10. The Grandfather

1.4K 156 41
                                    

Beberapa menit sebelum Jaehyun mendatangi Jeno ...





Jaemin berjalan kaki di jalan setapak menuju kediaman Jeno setelah pulang berbelanja. Meski memasak bukan keahliannya, memilah dan menentukan bahan pangan yang berkualitas ia jagonya.

Tak banyak orang yang lewat dijalan ini, hanya beberapa dari mereka berpapasan dengannya pun acuh tak melirik sama sekali, berbeda dengan Jeno yang terkadang muncul di televisi membawakan berita, pemuda Lee itu cukup terkenal dikalangan dewasa sampai lanjut usia ketimbang anak muda yang lebih menyukai dunia hiburan.

Saat jalan sambil kembali memeriksa barang belanjaan, ia berpapasan dengan seorang pemuda, tapi tak begitu dihiraukan.

"Lee Jeno ... "

Jaemin mengerutkan kening, spontan terhenti ditempat lalu mengalihkan pandangan menoleh kebelakang melihat orang yang menyebut nama kekasihnya.

Secara kebetulan pemuda itu ikut terbalik lalu tersenyum manis memperlihatkan lesung pipi menawannya. "Hai, Na Jaemin 'kan?" Ujar Jaehyun pada Jaemin yang bingung.

"Maaf, apa kita saling mengenal?" Tanya Jaemin ragu menatap perawakan Jaehyun.

Masih dengan senyumannya, Jaehyun menggelengkan kepala lalu bersedekap berjalan mendekati Jaemin. "Tidak, tidak. Kita tidak saling mengenal tapi aku tau kau dari Jeno, kami sahabat kecil," tukas Jaehyun.

"Oh, gitu." Jaemin menganggukkan kepala, ia tersenyum ramah pada Jaehyun.

"Jeno banyak berubah, berbeda sekali saat kami masih kecil dulu. Jeno itu dulunya cengeng, polos dan penurut," jelas Jaehyun menceritakan masa yang telah berlalu tentang Jeno.

Jaemin hanya mengangguk dan merespon sekenanya tanpa menyela.

"Kau beruntung bisa bersamanya kini, kalian terlihat sangat serasi sampai membuatku iri, haha."

Jaemin tersenyum kaku, masih tak menangkap maksud perkataan Jaehyun yang terus mengoceh tentang Jeno.

" ... Jeno tumbuh dengan baik di kota sana, wajahnya semakin tampan serta senyuman manisnya, tubuhnya, kulit seputih susu dan juga pantat sintalnya ... " Jaehyun tersenyum miring lalu menjulurkan lidah menjilat bibir bawah.

"Kau sudah lama bersamanya 'kan? Bagaimana rasa memasuki lubang Jeno? Apakah dia tipe malu malu atau seperti lacur yang mengangkang menggodamu dengan tubuh telanjang menggeliat haus belaian?"

"Apa maksudmu?!" Marah Jaemin mendengar ucapan cabul pemuda asing ini yang merendahkan kekasihnya.

"Kenapa? Aku 'kan hanya bertanya, bukan ingin menyetubuhi Jeno. Ya, mungkin lain kali, siapa tau Jeno tertarik saat melihat penisku yang tak kalah besar--"

Bugh!

Sebuah kepalan melayang di wajah Jaehyun sampai membuat sang empu tersungkur ditanah, sudut bibir yang berdarah disela lalu terkikik geli melihat darahnya sendiri.

"Jauhi Jeno, orang rendahan sepertimu tak pantas berteman dengan kekasihku!" Jaemin memperingati, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk penuh ancaman kearah Jaehyun beberapa kali, ia benar-benar marah.

Selepas memperingati Jaehyun, Jaemin berjalan dengan langkah tegas masih dengan membawa amarah didalam hati.

"Hai, Jaemin! Kau harus membawa pergi Jeno dari sini jika masih ingin bersamanya," ucap Jaehyun seraya bangkit berdiri, menepuk pakaiannya yang kotor.

Jaemin berbalik menghadap Jaehyun lagi dengan wajah heran, meski rautnya masih terlihat kesal. Jaehyun berjalan santai kearahnya, tersenyum begitu sudah berhadapan dengan pemuda Na lagi.

[End] The Grandfather || JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang