Chapter 1
— Perihal Bumi Rinjani —
***
"Nak Aksa, bangun. Udah jam berapa ini?" Suara lembut mengawali pagi seorang anak laki-laki yang masih terlelap dalam tidurnya.
Anak laki-laki itu menggeliat kala tangan penuh keriput mengusap surai hitam legamnya. Ia menggosok-gosokkan kedua tangannya ke mata, sesekali mengeluh tidak jelas karna sudah dibangunkan.
"Nduk, Mbok kan sudah bilang jangan dikucek gitu matanya." Peringat wanita tua itu.
"Jam berapa sekarang, Mbok?" Tak menghiraukan ucapan si Mbok, anak laki-laki yang dipanggil dengan nama Aksa itu memilih melontarkan pertanyaan lain.
"Sudah jam 05.20 ini. Gih, ambil wudhu dulu buat sholat, abis itu mandi dan siap-siap untuk sekolah. Mbok udah siapin sarapan."
Si anak laki-laki merenggut, "Langsung mandi ajalah Mbok, nanti telat." Ujarnya.
Wanita paruh baya itu tersenyum, seraya membereskan tempat tidur tuan muda nya ini.
"Ndok, kalau ingin melakukan sesuatu sampaikan dulu kepada Tuhanmu."
"Kalau telat gimana?"
"Pun kalau ndak telat, kamu tetap bolos."
Kalimat itu membungkam si tuan muda, ingin menyangkal pun tak bisa karna memang benar adanya. Akhirnya, ia menuruti ucapan sang pembantu. Walau sedikit kesal, tapi ia tak mau melawan.
Dhyaksa Bumi Pradipta, anak tunggal keluarga Pradipta yang tengah duduk di kelas 3 SMA. Aksa, itu panggilan yang teman dan keluarganya berikan. Anak laki-laki berkulit kuning langsat dengan rambut hitam legam, tinggi nya tak begitu ketara bila dibandingkan dengan teman-temannya. Tapi, jika berdiri di antara para siswi sekolahnya, Dhyaksa seperti pria jakung. Dhyaksa lebih suka menghabiskan waktunya di luar rumah, bergaul bersama teman-temannya yang bersatu dalam organisasi kecil bernama "Budak Sakola".
Ada berbagai hal unik tentang Dhyaksa yang tak diketahui orang awam. Seperti kesukaannya terhadap sate maranggi dan band klasik bernama The 1975 band. Juga tampilannya yang seperti anak begajulan padahal hatinya lembut seperti kain wol.
Apalagi kalau dihadapkan di depan Mbok Ranti.
Wanita tua itu, Mbok Ranti namanya. Sudah menghabiskan 30 tahun hidupnya untuk melayani keluarga Pradipta. Dan beliau sudah mengasuh si tuan muda Pradipta sejak ia masih berusia 5 tahun. Itulah salah satu alasan mengapa Dhyaksa sangat mematuhi ucapan pengasuh nya itu, karena hanya beliau lah yang ada dikala kedua orang tuanya sibuk bekerja.
"Nduk sarapan dulu!" Seruan itu terdengar kala atensi mbok Ranti menangkap Dhyaksa yang baru saja turun.
Anak laki-laki itu menoleh dan menggelengkan kepalanya, "Ngga ah mbok, nanti aja makan di kantin." Tolaknya.
Mbok Ranti menghela nafas pelan, sudah berkali-kali tuan muda itu tak mau sarapan di rumah.
Dhyaksa kemudian pamit sebentar dan lekas keluar rumah, menghampiri motor classic berwarna coklat kesayangnnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Rinjani [on going]
FanfictionLee Haechan • Kim Yerim Rinjani tak pernah menyangka kalau kue ulang tahun berbentuk bulat itu mengantarkannya bertemu pria yang ia panggil Bumi. Latar belakang yang berbeda malah menuntun mereka menemui takdir yang sama. "Kalau bertemu kamu semudah...