Chapter 8
— Rinjani's Boyfriend —
***
Hari ini, sudah lebih dari satu bulan sejak Bumi menyatakan perasaannya kepada Rinjani. Hubungan yang kini lebih baik dari sebelumnya, tetap dengan berbagai kerandoman yang diberikan Bumi kepada gadis cantik pemilik senyum manis itu.
"Ay, gua mau nge basket dulu balik sekolah. Kamu mau di anter pulang apa ikut?" Tanya Bumi kala mereka tengah menikmati makan siang di kelas Rinjani.
"Aku ikut aja, hari ini ngga ada pesenan jadi gapapa kalau pulang telat. Nanti aku izin aja ke nenek." Balas si cantik.
"Yaudah ntar gua jemput ke kelas, Ay,"
Rinjani membalas dengan anggukan, setelahnya mereka kembali makan dengan ditemani candaan klasik ala tuan muda Pradipta.
Gua-kamu dan Ay, panggilan yang digunakan Bumi untuk Rinjani. Hal itu karena Bumi tidak terbiasa memanggil dirinya dengan panggilan "aku".
TRINGG
Bel masuk berbunyi, Bumi segera bangkit dan membereskan kotak bekal yang dibawa Rinjani untuknya.
"Ay gua balik ke kelas ya, ini kotaknya biar gua yang simpenin. Besok gua bawain bekal buatan mbok, dah ya ay belajar yang rajin ntar lagi lulus," ujar Bumi.
Rinjani tersenyum kala surainya diusap lembut oleh sang kekasih, "Kamu juga, jangan malah bolos abis ini. Inget bentar lagi lulus."
"Iya cantik, geulis, gua ngga bolos hari ini. Dah ketemu nanti lagi cantik."
Dan setelahnya, Bumi berlalu keluar dari kelas si gadis cantik.
Rinjani yang masih tersenyum menjadi perhatian bagi teman baiknya, Hanna. Ia menautkan alisnya melihat Rinjani yang tengah kasmaran itu.
"Emang ya, yang kasmaran mah beda. Dunia milik berdua, yang lain nyewa," sindir Hanna.
Rinjani menoleh, tertawa kecil mendengar penuturan teman satu-satunya itu. Lantas memberikan sebuah cemilan kepada Hanna, membuat raut wajah Hanna yang tadinya masam kini berubah senang.
"Bisa aja ya lo nyogok gue," ujar Hanna.
"Udah ih kamu mah ngomel terus, udah kayak ibu-ibu," ejek Rinjani.
Hanna hanya mencibir, memilih untuk diam dan memakan cemilan yang diberikan Rinjani untuknya.
"Guys," suara ketua kelas mengintrupsi semua yang ada disana, termasuk Rinjani yang tadinya hendak mengambil buku.
"Tadi gua ke ruang guru, katanya Bu Rieta berhalangan hadir. Alhamdulillah nya ngga di kasih tugas, tapi tetep tertib dan ngga ada yang keluar kelas tanpa seizin gua. Kalau ribut ntar guru piket yang gantiin," titah sang ketua kelas.
Semua siswa mulai berseru senang, tak terkecuali Rinjani yang merasa sedikit senang karna tidak ada tugas.
"Oh iya mau ngabarin nenek dulu," Batinnya.
Segera, Rinjani mengambil handphonenya di laci kemudian mulai mengetikkan pesan kepada sang nenek.
Edelia
Nek, Lia hari ini pulang agak telat gapapa?Nenek
Mau kemana Lia?Edelia
Mau temenin Bumi latihan basket, tapi abis itu Lia janji langsung pulang.Nenek
Oalah, iya nak gapapa. Tapi hati-hati ya? Jangan pulang begitu larut, nanti kamu makin kambuh sakitnya.Edelia
Iya nek, nanti kalau udah selesai langsung pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Rinjani [on going]
Fiksi PenggemarLee Haechan • Kim Yerim Rinjani tak pernah menyangka kalau kue ulang tahun berbentuk bulat itu mengantarkannya bertemu pria yang ia panggil Bumi. Latar belakang yang berbeda malah menuntun mereka menemui takdir yang sama. "Kalau bertemu kamu semudah...