bumi dengan vespa matic putih itu.

Bumiii 🐻

Katanya udah sampai?|
Tapi kok aku ngga ngeliat kamu?|

Bumi Rinjani [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang