Pecel Ayam

33 5 0
                                    

Chapter 5

Pecel Ayam —

***

*ps: dari chapter ini sampai seterusnya, Aksa diganti jadi Bumi dan Edelia ganti jadi Rinjani yaa.

Usai perkenalan hari itu, Bumi dan Rinjani mulai dekat. Walau awalnya Rinjani selalu menghindar dari Bumi, tapi akhirnya Rinjani mulai menerima kehadiran Bumi.

Teringat lagi kesepakatan terakhir Bumi dan Rinjani, diawali oleh Rinjani yang menolak untuk menaiki motor classic milik Bumi.

Alasannya karna motor itu terlalu tinggi, dan Rinjani sangat tidak suka motor seperti itu.

Sampai akhirnya mereka sepakat, bila Bumi membawa motor yang biasa saja, barulah Rinjani mau menaiki motor Bumi. Bumi menyanggupi permintaan Rinjani, keesokan paginya Bumi datang ke rumah Rinjani dengan motor yang berbeda.

Kali ini vespa matic warna putih yang ia pinjam dari abang sepupunya, pinjamannya berlaku satu tahun dengan uang sogokan tiap bulan.

Agak berat sih, cuman demi Rinjani, Bumi bisa melakukan apa saja.

"Trus si Dadang lo kemanain Ksa?" tanya Rey kala Bumi selesai menceritakan kenapa ia bisa mengganti motor classic itu dengan vespa matic putih yang ia bawa sebulan terakhir ini.

"Aya di rumah," jawabnya.

"Baru kali ini gua liat Aksa bucin ke cewe sampe bisa ngegantiin Dadang sama vespa matic." Sahut Hadid.

"Rinjani beda bro," balas Bumi, ia juga tersenyum diakhir ucapannya.

"Idih geli gua."

Bumi tak merespon, memilih memainkan gitar milik Hadid. Ia menoleh kearah jam yang kini sudah menunjukkan pukul empat sore.

"Dah gua cabut yak, mau jalan sama neng geulis." Bumi bangkit, menaruh gitar itu kembali ke tempatnya.

"Jalan mulu jadian kaga," sindir Rafael.

Bug!

Sebuah bantal terlempar tepat di kepala Rafael, siapa lagi pelakunya kalau bukan Bumi.

"Mulutmu bisa lebih tajam dari itu ngga anying?" Ujar Bumi.

"Lah kan bener,"

"Bukan ngga jadian, tapi belom."

"Buruan di tembak, ntar diambil orang mampus" sahut Hadid.

"Sabar atuh, semua butuh proses. Dah ah gua cabut,"

Bumi berlalu keluar dari basecamp nya, membawa motor putih itu melaju membelah jalanan sore. Hari ini ia sudah berjanji mengajak Rinjani jalan-jalan sekalian makan malam.

Hanya butuh 15 menit untuk Bumi sampai ke toko roti milik Nenek Rinjani. Si laki-laki Bandung itu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karna ditutupi helm, kemudian melangkah masuk menuju toko roti.

"Punten," Sapanya.

Rinjani yang tengah menata roti pun menoleh, tersenyum melihat keberadaan Bumi.

"Kamu udah sampai? Bentar aku mau siap-siap dulu." Rinjani beranjak dari tempatnya.

"Jangan cakep-cakep." Sahut Bumi.

Rinjani hanya tersenyum, entah mengapa semua kalimat yang terlontar dari Bumi kini malah membuat senyum nya terus terlukis.

Tak butuh lama untuk Rinjani bersiap diri, kini ia sudah kembali dengan stelan seadanya. Walau begitu, ia tetap terlihat cantik.

Bumi Rinjani [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang