Part 2 : I Want To Be Your Friend

170 29 0
                                    

enjoy~

Suasana dikamar keduanya menjadi lebih nyaman, sehingga hampir tidak mungkin untuk mendengar percakapan di antara mereka (Haechan dan Renjun) di dalam ruangan.

Dengan sedikit cemas Renjun menanyakan jawaban pertanyaannya, Haechan sangat percaya diri dan bersikeras memberikan jawaban kalau Mark tidak menyukai laki-laki.

Dia merasa dengan memberikan jawaban itu akan membantu Mark menjaga rahasianya. Tapi siapa yang tahu, mungkin saja Haechan punya motif pribadi untuk tidak menyebarkannya?

Dia bertekad untuk berteman dengan Mark karena Haechan merasa hidupnya selama ini sangat amat biasa saja tidak ada seru-serunya. Bahkan teman-teman di sekitarnya biasa saja dan tidak terlalu menarik dalam hal karakter. Jadi kali ini ketika dia secara tidak sengaja mengetahui bahwa Mark adalah biseksual, itu membuatnya ingin mencari hiburan dalam hidupnya. Dia melakukan ini agar ketika dia memiliki cucu, dia akan dengan bangga memberi tahu mereka bahwa kakek dulu memiliki seorang teman biseksual.

Mari kita tunggu saja. Tidak yakin apakah Haechan bisa menunggu sampai hari dia mempunyai cucu.

***

Di malam hari, Haechan keluar dari kamarnya dengan rambut basah kuyup dan mengetuk pintu kamar 607.

Setelah mengetuk untuk waktu yang lama, Mark dengan enggan membuka pintu, dan Haechan tersenyum cerah sambil berkata,

"Mark hyung, bolehkan aku meminjam hairdryer-mu?"

"Siapa yang memintamu memanggilku hyung?"

"Aku yang meminta diriku sendiri."

"Aku buka hyung-mu, stop calling me again " Pintunya tertutup dengan cukup keras.

Haechan sudah tahu bahwa Mark adalah orang yang dingin, tapi dia tidak menyangka Mark sedingin itu, karena senyum indah Haechan bahkan tidak memiliki efek atau bantuan sama sekali.

Keesokan harinya, Haechan pergi ke pintu kamar Mark dan mengetuk lagi di waktu yang sama.

"Mark hyung, bolehkan aku memakai toiletmu? Pipa di toilet kami tersumbat."

"Tidak."

Pada hari ketiga, Haechan kembali bersikap tidak tahu malu.

"Mark hyung, bolehkah aku menggunakan toiletmu? Aku tidak bisa menahannya lagi. Toilet di kamarku sedang digunakan sekarang."

"Tidak"

Pada hari keempat, Haechan sudah menyerah.

"Mark hyung, bisakah kamu memberikan sedikit saja hatimu padaku?"

"Tidak."

Tepat ketika Mark akan menutup pintu, Haechan meletakkan tangannya di sisi pintu,

"Mark-ssi, kau itu bajingan, kau tahu? Bagaimana kau bisa memperlakukan tetanggamu yang imut dan ramah serta lebih muda darimu seperti ini? Jika kau berani memperlakukanku seperti ini, maka tutup pintunya dan hancurkan jari-jariku."

Haechan mengira Mark tidak akan menutup pintu, dan Mark mengira Haechan pasti akan melepaskan tangannya, jadi dia menutup pintu.

Setelah itu terdengar teriak kesakitan Haechan saat pintu tertutup. Tangan Haechan sangat kesakitan sehingga dia melompat-lompat dan meniup tangannya dan menunjukan ekspresi tersiksa. Dia bahkan tidak punya waktu untuk memarahi siapa pun, tetapi hanya bisa berseru kata sakit tanpa henti. Tangannya mulai membengkak, karena mulai memerah. Mark mengerutkan kening kemudian menarik Haechan ke kamar sambil berkata,

"Siapa suruh menaruh tangan disana!"

Dari nada suaranya, tidak ada tanda penyesalan sama sekali. Tangan Haechan mulai gemetar kesakitan dan dia curiga jika tangannya patah. Matanya berlinang air mata ketika dia menatap Mark sambil berkata,

I Don't Like Man If Not YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang