Chapter 3
—Dhyaksa dan Penasaran —
***
Hari ini, tak seperti pagi yang biasanya, Dhyaksa bangun tepat waktu dan bersiap-siap untuk sekolah. Ia merapikan sedikit rambut dan pakaiannya, kemudian tersenyum ke arah pantulan dirinya dan tertawa.
"Emang paling cakep maneh mah Ksa." ujarnya ke pantulan cermin.
Usai mengagumi diri sendiri, Dhyaksa bergegas turun ke bawah dan menghampiri Mbok Ranti. Sengaja ia bangun pagi-pagi begini, hatinya sudah merasa sangat penasaran dengan gadis di toko roti dekat sekolah yang kemarin malam ia hampiri itu.
"Loh nduk? Sudah bangun toh? Tumben sekali." ucap si Mbok.
Dhyaksa menatap sebal, memang salah ya kalau ia bangun pagi begini?
"Mbok biasa aja liatnya, ngga usah kayak abis ngeliat setan gitu." ujarnya sebal.
Si mbok terkekeh, kemudian kembali melanjutkan beberesnya.
"Nduk mau sarapan? Biar mbok siapkan."
Dhyaksa menggelengkan kepalanya, "Aksa mau ke rumah Pael, nanti aja disana sarapannya."
Mbok Ranti mengangguk paham, tak ingin bertanya lebih banyak.
"Yaudah mbok, Aksa pamit dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, hati-hati ndok."
Dengan cepat, Dhyaksa keluar dari rumah dan menghampiri si motor kesayangan. Ia melajukan motornya keluar dari area rumah megah itu, beralih menyusuri jalanan yang masih terbilang sepi.
Hanya butuh waktu 15 menit untuk Dhyaksa sampai di sebuah rumah bercat putih, rumah kediaman sang teman karib.
"Pael, maen yukk!" teriaknya tak tahu malu.
Segera, seorang laki-laki seumuran Dhyaksa keluar dari rumah itu dengan muka suntuknya.
"Lo bisa jangan berisik ngga sih Ksa? Ini masih pagi!" bentak si laki-laki, Rafael namanya.
Tapi kalau untuk Dhyaksa dan teman-temannya, mereka biasa memanggil dengan sebutan Pael.
Dhyaksa hanya menyengir tanpa dosa, "Ngomel mulu, ini bukain gerbangnya."
"Lo ngapain sih ah ke rumah gua pagi-pagi gini, gila kali ya." Walau mengomel, Rafael tetap membukakan gerbang untuk si lawan bicara.
Dhyaksa memasukkan motornya ke pekarangan rumah Rafael, kemudian lekas turun dan mendekati si teman baik.
"Numpang sarapan aing, trus mau curhat."
Rafael memutar matanya malas, "Kayak cewe lo segala curhat-curhat."
Dhyaksa hanya membalas dengan tawa, karna begitulah sifat Rafael. Galak tapi baik hati. Jadi, walau sepanjang apapun omelan Rafael, ia akan tetap berbaik hati ke teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Rinjani [on going]
FanfictionLee Haechan • Kim Yerim Rinjani tak pernah menyangka kalau kue ulang tahun berbentuk bulat itu mengantarkannya bertemu pria yang ia panggil Bumi. Latar belakang yang berbeda malah menuntun mereka menemui takdir yang sama. "Kalau bertemu kamu semudah...