Eighth

157 18 0
                                    

Hari ini, setelah 12 hari berada di rumah sakit, akhirnya Renjun diizinkan untuk pulang. Kini ia sedang duduk di sofa sembari menonton televisi, tak lupa dengan mulutnya yang tak henti-hentinya mengunyah kue kering yang tadi ia beli di perjalanan menuju rumahnya.

Sekarang Renjun sendirian di rumah. Pagi tadi setelah menghantarkan Renjun dengan selamat sampai ke dalam hunian miliknya, Chanyeol berkata pada anaknya bahwa ia harus menghadiri pertemuan penting dengan kliennya yang memang harus dihadiri oleh dirinya sendiri.

Sebenarnya Chanyeol tak enak hati meninggalkan anak semata wayangnya sendirian di rumah, terlebih Renjun baru saja keluar dari rumah sakit. Tapi apa daya, kliennya ini merupakan klien penting yang sedari dulu ia incar, terlebih Renjun yang juga tak masalah, ia juga berpikir dirinya baik baik saja, jadi tentu tak apa.

Dan akhirnya Renjun sendiri di rumah bak istana itu. Terlebih lagi asisten rumah tangganya tiba-tiba mengajukan cuti untuk beberapa hari ke depan, pun dengan ketiga temannya yang masih berada di sekolah, mengingat ini masih jam pelajaran.

Sejujurnya Renjun sangat bosan sekarang. Ya memang biasanya ia sendirian di hari libur, tapi setidaknya ia masih bisa menghubungi ketiga temannya untuk sekedar berbincang, atau bahkan jalan jalan entah kemana.

Tapi entah karena apa, Chanyeol justru tidak memperbolehkan Renjun untuk menyentuk ponsel genggamnya. Renjun tentu saja kesal, tapi ini ayahnya, perintahnya tentu tak bisa dibantah sama sekali. Dan untuk keluar rumah tentu Chanyeol tak akan mengizinkan, dengan alasan 'Renjun belum pulih' atau 'Renjun masih lemes' bahkan 'nanti Renjun capek' dan masih banyak alasan lainnya.

Renjun benar benar tak tau lagi apa yang harus ia lakukan. Sedari tadi ia hanya mengonta-ganti channel tv tanpa berniat menikmati satupun acara yang disajikan. Karena sungguh, semua itu benar benar membosankan.

Karena sangat tidak memperhatikan tayangan di televisi, akhirnya Renjun kehilangan fokus dan tertidur saat itu juga. Ia tertidur di sofa dengan posisi terduduk dengan toples kue kering yang masih setia berada di pangkuannya.

Tak lama setelah tertidurnya Renjun, terlihat seorang pria paruh baya memasuki rumahnya. Orang itu tak lain dan tak bukan adalah Chanyeol.

"Aduh duh.. malah ketiduran di sini. Renjun pasti kecapekan ya, nak?" Chanyeol menghampiri sofa tempat Renjun tertidur, lalu mendudukkan diri di sebelah putranya itu.

Tangannya pun terulur untuk mengelus surai lebat milik buah hatinya. "Seharusnya kamu ga lahir, Renjun," gumamnya pelan. "Seharusnya Wendy dan Winwin masih di sini sama saya."

Deg..

Hatinya serasa diremas dan ditusuk ribuan belati tajam. Sungguh, rasanya begitu menyakitkan mendengar kalimat seperti itu keluar dari mulut ayah kandungnya sendiri, satu-satunya keluarga yang ia punya setelah kepergian ibunya.

Sebenarnya Renjun memang tidak tertidur. Sedari tadi ia hanya menutup matanya karena rasa pening yang terus mendera. Dan tentunya, ia mendengar semua penuturan ayahnya dengan begitu jelas.

"Ayah, maafin Renjun. Harusnya Renjun yang mati, harusnya bunda masih hidup. Dan untuk kak Winwin, Renjun janji, secepatnya Renjun akan bawa kak Winwin pulang dan setelah itu, Renjun bakal pergi sejauh mungkin dari hadapan ayah."

"Astaga, aku ngomong apa sih.." monolog Chanyeol yang seterusnya menarik Renjun ke dalam dekapannya.

"Enggak, sayang.. enggak. Maafin ayah, ya? Ayah bersyukur ayah masih punya Renjun di sini. Renjun harta ayah satu-satunya, Renjun permata ayah yang paling berharga. Renjun cepet sembuh ya, sayang? Ayah sayang Renjun," lirihnya kemudian mengecup singkat dahi anak kandungnya itu.

PlethoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang