04. The Grandfather

1.5K 181 1
                                    

Jeno berada di supermarket terdekat untuk membeli bahan makanan serta cermin baru yang mini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno berada di supermarket terdekat untuk membeli bahan makanan serta cermin baru yang mini.

Setelah membayar dan pulang kerumah, Jeno dan kakeknya duduk bersampingan, ia menunjukkan cerminnya pada sang kakek, hanya saja respon kakeknya masih sama. Sama sekali tak menanggapi dan terkesan tak menyukai sorot wajahnya yang terpantul pada cermin.

Keduanya kembali larut menonton tv jujur Jeno bingung mau ngomong apa lagi dengan kakeknya, lama tidak bertemu membuat Jeno sedikit kikuk dan canggung. Mereka kini fokus melihat sebuah acara berita menampilkan seorang reporter yang membawakan topik masalah pada berita kali ini membuat Jeno teringat akan pekerjaannya di Seoul sana.

Berulang kali juga Jaemin menghubungi dirinya seperti isteri yang merana ditinggal suaminya dinas, padahal yang menjadi pihak bawah yang ditusuk kan dia bukan Jaemin.

Jeno terdiam, memandang tv dan kakeknya bergantian beberapa kali. Ia tak bisa terus disini berlama-lama, ada hal lain yang harus dilakukan demi masa depannya.

Lama berpikir pada akhirnya Jeno memutuskan untuk mencari perawat yang akan merawat kakeknya, tapi itupun tak semudah yang Jeno pikirkan.

Banyak yang tidak bisa ataupun tidak mau dengan tawaran yang Jeno berikan, ia benar-benar dibuat pusing.

Belum lagi Jaemin yang terus mendesak Jeno untuk kembali ke Seoul, serta tuntutan pekerjaan.

Jeno memutuskan mandi dengan air hangat untuk menenangkan pikiran. Tak lupa lilin dengan aroma terapi ia nyalakan, semakin membuat rileks.

Tring~

Ponsel pintar Jeno berdering di wastafel, Jeno menduga jika itu Jaemin. Setelah berjalan dengan kondisi telanjang bulat tanpa pakaian untuk mengambil ponsel, Jeno kembali kedalam bath up mandi lagi.

"Ya sayang," ucap Jeno ketika panggilan telah terhubung.

Penelpon memanglah Jaemin, yang terus menganggu waktunya setiap jam.

["Jeno-ya~ ayo pulang, aku rindu."]

Suara rengekan Jaemin membuat Jeno tersenyum, biasanya ia akan mengomel.

Panggilan itu ia jadikan Video Call, tak lama Jaemin disebrang sana menyetujui.

["Shit, kau sedang mandi?!"]

"E'hem~ sayang sekali kau tidak bisa bergabung, seperti biasa." Jeno tersenyum manis tapi tangannya meraba kulit mulusnya mulai dari leher sampai dada, bahkan nipple-nya dicubit.

Wajah horny Jeno dengan bibir digigit menahan desahan membuat Jaemin frustasi. Belum lagi tatapan mata sayu yang penuh damba itu.

["Hh, Jeno-ya. Kau berengsek sekali."]

Jaemin diseberang sana ikut terpancing, yang Jeno tau kini kekasihnya tengah berada di kantor. Terlihat meja kerja dan miniatur dibelakangnya persis seperti yang ada dikantor.

"Aah Jaeminhh~" Jeno memainkan penisnya didalam air, sambil bersandar dibath up memperlihatkan leher jenjangnya ketika mendongak.

Jika saja Jaemin ada disana, ia akan menjilat dan memberi warna pada kulit Jeno.

Keduanya semakin terlarut, dan Jaemin yang terpancing memutuskan pergi ke toilet kantor. Tak ingin ada yang melihat ereksinya serta wajah tegang.

["Jeno-ya, I want you to play your hole. Perlihatkan padaku."]

Jeno sudah bangkit dari bath up, meletakkan ponsel di wastafel lalu menjauh. Mempertontonkan tubuh bugilnya pada sang kekasih yang kini menjilat bibir tak sabaran.

Seperti menonton film porno dengan Jeno sebagai pemerannya, Jaemin yang kini berada disalah satu bilik toilet mulai melepaskan resleting celananya.

Jeno berbalik memunggungi ponsel, tangannya meremas bongkahan pantatnya lalu menungging. Ia sudah siap ingin memainkan lubangnya tapi suara samar dari luar membuat Jeno urung melakukannya.

"Jaemin-ah, sepertinya ada orang datang. Aku tutup dulu ya. Sampai jumpa." Tanpa mendengar protesan Jaemin, Jeno mematikan sambungan telpon.

Suara samar dari luar semakin jelas, ia segera mengambil jubah mandi untuk menutupi tubuh bugilnya.

Ketika berjalan keruang tengah, tempat dimana ia meletakkan kakeknya tadi sebelum mandi, Jeno tertegun mendapati seorang pemuda yang memunggunginya kini berlutut pada kakeknya.

"Kau siapa?" Tukas Jeno membuat orang itu menoleh.

"Hai, aku Jung Jaehyun. Cucu dari mendiang sahabatnya kakekmu." Pemuda yang bernama Jaehyun itu tersenyum menawan dengan lesung pipi.

Bahkan Jeno sendiripun mengakui jika sosok didepannya ini begitu rupawan.

Jaehyun mendekat pada Jeno, melihati Jeno dari atas sampai bawah dengan senyuman yang masih terukir. "Kau begitu manis dan cantik setelah tumbuh dewasa."

Ketika tangan Jaehyun terulur ingin menyentuh pipi Jeno, si empu sudah mundur duluan menghindar. "Maaf jika aku lancang," kata Jaehyun tapi tak menghilangkan binarnya yang terpesona pada perawakan Jeno baru mandi dengan rambut basah.

Jeno tersenyum canggung, ia menoleh pada kakeknya yang masih terdiam seperti patung di sofa.

"Apa kau tidak mengingatku?" Katanya lagi dan dijawab gelengan oleh Jeno.

"Dulu sewaktu kecil kita sering bermain bersama, kau memanggilku dengan hyunnie," jelas Jaehyun, tapi sayangnya Jeno memang tidak ingat, memorinya terasa terpotong sewaktu kecil.

"Aku akan berganti pakaian, silahkan tunggu." Jeno berjalan meninggalkan Jaehyun, merasa kurang nyaman berbicara dengan keadaannya kini yang sedang telanjang dibalik jubah.

Tapi baru dua langkah ia berjalan, langkahnya terhenti sebab cekalan tangannya. Jeno merasa tersengat ketika tangan panas Jaehyun menyentuh permukaan dingin pergelangan tangannya.

Dengan cepat Jeno menarik tangan dan memeluknya.

"Maaf, aku tak berniat kasar. Aku tidak tau jika kulitmu se-sensitif itu," ujar Jaehyun tak enak hati melihat pergelangan tangan Jeno memerah, padahal rasanya tadi hanya dipegang dan ditahan biasa tidak dikuat-kuatin.

"Aku hanya mampir sebentar mengunjungi Kakek Lee," Jaehyun menoleh pada Kakek Lee lalu menghadapkan diri lagi pada Jeno. "Aku akan berkunjung lagi lain kali untuk membantumu merawat kakek Lee."

Jeno tersenyum mendengar perkataan baik Jaehyun. "Terimakasih, tapi aku tidak bisa berlama-lama disini. Aku sedang mencari perawat untuk mengurus kakek."

Raut wajah Jaehyun langsung berubah. "Kau ingin meninggalkan kakekmu lagi seorang diri? Kau lebih memilih pekerjaanmu dari pada merawat satu-satunya anggota keluargamu yang sudah renta?" ucap Jaehyun seperti tak terima.

Jeno bingung harus merespon seperti apa, kenapa juga Jaehyun malah bersikap tidak terima. Ia hanya menggaruk telinga sambil melihati kakeknya, merasa kurang nyaman dengan suasana sekarang.

"Tolong pikirkan kembali perkataanmu, aku pergi dulu."

- The Grandfather -

11-10-2022

[End] The Grandfather || JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang