Hari itu, hari yang berbeda bagi Renjun. Harinya terasa begitu hampa dan menyedihkan. Sebenarnya bukan hanya hari ini, begitupula dengan beberapa hari terakhir. Tapi remaja Aries itu tidak tau apa penyebabnya.
Kini, ia sedang duduk seorang diri di kantin. Ketiga temannya yang selalu bersamanya sedang sibuk dengan urusan ekstra kurikuler mereka. Jaemin yang sedang mengikuti pendaftaran ekskul basket, Haechan yang sibuk berlatih ekskul volly karena sebentar lagi turnamen, begitupun Jeno yang sibuk mengurusi kegiatan OSIS. Maklum, Jeno ketua OSIS.
Salahkan saja Renjun yang tidak mengikuti kegiatan ekstra kurikuler apapun. Hal itu dikarenakan ayahnya tidak mengizinkannya. Dengan alasan imunitas tubuhnya yang tidak begitu baik, pun dengan fisiknya yang terbilang cukup lemah. Biasanya, di saat seperti ini, Renjun akan bersama Jaemin yang memang terlalu malas mengikuti ekskul apapun. Kini tidak lagi, Jaemin sudah mendaftarkan diri menjadi anggota ekstra kurikuler basket.
Sebenarnya jam pelajaran sudah berakhir sekitar 15 menit yang lalu. Renjun bisa saja langsung pulang. Tapi tidak, ia memilih di sini karena memang itu yang selama ini ia lakukan. Biasanya ia akan menghabiskan waktunya di sekolahan sampai jam setengah 5 dan kemudian pergi course bersama ketiga temannya.
"Nyebelin! Semuanya aja nyebelin! Ga asik! Ga seru!" gerutunya seorang diri.
Renjun menghela nafasnya yang terdengar begitu berat. Ia tak mengerti, akhir akhir ini ia benar benar merasa semua hal di dunia ini menyedihkan. Ia jadi mudah menangis, sulit tertawa, badmood, benar benar seolah olah dunia sedang mempermainkan suasana hatinya.
Lelah dengan segala pemikiran buruknya, Renjun meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangannya sebagai tumpuan. Ia ingin sekali bisa tertidur dan tak akan bangun kembali.
"Hey! Lo Renjun kan?"
Mendengar namanya dipanggil, Renjun mau tak mau pun mendongakkan kepalanya. "Siapa ya?" tanyanya.
Sebenarnya, Renjun memang tau siapa lelaki yang menghampirinya itu, tapi dia hanya berpura-pura tidak tau. Bukan sok tak kenal, tapi memang Renjun akan selalu seperti itu jika bertemu orang yang ia tau tapi belum kenal.
"Gue Chenle," ujarnya dengan ramah disertai senyum yang menghiasi wajahnya, lalu mendudukkan dirinya di depan Renjun.
"Ada apa?" Setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Renjun, wajah Chenle berubah menjadi serius. Wajah ramah itu seketika hilang tanpa senyum sedikitpun.
"Gue mau, lo jauhin Na Jaemin," ucapnya dengan mudahnya.
4 kata terakhirnya terdengar begitu janggal di telinga Renjun. Kenapa Chenle yang notabene nya anak pendiam yang dikagumi banyak orang, kini justru memintanya untuk menjauhi sahabatnya sendiri?
Perlu diketahui, Na Jaemin itu salah satu sahabatnya yang selama ini bersamanya dalam suka maupun duka. Renjun sudah mengenalnya selama lebih dari 10 tahun.
Dan sekarang apa? Tiba-tiba seorang laki-laki asing yang entah dari mana datangnya memintanya untuk menjauhi Jaemin. Itu sangat tidak sopan."Atas dasar apa lo nyuruh gue? Apa hak lo?" tanya Renjun dengan nada datar andalannya.
"Ya.. kalo lo gamau sih gapapa. Pada akhirnya, dia sendiri yang akan ngejauhin lo, Huang Renjun."
Setelahnya, Chenle pergi. Meninggalkan Renjun dengan segala pemikiran buruknya. Entah ada apa dengan laki-laki itu, sekarang otaknya seringkali memikirkan skenario-skenario buruk. Terlebih setelah mendengar ucapan Chenle tentang Jaemin yang akan menjauhinya. Sungguh, itu mengganggu pikirannya.
Sore itu Renjun memutuskan untuk bolos course, lagi. Entah keberapa kalinya bulan ini. Tapi sungguh, dengan suasana hati dan pikirannya yang sekacau ini, tak mungkin ia bisa fokus dengan pembelajarannya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plethora
FanfictionBercerita tentang seorang remaja yang ribuan kali disakiti, dikecewakan, diabaikan, dan dilupakan oleh dunia. Parasnya yang meneduhkan, tak pula menebar senyum tulusnya, lisannya yang terus berkata tak apa, tapi dengan daksanya yang lelah akan keras...