Part 1

872 59 3
                                        

Kiara menghela napas berat sebelum bangkit dari tempat tidurnya. Setelah pernikahan mereka yang dingin, malamnya Kenan, pria yang kini menjadi suaminya, meninggalkannya sendirian di kamar tanpa sepatah kata pun. Kiara tahu siapa yang ingin pria itu temui. Tidak perlu bertanya, tidak perlu menebak yaitu Rachel.

Pasti mereka sedang menghabiskan malam yang panjang bersama.

Kiara berusaha mengusir pikiran itu, tetapi kenyataan terlalu kejam. Kenan membencinya. Itu bisa terlihat dari tatapan dinginnya, dari kata-kata kasarnya, dari caranya seolah-olah Kiara adalah gangguan dalam hidupnya.

"Kenapa aku melakukan ini...?" gumamnya pelan, tapi pertanyaan itu tidak ada jawabannya.

Ia memilih untuk membersihkan dirinya, berusaha menenangkan pikirannya yang kusut. Setelah merasa lebih segar, ia keluar dari kamar, tetapi langkahnya terhenti. Kenan baru saja kembali… dan tidak sendirian.

Rachel menggandeng lengan Kenan dengan erat, membawa koper hitam bersamanya, seolah menyatakan sesuatu yang jelas—ia akan tinggal di rumah ini.

"Rachel akan tinggal di sini," kata Kenan tanpa basa-basi.

Kiara menatap wanita itu dengan tenang, meskipun dalam hatinya ada bara yang mulai menyala. Rachel balas menatapnya dengan sorot mata penuh kemenangan, seakan menantang Kiara untuk melakukan sesuatu.

Kiara memilih mengabaikannya dan melangkah pergi, tapi suara Kenan kembali menghentikan langkahnya.

"Dia akan tidur satu ranjang denganku."

Kali ini, Kiara membalikkan tubuhnya. Tatapannya bertemu dengan Rachel yang semakin erat menggandeng lengan pria itu.

"Ayo, sayang. Aku ingin beristirahat," ucap Rachel dengan manja, nada suaranya sengaja dibuat menggoda.

Tanpa pikir panjang, Kenan membawa Rachel masuk ke kamar mereka—kamar yang seharusnya menjadi kamar Kiara juga.

Kiara hanya bisa memandangi punggung pria itu yang menghilang di balik pintu.

Bodoh.

Pernikahan ini memang hanya kesepakatan sepihak. Bagi Kenan, Kiara bukan siapa-siapa. Bahkan, pernikahan mereka diadakan secara tertutup hanya dengan sedikit saksi. Ini bukan pernikahan yang diinginkannya. Ini adalah sesuatu yang dipaksakan.

Kiara mengalihkan perhatiannya ke dapur. Ia membutuhkan air untuk meredakan emosi yang berkecamuk di dadanya. Namun, begitu sampai di dapur, seseorang sudah lebih dulu menyusulnya.

Rachel.

"Apa yang kau lakukan di sini?" suara Kiara datar.

Rachel mendekat, menatapnya sinis. "Aku hanya ingin memberimu peringatan."

Kiara tetap diam, tetapi tidak menghentikan tangannya menyeduh air minum.

"Kenan hanya mencintaiku," lanjut Rachel, nada suaranya penuh penekanan.

Kiara tersenyum miring, akhirnya menoleh. "Lalu kenapa kau repot-repot datang ke dapur hanya untuk mengatakan hal itu?"

Rachel mengepalkan tangannya, jelas tidak menyangka Kiara akan merespon seperti itu. Ia lalu bergerak cepat, menabrakkan bahunya ke tubuh Kiara hingga gelas yang dipegang Kiara jatuh dan pecah.

After Merried (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang