Ulang Tahun Mbok Ranti

41 8 0
                                    

Chapter 2

— Ulang Tahun Mbok Ranti —

***

   "Halo, Lia?" Kalimat sapaan mengawali pembicaraan jarak jauh sore ini.

   "Iya Nek, kenapa?" Sahut gadis itu membalas sapaan lawan bicaranya.

   "Lia udah beres sekolahnya, Nak?" Tanya wanita tua itu dibalik saluran telfon.

   "Udah Nek, ini Lia udah mau balik, ada apa ya Nek?"

   "Kalo Lia ada bawa uang lebih, Nenek mau minta tolong beliin tepung terigu ya nak buat bikin roti pesenan tadi pagi. " Pinta sang nenek.

   "Tumben Nenek minta tolong Lia buat beliin bahan-bahan, emangnya toko deket rumah ngga buka ya Nek?"

   "Engga Nak, ini Nenek baru aja pulang ke rumah, udah lemes." Jawabnya diiringi tawa yang lesu.

   "Yaudah nanti Lia beliin, Nenek di rumah aja ya jangan banyak kerja dulu, nanti biar Lia yang selesein pesenannya. " Balas si gadis yang kerap dipanggil Lia itu.

   Sang nenek tersenyum dibalik panggilan telfonnya, "Iya nak, terima kasih ya udah mau direpotin sama nenek"

   "Ah nenek mah gitu, yaudah Lia jalan pulang dulu ya nek assalamu'alaikum." Ucapnya seiring mengakhiri telfon dari neneknya.

   Selepas memenuhi amanah dari neneknya, Lia menyusuri jalan pulang  yang penuh deretan pohon di pinggirnya. Gadis itu berjalan dengan senyum manis yang terpatri di wajahnya sembari memandang dahan-dahan pohon yang melambai-lambai seolah tengah bertegur sapa dengannya, disertai dedaunan kering yang kerap berjatuhan dikala angin berhembus.

   Edelia sengaja tak menaiki angkutan umum untuk kembali ke rumahnya, karna ingin menikmati cuaca yang cerah di sore hari ini.

   Sekitar 15 menit berjalan kaki, akhirnya Lia sampai di rumahnya dengan selamat. Si gadis cantik langsung menghampiri neneknya yang ternyata masih saja mengurus pesanan roti yang katanya dipesan tadi pagi. Lia langsung mengambil alih kocokkan telur dari tangan sang nenek, bermaksud meneruskan yang dilakukan neneknya tadi.

   "Udah-udah, nenek ke kamar aja, istirahat. Ini semua biar Lia yang lanjutin." Ujarnya cepat.

   Sang wanita tua hanya tersenyum melihat cucu semata wayangnya ini, ia tetap membantu neneknya walau beliau yakin sang cucu sangat lelah seharian ini.

   Namun, mau bagaimana lagi? Ia paham betul Lia adalah anak yang rajin dan tidak pernah mengeluh lelah kepada dirinya. Ditambah lagi dengan dirinya yang sudah menua dan tentunya sakit-sakitan sudah menjadi makanannya sehari hari membuat cucunya ini sangat protektif kepada sang nenek.

   Tak peduli kalau tubuhnya sendiri juga sama lelahnya dengan sang nenek.

   Lia masih sibuk mengaduk telur yang sudah dicampur dengan beberapa bahan lainnya. Dan ya, tentunya masih dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya. Perlahan ia menoleh kearah neneknya yang sudah cukup bungkuk itu, terlihat dari siluetnya kalau sang nenek tengah berjalan ke kamar sembari tersenyum manis penuh kasih sayang.

   Dua jam berlalu, Lia sudah selesai dengan segala urusan rotinya. Ia mulai membersihkan diri dari tepung tepung yang sudah melekat di tangan dan seragam sekolahnya. Usai membersihkan diri, gadis itu hendak menutup toko. Namun, ketenangan Lia terusik oleh ketukan pintu toko yang terdengar tak sabaran.

***

   Suara derap motor classic yang melaju kencang berhenti di depan sebuah toko roti ditemani bunyi rintik gerimis dari loteng toko itu. Dhyaksa berjalan terburu-buru menuju pintu utama toko roti yang sudah bertuliskan label 'tutup'. Dengan tak sabaran, ia mengetuk pintu toko.

Bumi Rinjani [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang