"Jadi, dari teori itu bisa disimpulkan bahwa.." Terdengar suara seorang wanita memenuhi seluruh penjuru ruangan disertai murid-muridnya yang memperhatikan penjelasannya dengan seksama.
"Ren, Renjun.. nengok kek, Ren." Haechan berbisik sembari melempari potongan kertas yang ia bentuk sedimikian rupa menyerupai bola kecil ke arah Renjun yang duduk di depannya.
Namun sepertinya usahanya sia-sia. Sebab, Renjun sama sekali tidak menoleh barang sejengkal pun. Ia begitu fokus mendengarkan guru yang sedang mengajar di depan sana. Ya, sekaligus enggan meladeni Lee Haechan.
"Heh! Lo ngapain sih, Chan? Jangan berisik," bisik Jeno pada Haechan yang duduk di sebelahnya.
"Ish, lo diem, deh! Ini gue itu lagi mau menyelamatkan nyawa kita!" ujar Haechan pelan.
"Menyelamatkan gimana, deh?" Jeno heran dengan tingkah laku temannya yang satu ini. Ada-ada saja kelakuannya.
"Ck, lo lupa kita belum ngerjain tugas minggu lalu? Ini Bu Sunny kalo abis jelasin materi pasti nagih tugas," jelas Haechan sedikit kesal dengan pria bermata sipit ini.
"Lah, iya ya! Gue lupa lagi. Itu so Renjun udah ngerjain belom?" Karena panik, Jeno tanpa sadar mengeraskan suaranya.
"Itu yang di belakang ngapain?!" tegur sang guru ketika ia samar-samar mendengar suara Jeno.
"Enggak, Bu. Maaf," cicit Jeno menyadari kecerobohannya.
"Lee Jeno, Lee Haechan, Huang Renjun! sekali lagi kalian berisik, keluar dari kelas saya!" Jeno hanya bergidik ngeri sesaat setelah gurunya mengalihkan pandangan.
"Lo berdua tuh ya! Jangan berisik bisa, nggak?!" kesal Renjun yang tidak melakukan apa-apa tapi justru ikut terseret namanya.
"Dih, siapa suruh dipanggil ga nengok?!" sinis Haechan.
"Udah udah, nih. Diem! jangan berisik," bisik Renjun sembari memberikan bikin tugasnya kepada dua orang di belakangnya itu.
"Gitu, dong! Ga ada Jaemin, lo berguna juga, Njun." Renjun hanya mengabaikan ucapan Haechan dan kembali fokus ke papan tulis.
Oh ya, sekedar informasi, tim basket Neo memang sedang mengikuti pertandingan hari ini. Dan setelah beberapa bulan mengikuti ekstra kurikulernya, Jaemin terpilih menjadi salah satu anggota tim basket Neo. Tak heran jika bangku di sebelah Renjun kosong, karena si pemilik tengah sibuk mendribble bola di tengah lapangan.
Tak lama setelahnya, bel istirahat pun berbunyi. Ketiga sejoli itu pun segera bergegas menuju kantin untuk melayani cacing-cacing di perut mereka yang sudah berdemo minta diberi makan.
Tapi belum sampai di tempat tujuan mereka, Jeno lebih dulu izin kepada kedua temannya bahwa ia ada urusan mendadak dengan OSIS dan berkata akan menyusul nantinya. Alhasil, kini hanya Renjun dan Haechan yang melanjutkan perjalanan menuju kantin.
"Jun, lo cari tempat duduk, bisa?" tanya Jeno pada Renjun. Sedikit ragu sebenarnya, karena biasanya Renjun selalu bersama salah satu dari mereka. Terlebih suasana kantin sedang sangat ramai sekarang ini.
"Bisa kok, aman. Lo pesen makan, gih. Sekalian buat Jeno juga, kan katanya dia mau nyusul," ujar Renjun yang dihadiahi anggukan oleh Haechan. Setelahnya, keduanya berpisah dengan tugas mereka masing-masing.
Renjun awalnya sedikit bingung mencari tempat untuk mereka. Sebab, hampir semua meja sudah terisi penuh. Beberapa siswa silih berganti menduduki kursi satu sama lain dan itu semakin membuat Renjun pusing.
Tapi setelah 5 menit berkeliling, akhirnya Renjun menemukan satu meja kosong untuk 4 orang. Ia segera mendudukkan dirinya Dan menunggu Haechan.
Setelah Haechan sampai, Jeno pun juga datang menghampiri keduanya. Ketiganya pun segera menyantap makanan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plethora
FanfictionBercerita tentang seorang remaja yang ribuan kali disakiti, dikecewakan, diabaikan, dan dilupakan oleh dunia. Parasnya yang meneduhkan, tak pula menebar senyum tulusnya, lisannya yang terus berkata tak apa, tapi dengan daksanya yang lelah akan keras...