09. The Grandfather

1.2K 159 4
                                    

Pagi hari, ketika Jeno masih menjelajahi dunia mimpi. Ia terbangun dengan jantung yang berdetak kencang, saat mimpinya random berubah menjadi buruk.

Ia melihat gedung terbakar lalu seorang pemuda berdiri dihadapannya sambil menyeringai, pemuda itu adalah dirinya. Tidak, pemuda itu memiliki wajah seperti dirinya, sebab Jeno yakin jika orang dimimpi bukanlah dirinya karena menusukkan pisau keperutnya berulangkali.

Jeno memimpikan jika ia mati didalam mimpinya, itu bukanlah pertanda baik meski ia sendiri tak mempercayai hal seperti itu. Mimpi sama seperti bunga tidur, bukan ramalan nasib dimasa depan bukan?

"Kau sudah bangun?"

Jeno menoleh kearah pintu, dimana Jaemin yang masih mengenakan baju tidur tersenyum manis padanya dengan tangan yang membawa nampan berisikan sepiring nasi goreng dan segelas susu putih.

Ketika Jaemin ada didekat ranjangnya, Jeno merubah posisi menjadi duduk sambil bersandar dikepala ranjang.

"Aku masak spesial buat yang tersayang," tukas Jaemin penuh semangat duduk dipinggir ranjang. Meletakkan nampannya dipaha Jeno yang duduk bersila berlapiskan selimut.

Untuk tampilan nasi gorengnya sih lumayan menarik, meski ada beberapa bagian yang terlihat gosong, mungkin karena masaknya tidak diaduk dengan benar.

Lama Jeno terdiam memandangi nasi goreng buatan kekasihnya, menilai secara penampilan didalam hati. Sedangkan Jaemin terlihat antusias menanti Jeno sambil sesekali memandang nasi gorengnya dan raut wajah Jeno bergantian.

Jaemin sudah bersusah payah membuatnya, bangun subuh-subuh menonton tutorial 'cara membuat nasi goreng terenak sedunia' hanya karena ingin menyenangkan Jeno sekaligus perminta-maafan karena menyakiti Jeno tadi malam.

"Terimakasih,"ucap Jeno pada akhirnya, senyuman manis yang melengkung diwajahnya membuat Jaemin ikut tersenyum senang. "Tapi kau bisa membedakan garam dan gula kan?" Lanjutnya masih mempertahankan senyuman.

"Ei! jangan salah. Kau pikir aku anak TK," ujar Jaemin tidak terima, Jeno mengangguk dan mulai mengambil sendok makan.

Cup

"Yak!" Jeno mendorong dada Jaemin menjauh karena mencium bibirnya tiba-tiba, "Aku belum sikat gigi."

Jaemin mempoutkan bibir. "Memangnya kenapa?"

Malas menjawab, Jeno hanya memutar mata jengah. Mulai menyendokkan nasi goreng memasukkannya kedalam mulut.

Uhuk!

Jeno terbatuk, kembali memuntahkan suapannya diatas nasi goreng. Dengan segera meminum susu, untunglah susunya memiliki rasa lumayan dari nasi goreng meski agak kemanisan.

"Loh kenapa ?" Panik Jaemin mengambil alih nampan dipaha Jeno.

Setelah meminum susunya hingga tinggal setengah gelas, Jeno melayangkan tatapan kesal. "Keasinan!"

Iya sih Jaemin bisa membedakan garam dan gula, tapi ia tak bisa memperkirakan takaran garam yang masuk kedalam masakannya. Asinnya bikin meringis.

Jaemin merengut sedih, menatap nanar nasi goreng susah payah buatannya. Tidak seperti kata orang, Hasil tidak akan mengkhianati usaha. "Nasi gorengnya yang salah. Hei! Kenapa kamu asin?!" Marah Jaemin pada nasi goreng ditangannya.

...


Pada akhirnya Jeno memutuskan untuk membuat sendiri sarapan yang layak, kebetulan juga Jaemin belum makan. Jadi sekalian.

"Astaga! Apa yang terjadi pada dapurku?!" Melihat dapurnya yang kacau balau membuat Jeno syok, ia memegangi keningnya menatap tak percaya.

Sedangkan Jaemin dibelakangnya malah nyengir tak berdosa.

[End] The Grandfather || JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang