Part 12 : YOU SAID THAT YOU WON'T HURT ME

113 18 1
                                    

enjoy~

Restoran barat tempat Mark membawa Haechan ini memiliki suasana yang spesial dan unik. Keempat sudutnya gelap, hanya meja mereka yang menjadi sorotan. Bahkan kursi yang mereka duduki tidak begitu kelihatan. Yang bisa kita lihat hanyalah piring di atas meja.

Untuk beberapa alasan aneh, Haechan merasa lebih aman dalam kegelapan. Ketika melihat sekeliling, Haechan melihat sebuah panggung di tengah ruangan dan di atasnya ada sebuah piano hitam. Seluruh atmosfer terlihat sangat mewah, Haechan merasa tidak memakai pakaian yang pantas untuk datang ke tempat itu.

Begitu mereka duduk, dia bisa melihat wajah Mark dalam redupnha cahaya, membuat seluruh suasana ini sedikit tidak nyata. Seorang pelayan sedang meletakkan peralatan makan di atas meja dan dengan nada yang sangat sopan, bertanya,

" Excuse me, sirs. Would you like me to take your order?" Keduanya memesan steak.

(karena ini restoran barat, aku asumsiin mereka pake bahasa inggris)

" How would you like your steaks to be done, sir??" pelayan itu bertanya dengan sopan.

" Medium well, please." Mark menjawab.

"Er..Extremely well, please."

Haechan menimpali, jelas tidak tahu harus berkata apa.

"Kamu hanya perlu mengatakan 'well-done'. Apa itu 'Extremely well'?" Pelayan itu tersenyum sopan dan meninggalkan keduanya sendirian.

Sambil menunggu makanan datang, Haechan bertanya pada Mark,

"Berapa umurmu tahun ini?"

Tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk menanyakan usia Mark. Meskipun itu tidak penting, Haechan merasa bahwa tidak ada salahnya memiliki lebih banyak informasi tentang Mark.

"19." 

"Oh...Aku 18. Jadi hyung langsung mendapatkan SIM setelah lulus dari SMA ya?"

Haechan iri pada Mark karena bisa menyetir. Dia tidak pernah punya waktu untuk mengikuti tes mengemudi. Bagi Mark, Haechan terlihat seperti anak kecil yang sedang penasaran. Itu terlihat lucu. Jadi dia tidak kesal dan terus menjawab setiap pertanyaan yang Haechan lontarkan,

"Aku tidak punya SIM."

"Kamu tidak punya SIM?!"

Haechan berteriak tiba-tiba, mengganggu ketenangan lingkungan mereka saat ini. Menyadari dia terlalu keras, Haechan kemudian menurunkan volumenya,

"Apakah hyung sudah gila? Polisi jaman sekarang sangat ketat. Apakah kamu ingin berakhir di balik jeruji besi?" Mark mengangkat bahu.

Haechan selalu menjadi orang yang taat aturan. Mempunyai hubungan dengan Mark yang kelewat santai ini, apakah bisa dikatakan sebagai sebuah keberuntungan? Meski Haechan merasa apa yang dilakukan Mark bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan, dia tidak berani mengkritiknya terlalu keras. Mereka baru saja berpacaran beberapa hari yang lalu. Mengatakan sesuatu yang bodoh akan membahayakan hubungan mereka, Haechan sadar kesalahan sekecil apapun akan membuat pacarnya marah. Tapi dia tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja. Itu melanggar hukum dan itu berbahaya. Jadi, dalam benaknya, dia sudah memantapkan diri: besok dia akan belajar mengemudi. Bahkan setelah menerima makanan yang samgat memuaskan ini ia habiskan, Haechan masih belum sepenuhnya puas.

"Erm... Hyung tahu tidak, tadi pagi aku sangat takut sampai-sampai kupikir aku akan mati saat itu juga? Makan malam ini tidak bisa dijadikan sogokan, kamu tahukan? Walaupun tempatnya sangat bagus. Suasananya juga sangat bagus, tetapi semua ini tidak dapat menyembuhkan luka di hatiku."

"Jika tidak bisa sembuh, maka biarkan saja." ejek Mark dengan sinis.

"Kau benar-benar bajingan yang kejam. Aku naik bus tiga jam untuk menemuimu. Semua itu hanya untuk pergi menggantungkan diri di langit selama beberapa detik?"

I Don't Like Man If Not YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang